Kami memasuki kelas kami masing-masing. Aku dan Eva ke kelas Kimia, Tina dan Olive ke kelas Geografi. "Eva, siapa anak barunya?" Tanyaku sambil membuka-buka buku paket kimia. "Kau belum tau? Itu bagus, karena aku lah yang akan menjadi pacar pertamanya." Jawabnya percaya diri. Aku membalikan badanku.
Ring! Bel berdering lalu Mrs. Loanne masuk ke dalam kelas. Mengajarkan kami materi tentang Stoikiometri. Kemudian bel berdering kedua kalinya, tanda pergantian pelajaran. Eva dan aku langsung keluar kelas. "Uh, Ashley? Ashley Willington kan?" Kata Mrs. Loanne tepat sebelum kami keluar kelas. "Ya?" Jawabku. "Nilai kimia mu rendah sekali, sebaiknya kau berusaha agar dapat melewati tes berikutnya." Kata beliau dengan senyum di lipstik merahnya. "Baiklah, Mrs. Loanne. Terimakasih." Kataku langsung menuju ruang loker. "Eva, nilaimu juga jelek?" Tanyaku pada Eva. Dan Eva tidak menjawabnya.
"Eva?" Kataku yang menyadari ia tak menggubris pertanyaanku. "Ashley, lihat itu Jesse." Katanya dengan wajah menganga. Aku melihat ke arah kanan. Ia berdiri disitu, dengan gayanya yang serba jeans membuatnya terlihat seperti badboy. Ditambah kacamata hitam yang ia kenakan dan rokok yang diapit oleh kedua bibir merah muda yang merona. Aku tertegun memperhatikannya. Ia benar-benar hanya berdiri disitu. "Lihat saja nanti, Eva." Kataku, sambil terus memperhatikannya. Ya, lihat saja. Ia mengalihkan pandangannya ke arahku. Aku langsung pura-pura tidak melihatnya.
"Tadi aku bertemu dengannya! Ia ganteng sekali!" Kata Eva berteriak. "Dan kami sekelas dengannya di kelas Geografi. Bagaimana menurut kalian? Aku sudah tau nama belakangnya." Kata Olive menyunggingkan senyum sinisnya. "Oh, teman-teman ia hanya cowok biasa tidak ada yang istimewa darinya." Kataku menegaskan. "Oh, Ashley jangan mencoba membuat kami mundur. Lakukanlah urusanmu." Kata Eva. "Aku bahkan tidak tertarik sama sekali padanya." Jelasku.
"Itu bagus, berarti Jesse akan segera menjadi milikku." Kata Olivia. "Siapa namanya?" Tanyaku. "Jesse," jawab Olive, Tina dan Eva berbarengan. "Seperti nama perempuan saja." Jawabku memutar bolamataku. "Kau hanya ingin membuat kami mundur, iya kan?" Kata Eva. "Tidak, aku tidak membuat kalian mundur. Aku hanya mengatakan bahwa aku tak tertarik padanya." Jawabku kesal. "Baiklah, berarti itu membuat kesempatan yang lebih besar untukku pacaran dengan Jesse." Kata Olive. Aku memutar bolamataku.
Ring! Bel berdering, aku masuk ke kelas Bahasa Jerman. Sementara ketiga sahabatku masuk ke kelas Matematika. Aku duduk di kursi paling belakang, bersama Gina dan gadis-gadis gila. "Wanita jalang." Kataku pelan. Kemudian, apa yang aku temukan di kelas bahasa Jerman? Anak baru itu masuk ke kelas, dengan rokok yang hanya menempel dimulutnya, tanpa ada api.
Gina dan nasty dirty bitchy mengerubuni anak baru itu. Aku memperhatikan raut wajahnya yang terlihat sangat terganggu. "Lepaskan!" Begitu katanya. "Hahahahaha! Itu benar benar kata yang pantas kalian dapatkan, wanita jalang." Kataku menertawakan. Si anak baru itu melihat kearah ku. "Maaf, aku tidak bermaksud kasar." Kataku lalu memutar-mutar bolpoin yang sedang aku pegang.
Si anak baru itu duduk di diagonal kananku. Ia mengeluarkan bukunya, dan mulai menulis. Aku pikir, mengapa orang-orang mau memperebutkan anak aneh ini? Demi sepasang snicker pula. Aku memutar bola mataku, tak habis pikir.
Tak lama, pemberitahuan di alat pengeras suara mengatakan bahwa Mr. Paul tidak masuk ke kelas bahasa Jerman hari ini. Setelah mendengar pengumuman itu, si anak baru itu langsung keluar dari kelas. Dan Gina dan gengnya langsung menyusulnya.
Aku keluar dari kelas dengan santai, dan mendapati si anak baru itu dikerumuni oleh semua cewek di lorong loker. Dan aku lihat disitu ada Eva dan Olivia juga. "Hey, apa yang terjadi?" Tanyaku pada Tina yang memilih minggir. "Biasa, mereka sedang mencari nomor telepon Jesse." Jawab Tina. "Ya tuhan, kenapa generasi wanita jaman sekarang sangat murahan." Kataku.
Ku lihat wajah anak baru itu seperti sangat sangaaaat terganggu akan adanya kerumunan itu. Aku hanya memperhatikan bagaimana sikapnya pada orang-orang di sekitarnya. "Lepaskan aku! Jangan usik hidupku!" Katanya beteriak. Aku tersenyum sinis.
"Oh, Jesse, bagaimana jika makan malam malam ini?" Kata Olivia. "Tidak! Aku tidak akan pergi dengan siapapun diantara kalian." Jawabnya. "Wow." Kataku sedikit terkejut. Kemudian kerumunan itu menjadi renggang dan si anak baru itu perlahan menjauh. "Hey Jesse!" Panggil Gina. "Diam! Jika ada lagi di antara kalian yang mendekatiku, aku akan laporkan ke polisi." Katanya lalu berlari meninggalkan semuanya. Dasar aneh, laki-laki aneh. Batinku.
"Ia benar-benar sulit dikejar." Kata Eva. "Aku bingung harus menggunakan cara apalagi demi menjadi pacar Jesse." Kata Olive. "Sudahlah, mengejar anak baru itu akan menguras semua harga diri kalian, kalian menukarkan seluruh harga diri kalian demi sepasang sepatu snicker? Aku yakin Gina hanya mengelabui kita, itu bisa saja bukan sepatu snicker dari Paris asli." Kataku menjelaskan. "Hey, sekarang aku benar-benar berpikir kau cemburu atas kami? Kau jangan mempengaruhi kami, ya." Kata Olive dengan matanya yang sinis.
"Sumpah, aku sama sekali tidak tertarik dengan lelaki abnormal sepertinya. Aku bahkan tidak menerima tantangan Gina. Kau dan Eva yang menerima tantangannya. Jika tidak ada salah satu dari kalian berdua yang menjadi pacar si anak baru itu, aku tidak mau ikut berjemur." Kataku lalu pergi meninggalkannya.
"Oh begitu? Baiklah, wanita jalang! Aku tau itu dari awal, kau adalah wanita jalang! Tidak seharusnya kau menjadi bagian dari kami!" Ku dengar Olivia mengelu-elukanku. Dan aku tetap berjalan meninggalkan mereka. Sampai di satu titik, brukk! Aku menabrak sesuatu.
Jaket jeans?
KAMU SEDANG MEMBACA
JESSE (because a boy like you is impossible to find)
Teen Fiction"Ashley, lihat itu Jesse." Katanya menganga. Aku melihat ke arah kanan. Ia berdiri disitu, dengan gayanya yang serba jeans membuatnya terlihat seperti badboy. Ditambah kacamata hitam yang ia kenakan dan rokok yang diapit oleh kedua bibir merah muda...