Intinya sekarang: aku menyukai Jesse. Ia adalah lelaki pertama yang bisa merubah mindsetku tentang laki-laki pada umumnya. Entah mengapa, dibalik kedinginannya, tersimpan sebuah senyuman, dan sorot mata yang akan membuatmu tenggelam dalam lautan hijau, dan kau tak bisa menemukan jalan pulang. Ya tuhan, apa ini karma?
Aku melewati koridor loker dan menemukan seseorang sedang dikerubuni. "Kau gila! Kau anak aneh!" Mereka berteriak. Aku sangat penasaran, setelah aku dapat celah untuk melihat. Ya, tuhan. Itu Jesse!
"Hey lepaskan dia, bodoh!" Kataku masuk ke tengah kerumunan. "Oh, seorang putri berusaha menyelamatkan pangerannya. Makan pangeranmu, wanita jalang!" Olive, Eva dan Tina menatap bengis ke arahku. "Apa masalahmu, Olivia?" Kataku kesal. "Tidak ada, hanya sangat membenci seseorang yang tidak bisa bertanggung jawab atas omongannya. Dan kini? Ia jatuh cinta pada orang yang ia benci." Kata Olivia.
"Lepaskan Jesse, atau kau yang akan mati!" Kataku mengecam. "Hey, hey! Ada apa?" Mrs. Pearce datang, kerubunan itu langsung hilang. "Jesse, kau tidak apa-apa?" Kataku, melihat seluruh wajahnya yang lebam.
"Tidak apa, aku baik-baik saja. Terimakasih, Ash." Ia lalu berdiri. "Aku harusnya membunuh Olivia." Kataku. "Tidak perlu, kau tidak perlu membelaku. Lagipula kau membenciku, benar?" Katanya membuatku tertegun. "Jesse apa maksudmu? Aku tidak membencimu." Kataku.
"Cukup, Ashley. Aku tahu kau bohong, sebaiknya kau kembali saja ke rutinitasmu." Katanya lalu berjalan terpincang-pincang. YA TUHAN!!!! Apa yang terjadi pada Jesse? Apa yang ia pikirkan? Apa yang Olivia katakan padanya sehingga ia bisa berpikiran seperti itu? Oh tidak, jangan sampai Olivia mengatakan bahwa aku pernah menilainya aneh, ya tuhan....
Setelah pelajaran Kimia, aku langsung menuju ruang loker dan standby di loker Jesse. Akhirnya ia datang. "Jesse, kau mau ke kantin?" Tanyaku.
"Tidak perlu, Ashley. Menjauhlah." Katanya lalu membanting pintu lokernya. "Jesse? Kenapa kau?" Tanyaku seraya mengejarnya. "Bacalah surat nomor 12. Itu surat terakhir yang utuh, terimakasih Ashley." Katanya lalu berjalan cepat namun terpincang. Aku segera mengeluarkan kertas, serta sisa-sisa robekan surat yang diberikan Jesse, aku membacanya,
Kau tahu? Aku tertipu oleh mata indahmu, kau terlalu indah untuk dipuja. Bibirmu yang manis tak semanis perkataanmu di belakangku. Aku tahu, kau berpikiran aku adalah anak aneh, namun tidak seharusnya seseorang yang mencintaiku mengatakan demikian. Aku kecewa. Terimakasih atas waktunya.
"Ya tuhan." Gumamku. Aku lalu mencoba menyatukan sobekan-sobekan kertas itu, merangkainya menjadi satu surat, dan rangkaian itu bertuliskan: surat nomor 4-11, apa warna kesukaan tuhan? Apa itu biru? Karena ia menuangkan banyak sekali warna itu di matamu. Maaf, aku tak pandai membuat puisi, aku hanya mulai mencintaimu. Kau berbeda Ashley, dan aku tak akan bisa mengatakan ini langsung padamu. Apapun yang terjadi, apapun keadaannya, bagaimanapun aku berubah, aku tak akan pernah membencimu. Kau yang pertama, Ash. Isi surat itu benar-benar membuatku menganga. Bagaimana ia tahu bahwa aku merobek surat dari urutan ke 4 sampai 11? Bagaimana ia tahu kejadian ini akan terjadi tanpa adanya skenario sebelumnya? Ya tuhan, siapa Jesse itu?
"Dylan, aku di rumah." Kataku lalu melemparkan diriku ke sofa. Tapi tidak ada tanda-tanda Dylan ataupun Dad. "Dylan? Dad?" Kataku mencari-cari mereka. Ah, mungkin mereka belum pulang. Pikirku. Akupun mengirim SMS pada Jesse.
To: Jesse
Jesse, apa kau baik? Bolehkah aku menengokmu? Aku benar-benar menyesal tentang ini.
Tak lama ada balasan darinya,
From: Jesse
Jangan buang-buang waktumu dengan ku, Ash. Aku tau semuanya.
Aku membalasnya lagi,
To: Jesse
Hey, kau ingat janjimu? Kau tidak akan pernah membenciku. Temui aku di Golden Park, sebentar lagi aku sampai.
Akupun bersiap-siap untuk datang ke taman yang tidak jauh dari rumahku itu. Dan setelah aku sampai disana, oh, ya tuhan, Jesse sudah ada disana. Duduk, dengan pena dan kertas. "Jesse?" Kataku. Ia melirikku, dengan tatapan memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
JESSE (because a boy like you is impossible to find)
Teen Fiction"Ashley, lihat itu Jesse." Katanya menganga. Aku melihat ke arah kanan. Ia berdiri disitu, dengan gayanya yang serba jeans membuatnya terlihat seperti badboy. Ditambah kacamata hitam yang ia kenakan dan rokok yang diapit oleh kedua bibir merah muda...