Chapter Seven

121 13 0
                                    

Itu Jesse. Dengan rokok yang ia simpan di mulutnya dan style nya yang serba jeans. "Hari ini adalah ulang tahunku." Katanya singkat, dengan tatapan polos. "Selamat." Kataku, masih dengan sisa perasaan kesal padanya. "Buka lah surat dengan nomor urut 1. Jangan terlambat." Katanya, lalu meninggalkanku begitu saja. Sial, aku harus mengenal laki-laki seaneh itu.

"Dylan, aku di rumah!" Kataku berteriak saat memasuki rumah. "Oh, aku lupa ia terlambat pulang." Gumamku. Aku memberitahu Dylan via SMS bahwa aku sudah sampai di rumah dan dia bilang dia akan pulang terlambat. Aku pun langsung ingat pada perkataan Jesse tadi. "Surat urutan 1." Gumamku yang mengekuarkan amplop-amplop itu dari tas ku. Ugh, anak ini benar-benar mengerjaiku. Batinku. Binggo! Surat dengan nomor urut satu, ditemukan. Aku langsung membaca surat itu.

Aku tahu, kau pasti kesal padaku. Aku juga kesal padamu. Malam ini adalah ulang tahunku, dan aku ingin kau ada di rumahku pada pukul 7 tepat, ku bilang 7, jangan sampai terlambat. Alamatku di 20 Steinfield st., Fence, St. Rose. Dan aku tahu kau sedang kaget, aku tahu bagimana ekspresi wajahmu. Jangan ingkar janji. Tuhan! Seseorang yang mengirim surat belakangan waktu ini adalah Jesse. Aku sangat bingung dibuatnya. "Tuhan, anak ini sangat aneh!" Gerutuku.

Aku mengirim pesan pada Jesse, mengatakan bahwa aku sudah membaca suratnya dan aku akan pergi ke pesta ulang tahunnya pada pukul 7 tepat. Waktu menunjukan pukul 4, aku lalu bergegas mandi dan berdandan. Saat itu pula aku mendengar ketukan pintu dari bawah. Saat aku membuka pintu, "Dylan? Dad?!" Seru ku tak percaya lalu memeluk Dad. Dad datang! Dia benar-benar datang. Bau itu, bau rokok dan alkohol yang sudah menjadi parfum Dad untuk waktu yang lama. "Apa kabar, Ash sayang?" Kata Dad memelukku erat. "Dylan, kau menipu ku ya?" Kataku. "Ya, sebenarnya aku pergi ke stasiun untuk menjemput Dad. Kau pulang dengan siapa?" Tanya Dylan lalu menyimpan tas dan ransel Dad. "Aku pulang sendiri." Jawabku.

"Omong-omong, kenapa kau menggunakan gaun? Mau kemana kau?" Tanya Dylan. "Oh iya, Dad, Dylan, malam ini temanku ulangtahun dan aku di undang ke pesta ulang tahunnya. Aku akan ada disana jam 7, boleh 'kan?" Tanyaku. "Kau boleh melakukan apapun yang kau mau, Dylan akan mengantarmu." Kata Dad. "Terimakasih, Dad." Kataku lalu bergegas ke kamarku untuk melanjutkan berdandan.

Dress biru laut, high heels hitam, sedikit riasan wajah dan fairy-tail up-do hair ku rasa sangat cocok untuk kostumku malam ini. Ku lihat waktu sudah menujukan pukul 6:20pm, aku harus segera menuju rumah Jesse. "Dylan, ayo." Kataku. Lalu kami pun pergi, menuju alamat yang Jesse kirim, Fence.

Setelah sampai di alamat yang kami tuju, terlihat banyak orang di luar. Ini membuatku semakin yakin bahwa ini memang rumah Jesse. "Baiklah, Dylan. Terimakasih." Kataku mencium pipi kanan Dylan. "Jam berapa harus ku jemput lagi?" Tanya Dylan. "Akan ku SMS." Jawabku. Aku langsung masuk ke rumah itu. Mencari-cari orang yang kira-kira aku kenal.

Setelah 15 menit berbaur disana, "Kau ternyata datang juga." Kata seseorang di belakang ku. Aku menoleh ke belakang, "Oh, hai." Kataku, ya tuhan dia ganteng sekali! Teriak ku dalam hati. Ia memakai kemeja putih dengan dasi hitam dan celana bahan hitam serta sepatu yang mengkilap. "Selamat ulang tahun, Jesse. Ini pesta yang indah." Kataku sambil tersenyum. "Ku kira kau sudah tak tertekan lagi." Katanya dengan sangat sedikit senyum, membuatnya terlihat semakin manis.

"Ayahku baru saja pulang dari tour kasino nya. Itu membuatku melupakan masalah di sekolah." Kataku.

"Ikut aku, Ash." Katanya tiba-tiba. Aku lalu mengikutinya dari belakang.

JESSE (because a boy like you is impossible to find)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang