Aku berjalan ke kelas Matematika. Dan menemui semua (mantan) sahabatku disana. Mereka semua mendelak ke arahku. "Oh, datanglah si wanita yang tega melihat sahabatnya kesulitan." Kata Olivia. Aku tak menggubrisnya, aku hanya duduk di kursi meja paling depan. "Ashley! Kami bicara dengan mu apa kau tuli?" Kata Olivia. Aku tetap tidak menggubrisnya.
"Dengar, jika bukan karenamu. Besok kita tidak akan pernah dijemur di halaman sekolah, kecam itu, wanita jelek." Kata Olivia. Aku menahan amarah, benar-benar aku tahan.
Drr.. drr.. Handphone ku bergetar. Aku segera mengambilnya.
From: +17662312907
Pergi lah ke belakang sekolah, aku menunggu mu. Jesse
Aku mati di buatnya. Anak itu benar-benar mengetahui aku. Aku terkaget. Lalu dengan mencuri-curi celah kesempatan, aku pun pergi meninggalkan kelas. Setelah sampai lorong koridor, aku tidak melihat siapapun. Ini adalah bagian belakang sekolah.
To: Jesse
Dimana kau?
Namun setelah beberapa lama ia tidak membalasnya. Aku pun duduk di bangku yang ada di situ. "Nona Ashley Willington, apa yang sedang kau lakukan disini? Kau meninggalkan kelasku dengan sengaja?" Aku terkaget saat menoleh ke belakang sudah ada Mrs. Irene, guru Matematika. Aku hanya diam dengan wajahku yang pias. "Ikut saya ke ruang BK." Katanya sambil menarik tanganku. Aku terpaksa mengikutinya. Sial!
Saat aku masuk ke ruang konseling,
"Jesse?" Kataku saat menyadari Jesse sedang duduk juga disitu. Ia melihat ke arahku, dengan tatapan mata yang tidak bisa ku tebak. "Duduklah, nona." Kata Mrs. Pearce, guru konseling kami. "Apa masalahmu? Kenapa kau melewatkan kelas matematika?" Tanyanya dengan wajah yang penuh perhatian. "Aa.. a... ak-" "Aku membuat rencana untuk kabur dari sekolah dengannya, kami berdua janjian di belakang sekolah, namun aku ketahuan dan membiarkan dia menungguku sendirian. Ini salahku." Jesse angkat bicara.
"Kenapa kalian mau kabur dari sekolah?" Tanya nya. Jesse tidak menjawab. "Nona Ashley? Kau tidak bisa menjawab?" Tanya Mrs. Pearce. "Aa..aku hanya mengikutinya saja." Jawabku gugup. Walaupun aku adalah badgirl di sekolah ini, namun ini adalah kali pertama aku masuk ruang konseling. "Hm, baiklah. Akan ku buat surat untuk orangtua kalian." Kata Mrs. Pearce lalu meninggalkan kami.
"Ini semua karena kau!" Kataku berbisik dengan nada kesal. "Aku tak percaya kau benar-benar mendatangiku ke belakang sekolah." Jawabnya santai. "Dasar aneh!" Kataku penuh kesal. Ia diam saja. "Baiklah, Ashley Willington dan Jesse Turner. Kalian akan memasuki hari aman, dimana dalam waktu 48 jam kami akan mengawasi kalian berdua. Dan khusus untuk kau, tuan Jesse, sampaikan surat keterangan tidak baik ke orangtua mu. Pastikan mereka menandatanganinya." Kata Mrs. Pearce. "Baiklah, Mrs. Pearce." Jawab Jesse. Aku benar-benar kesal pada si anak aneh ini. Sangat!
Setelah itu dia langsung berdiri dan meninggalkan ruang konseling, tanpa minta maaf padaku atau apapun. "Hey! Hey, kau benar benar membuatku tertekan!" Kataku. Ia membalikan badannya. "Setidaknya kau tidak tertekan sendirian." Jawabnya. Kata kata itu, serta tatapan dari bola matanya yang hijau laut membuatku tak berani membalasnya. Aku membiarkan ia pergi.
Berita langsung cepat menyebar bahwa Jesse dapat peringatan dari pihak konseling. Namun tidak ku dengar sedikitpun berita tentang aku, Ashley Willington yang mendapat hukuman yang sama dengannya. Aku berjalan menuju kantin, sendirian. Di kantin aku melihat Olivia, Eva dan Tina, mereka melihatku dengan tatapan bengis.
"Apa kalian tau tentang Jesse?" Kata Olivia. Aku mengupingnya, sembari minum susu cokelat dan pura-pura memainkan iPhone-ku. "Ya, ku dengar dari Franta, ia melihat Jesse di Harry's Bookstore tadi malam." Kata Eva. "Berarti benar rumahnya di Fence." Kata Tina. Tunggu, tunggu.
"Hey, tunggu, apa tadi kalian bilang sesuatu tentang Fence? Dan Harry's Bookstore?" Tanyaku sambil mendekati meja mereka. "Apa yang kau lakukan disini, Ash? Menguping kami?" Kata Olive. "Hey, dengar. Aku bisa membantu kalian untuk menjadi pacar Jesse, kurasa ia akan diskors selama 2 hari dan waktu itulah yang tepat untuk memberikan perhatian padanya." Kataku sok bijak. Percayalah, aku tidak tahu apa yang aku bicarakan.
"Tau darimana kau tentang Jesse?" Kata Eva. "Halo, teman-teman, ia adalah figur publik sekarang semua orang tau siapa dia, termasuk aku." Kataku. "Baiklah, mungkin itu adalah kesempatan terakhir." Kata Olive. "Baiklah, saat hari Jesse diskors aku akan memberikan perhatian sepenuhnya. Berharaplah ia akan diskors besok sehingga besok kita tidak akan dijemur." Kata Olive. "Semoga berhasil, sahabat." Kataku lalu meninggalkan mereka.
RING!! Bel sekolah berbunyi tanda waktu pulang. Aku langsung menuju gerbang sekolah untuk menunggu Dylan menjemputku. Namun setelah 15 menit ia tidak datang juga. Sementara ku kira seluruh murid sudah pulang, dan aku tidak punya teman yang bisa di ajak ngobrol. Drr.. drr.. handphone-ku berdering, aku segera melihatnya.
From: Dylan☆
Hey aku sedikit terlambat menjemputmu. Apa kau mau menunggu? Atau pulang tanpaku?
Ah sial. Batinku.
To: Dylan☆
Ku rasa aku akan pulang duluan saja. Akan ku kabari kau jika ku sudah sampai di rumah.
Aku lalu berjalan menuju Eden st. Dan melihat, seorang laki-laki, dari kejauhan, ia mendekat ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
JESSE (because a boy like you is impossible to find)
Teen Fiction"Ashley, lihat itu Jesse." Katanya menganga. Aku melihat ke arah kanan. Ia berdiri disitu, dengan gayanya yang serba jeans membuatnya terlihat seperti badboy. Ditambah kacamata hitam yang ia kenakan dan rokok yang diapit oleh kedua bibir merah muda...