"Maaf." Kataku, langsung pergi tanpa melihat siapa orang yang aku tabrak itu.
Oh, dasar wanita jaman sekarang. Rela menguras habis harga dirinya demi lelaki yang bahkan menjadi bahan taruhan semua wanita. Batinku. "Ashley! Ashley!" Ku dengar saudaraku, Dylan memanggilku dari lantai bawah. "Ya, aku datang!" Seruku.
"Ashley, lihat apa yang ku temukan di panel pos." Kata Dylan lalu membuka isi kresek hitam. "Aku tidak tahu. Apa itu?" Kataku lalu membuka isi kreseknya. "Kresek ini penuh surat." Jawab Dylan. "Oh, itu pasti dari Mom. Coba kita buka." Kataku lalu merogok isi kresek itu.
Sayangku, Dylan dan Ashley
Hai sayang, maaf ibu tidak bisa mengunjungi kalian di libur musim gugur ini. Ibu sangat merindukan kalian. Ibu cinta kalian, bagaimana kabar kalian? Sudah kucoba telepon Mr. Bonie tapi ia tidak pernah membalas pesanku. Aku harap kalian baik-baik saja. Aku cinta kalian.
Ibu, dengan cinta untuk Dy dan Ash.
Aku membacanya sampai bawah, dengan Dylan. "Apa kataku, ia bukan ibu yang baik." Dylan lalu meninggalkan kresek itu di meja makan. Aku masih tertegun. Lalu kuambil lagi surat lainnya. Fence St. Rose, California. Tertera di alamatnya. Lalu kubuka surat itu.
Aku sangat senang bisa melihatmu dari jauh. Begitu isinya. "Hey, Dylan! Aku rasa ada surat untukmu!" Kataku berteriak. "Dari siapa?" Jawabnya berteriak lagi. "Entahlah, hanya tertulis Fence St. Rose." Kataku. "Aku tidak punya teman disana!" Jawab Dylan. Aku membulak-balik surat beramplop cokelat itu. Dari siapa ya? Batinku.
Ring! Bel berdering. Hari ini benar-benar berbeda, aku tidak lagi berangkat bersama Olivia, Eva dan Tina. Aku berangkat bersama Kakakku, Dylan. Aku segera memasuki kelas Kimia dan ya, ku temukan lagi si anak baru itu. Kami memiliki 2 kelas yang sama.
Aku melewatinya yang sedang asyik menulis di bangkunya. Aku memperhatikan gerak-geriknya.. Tunggu! Kenapa aku harus memperhatikannya? Ah. Aku lalu pura-pura menulis juga. Oh, sekarang aku mulai gila.
Sampai 15 menit belum ada guru yang masuk ke kelas. Anak-anak yang lain banyak yang berkeliaran keluar. Sementara aku, di kelas, bersama si anak baru itu. Ku pikir apa salahnya mengajaknya berkenalan, tapi, ah! Apa kau gila Ashley? Kau benar-benar tidak tertarik padanya! Batinku.
"Ashley!" Aku terkejut saat melihat Olivia, Eva dan Tina di ambang pintu, memanggilku. "Olive?" Aku langsung mendekati mereka dengan perasaan lega. "Eh! Kenapa kau ini? Aku hanya ingin mencoba mendekati Jesse. Bukan kau." Kata Olivia lalu memasuki kelasku. Aku terbelalak, lalu melihat Olivia mulai mendekati si anak baru itu. Ia sedikit berbincang dengan si anak baru itu. Namun sepertinya reaksinya negatif. Ia langsung meneriaki Olivia dan pergi dengan tasnya.
"Kalian, kalau ada yang mencoba mendekati aku, jangan aneh jika ku laporkan ke polisi!" Begitu katanya sambil menunjuk kami bertiga. "Aku? Hey! Apa masalahmu, bung?" Kataku sambil mengejar dia. "Aku tahu kau adalah salah satu dari mereka." Lalu dia segera meninggalkanku. Hah? Dia mengetahuinya? Darimana? Batinku. "Sial!" Gerutu Olivia.
"Jesse benar-benar sulit ditaklukan. Aku kehabisan cara." Kata Olivia. "Sudah ku bilang dia memang susah dekat dengan wanita." Ujar Tina. "Eva, sampai mana rencanamu?" Tanya Olive. Aku hanya memperhatikan mereka berbicara. "Oh, aku sudah menghubungi setiap nomor di sekolah ini, aku mendapatkan nama Jesse namun itu adalah Jesse dari kelas Sejarah, bukan Jesse yang itu." Jawab Eva kesal.
"Baiklah, teman-teman." Kataku angkat bicara. Mereka semua melihat sinis ke arahku. "Ku mohon, jangan melihatku dengan tatapan itu. Aku sangat ingin bersama kalian lagi." Kataku. "Oke, menurutku Ashley adalah kesempatan terakhir." Kata Tina. "Maaf, apa katamu?" Lanjut Olive. Aku tertegun melihat wajahnya yang sedikit kaget.
"Ya, Ash masih bagian dari kita. Jika kalian telah gagal mendekati Jesse kenapa tidak berikan kesempatan untuk Ash mencoba?" Kata Tina. "Oh, tidak mungkin." Kataku menutup wajah. "Dengar, Ashley. Jika kau ingin bergabung bersama kami lagi, dapatkan Jesse.."
"Demi sepasang snickers Paris palsu? Begitu?" Potongku. "Sialan kau! Bukan masalah sepatu berkilau itu tapi masalah apakah kau ingin melihat kami dijemur di lapangan atau tidak?" Kata Olive. "Ya, Ash. Bantulah kami, kami mohon." Kata Eva. Aku terdiam sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
JESSE (because a boy like you is impossible to find)
Teen Fiction"Ashley, lihat itu Jesse." Katanya menganga. Aku melihat ke arah kanan. Ia berdiri disitu, dengan gayanya yang serba jeans membuatnya terlihat seperti badboy. Ditambah kacamata hitam yang ia kenakan dan rokok yang diapit oleh kedua bibir merah muda...