Happy Reading
***
(Namakamu) berjalan dengan gontai melewati setiap apartement orang lain. Sesekali ia melirik ke kanan dan kekiri untuk melihat seseorang. Namun sayangnya,ia hanya sendirian berjalan disini. Walaupun ada orang,paling mereka hanya sekedar menyapa tanpa tahu nama satu sama lain. (Namakamu) belum terlalu mengenal penghuni disini. Wajar saja,ia baru tinggal disini sejak 2 bulan lalu.
Tak lama kemudian,langkahnya terhenti. Ia mengeryit saat melihat terdapat tas ransel yang terletak didepan pintu apartement Iqbaal. Jadi Iqbaal pulang lebih awal? Tumben sekali cowok itu pulang lebih awal. Tapi bagaimana bisa Iqbaal lupa membawa masuk ranselnya? (Namakamu) mengangkat kedua bahunya acuh. Ia kemudian mengangkat ransel Iqbaal dan sebelah tangan lainnya ia gunakan untuk memencet bel.
Tingnong Tingnong
Cklek
Iqbaal membuka pintu apartementnya. (Namakamu) terlonjak kaget saat melihat Iqbaal yang keluar dengan seorang bayi yang ada digendongannya. Sampai sampai,(Namakamu) menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan sebelah tangannya. *takutkemasukanlalat
"Ngapain lo mencet bel apartement gue?" Pertanyaan Iqbaal membuat (Namakamu) kembali pada kesadarannya. Ia berusaha menghilangkan ekspresi terkejutnya dan bersikap biasa.
"Gak. Gue cuma mau balikin ransel lo nih." (Namakamu) menyerahkan ransel yang sedari tadi ia pegang kepada Iqbaal. Iqbaal mengambil ransel miliknya dari (Namakamu) dengan kasar.
"Emang lo maling yah. Dari tadi gue cariin ransel gue tapi gak ketemu. Dasar maling!" Umpat Iqbaal.
"Enak aja lo katain gue maling. Niat gue baik tau balikin ransel lo. Tadi gue nemu di depan apartement lo kali." Protes (Namakamu). Ia tak terima dikatain maling oleh Iqbaal. Ia adalah cewek baik baik. Tak pernah ia diajarkan oleh keluarganya untuk berbuat jahat. Apalagi mencuri. Tidak pernah sekalipun dan tak akan pernah (Namakamu) lakukan.
"Alah pake ngeles segala lagi. Mana ada maling mau ngaku kalo dia yang nyuri."
"Ingat! Gue bukan maling tau! Gue cuma nemu ransel lo." (Namakamu) mulai kesal terhadap Iqbaal yang terus mengatainya sebagai maling atau pencuri.
"Udah deh. Gue mau balik ke apartement gue. Gue lelah debat sama lo." Baru satu langkah (Namakamu) melangkah,pergelangan tangannya telah dicekal oleh Iqbaal.
(Namakamu) menoleh kepada Iqbaal dan menaikkan sebelah alisnya. "Mau apa lagi?"
"Lo kalo maling jangan kabur. Lo harus tanggung jawab."
"Hah,tanggung jawab? Emang gue habis apain lo? Gue gak perkosa lo juga gak buat lo hamil kan?" Tanya (Namakamu).
"Emang gak pernah. Kalo kita lakuin 'itu' paling lo yang hamil,bukan gue." (Namakamu) langsung meninju bahu Iqbaal.
"Dasar mesum!"
"Yang mesum duluan siapa? Lo kan yang bilang kek gitu duluan?" (Namakamu) menggaruk tengkuknya. "Iya juga sih. Trus gue harus tanggung jawab apa coba?"
Iqbaal tampak berfikir. "Lo harus bantuin gue ngurus bayi ini." Iqbaal menunjukkan bayi yang ada digendongannya.
"Eh,ini anak lo? Lo hamilin siapa? Atau lo yang beranak?" Tanya (Namakamu).
"Ini gue temuin didepan apartement gue. Gak tau juga ini anak siapa. Tapi yah gue kasian karena dibuang sama orang tuanya. Jadi gue putusin buat rawat bayi ini."
"Kasian bener. Sini deh coba gue gendong." Iqbaal menyerahkan bayi yang ada di gendongannya ke (Namakamu). (Namakamu) menerimanya dengan lembut. Ia memerhatikan bayi yang ada digendongannya sesekali mengelus pipinya dengan lembut.
"Yaudah deh gue bantuin lo ngurus anak lo."
"Eh bukan anak gue kali. Gue cuma nemu."
"Alesan aja bilang nemu. Bilang aja kali kalo lo beranak didalam apartement lo."
"Yakali gue beranak. Gue kan cowok."
"Cowok cucok. Hahaha."
"Iya gue beranak. Beranak karena lo."
"Hah?"
***
"Baal namanya siapa sih?" Tanya (Namakamu). Ia sedang memerhatikan bayi yang ditemukan Iqbaal tengah terlelap di ranjang Iqbaal.
"Gak tau."
"Trus lo mau kasih nama siapa?"
"Eh dia bukan siapa siapa gue. Gue gak berhak kasih dia nama."
"Kalo gitu coba lo liat keranjang bayi ini,siapa tau orangtuanya nitip surat atau apa." Iqbaal menuruti ucapan (Namakamu). Ia berjalan mencari keranjang bayi yang ia letakkan di sudut kamar. Ia mengambil keranjang tersebut dan menyerahkannya kepada (Namakamu).
"Coba lo chek sendiri." (Namakamu) menerima keranjang tersebut dan melihat lihat isi keranjang tersebut. Ditemukannya secarik kertas dan (Namakamu) mengambilnya kemudian membacanya.
"Jaga dan rawat bayi ini dengan baik baik. Saya sangat minta tolong sama kamu buat menjaga dan merawat bayi ini. Kamu tidak perlu untuk memberinya nama. Saya sudah memberinya nama. Rafi Adriansyah Warman. Panggil saja dia Rafi. Saya ucapkan terima kasih karena kamu mau menjaga bayi ini." (Namakamu) menghentikan aktivitas membacanya. Ia kemudian menoleh kearah Iqbaal dan bayi yang ternyata bernama Rafi itu bergantian.
"Ternyata orang tuanya emang sengaja buat buang anaknya dan nitipin ke lo." Sambung (Namakamu).
"Gue bakal jagain dia kok."
"Namanya Rafi. Nama cowok."
"Emang dia cowok kali,(Nam..)."
"Oke kalo gitu. Sekarang gue boleh pulang kan? Rafi udah tidur kok."
"Tunggu dulu. Ada yang mau gue omongin." (Namakamu) menghentikan langkahnya. Ia kemudian menoleh kearah Iqbaal.
"Apa?"
"Thanks udah mau bantuin gue. Dan mulai saat ini kita berhenti musuhan kan?" (Namakamu) mengeryit.
"Kita gak musuhan lagi. Sekarang kita jadi teman. Lo mau kan jadi teman gue?" Sambung Iqbaal.
Aneh. Iqbaal sangat aneh. Tidak biasanya Iqbaal baik seperti ini. Biasanya ia bersikap angkuh dihadapan (Namakamu). Tapi ini Iqbaal bersikap baik bahkan mengajak (Namakamu) untuk berteman? Apa Iqbaal berubah karena kehadiran Rafi? Baguslah.
"Oke,kita sekarang teman." (Namakamu) mengacungkan jari kelingkingnya. Iqbaal juga ikut mengacungkan jari kelingkingnya da menautkannya dengan jari kelingking (Namakamu).
"Kita sekarang teman. Dan gak boleh musuhan lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby
Random' Baby ' Part 1 ( Percobaan ) ' Ashilah ' Happy Reading *** Seorang gadis melangkahkan kakinya melewati setiap koridor untuk menuju ke kelasnya. Senyuman manis terus mengembang menghiasi wajah cantik dan manisnya. Tatapan memuja terus diberikan oleh...