Baby - part 8

1.6K 91 0
                                    

Happy Reading!!!

"Gue emang gitu. Paling kalo gue nangis,gue harus menyendiri dulu biar gak diliatin orang." Alwan dan (Namakamu) sama sama tertawa. Sesaat kemudian raut wajah Alwan berubah menjadi serius. Alwan kemudian mengamit kedua tangan (Namakamu) dan menggenggamnya dengan erat. (Namakamu) yang menyadari itu langsung menghentikan tawaannya.

"(Nam..),udah sekian tahun aku mendam perasaan ini sama kamu. Setiap kali aku mau mengungkapkannya sama kamu,pasti ada aja halangannya. Dan sekarang aku rasa waktunya udah pas untuk mengungkapkannya. Semoga kamu tidak marah sama aku atau benci sama aku setelah aku mengatakan ini sama kamu."

"To the point deh,Wan. Ribet gue mahaminnya kalo belit belit kek gitu." Potong (Namakamu).

"Oke,to the point. (Namakamu) Azalia,maukah kamu jadi pacar aku? Menjadi bagian dari hidup aku,menemani setiap hari hariku baik suka maupun duka?" Setelah mendengar pernyataan yang terlontar dari bibir menggoda milik Alwan,sontak (Namakamu) tertawa. Alwan yang mendengar (Namakamu) tertawa hanya mengeryit heran. Apa ada kata yang salah yang telah ia ucapkan? Atau (Namakamu) akan menolaknya mentah mentah? Tak mau pusing dengan pertanyaan yang berkecamuk dibenaknya,Alwan segera menanyakannya kepada (Namakamu).

"Kamu kenapa ketawa? Apa ada yang lucu? Atau aku tadi salah ngomong?" (Namakamu) menggeleng cepat seraya menepis air mata yang telah keluar melalui sudut matanya. "Lo gak salah sih. Cuma lo lucu aja sih. Daritadi lo ngucapin kalimat yang ribet tadi Cuma buat minta gue jadi pacar lo?" Alwan mengangguk.

"Kenapa lo gak langsung to the point aja? Dari pada lo setengah mati nyusun kata kata yang sama sekali gue gak mengerti. Bilang gue akan marah lagi setelah lo ngucapin ini. Ya nggak bakal lah gue marah sama lo. Secara lo kan cowok normal,pasti lo bakal ada rasa suka lah sama lawan jenis."

"Jadi gimana,kamu mau apa nggak?" Alwan menatap (Namakamu) dalam menunggu jawaban yang akan terlontar dari mulut (Namakamu). (Namakamu) meletakkan jari telunjuknya dibawah dagunya pertanda ia sedang berfikir. Apakah (Namakamu) menerima untuk menjadi pacar Alwan atau ia akan menolaknya?

"Hm,gimana yah. Mau apa nggak yah?"

"Kamu harus terima dong."

"Lo pengen banget yah gue jadi pacar lo?"

"Iyalah. Asal kamu tau yah,perasaan ini aku pendem udah sekian tahun. Dari kita SMP sampai SMA."

"Hm,gue pikir-pikir dulu deh. Lo bisa kasih gue waktu,kan?" Alwan menatap (Namakamu) dengan tatapan sendu. "Apa kamu gak yakin sama aku? Selama ini aku kan gak pernah buat kamu nangis. Gak pernah bikin kamu sedih ataupun sakit hati." (Namakamu) menggelengkan kepalanya dengan cepat. Memang benar apa yang dikatakan oleh Alwan. Selama ini Alwan tak pernah membuatnya menangis,tak pernah membuatnya sedih ataupun sakit hati. Justru selama ini Alwan selalu membuatnya bahagia,tertawa,dan merasa nyaman. Tapi entah kenapa ia enggan menerima Alwan untuk menjadi pacar. Ia hanya ingin menjadikan Alwan sebagai sahabat ataupun kakak baginya. Ia ingin Alwan bersama perempuan yang jauh lebih baik dibandingkan dirinya.

"Gak gitu maksud gue,Wan. Gue Cuma butuh waktu buat mikirin hubungan yang pas buat kita berdua." Alwan mengangguk paham. "Aku ngerti. Aku kasih kamu waktu 3 minggu buat kamu mikir. 3 minggu kedepan,aku bakal datang temuin kamu."

"Maksud lo selama 3 minggu kedepan,lo gak temuin gue? Kita gak bisa ketemu?" Alwan mengangguk membanarkan pertanyaan (Namakamu). "Iya. Selama itu,aku kasih kamu waktu buat mikir. Dan aku bakal terima apapun itu jawaban kamu." Alwan memandang kearah jendela. "Sorry (Nam..),aku gak bisa antar kamu pulang. Kamu bisa pulang naik taksi sendiri,kan? Biar aku yang bayarin. Mama aku nyuruh aku pulang. Dan gak baik kalo cewek masih diluar jam segini. Ini udah jam setengah 9." Baru saja Alwan merogoh isi dompetnya,(Namakamu) dengan cepat menahan lengan Alwan. Ia bukan cewek matre yang selalu saja minta dibayarkan dengan cowok. "Gak usah. Gue juga punya uang sendiri. Dan gue bakal bayar sendiri.

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang