Baby - part 10

1.6K 89 0
                                    

Happy Reading

Bel apartement (Namakamu) berbunyi pertanda ada tamu yang sedang berkunjung. Sejenak,(Namakamu) memandang pintu apartementnya dengan malas. Apakah ia harus bangkit dan melangkah ke pintu untuk membuka pintu apartement? Seberapa penting tamu yang datang dibandingkan dengan tugasnya yang saat ini tengah ia kerjakan yang akan deadline besok? Huh,ini sebab Alwan yang selalu mengajaknya bepergian sehingga ia melupakan tugasnya sebagai pelajar yang setiap saat harus belajar dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru di sekolah.
(Namakamu) bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya yang terkesan seperti 'menyeret kakinya' hendak membukakan pintu. Sepertinya tamunya tidak sabar sehingga tamu itu memencet bel belnya berkali kali. (Namakamu) juga tidak dapat berkonsentrasi menyelesaikan tugasnya jika setiap kali mendengar bunyi bel yang ditekan berulang ulang kali. Huh,tamu itu membuatnya kesal.
(Namakamu) memutar kuncinya kearah kanan,dan menekan knop pintu. Saat pintu terbuka,tampaklah Iqbaal yang tengah menggendong Rafi. Rafi tampak menggemaskan dengan kupluk dikepalanya dan compeng yang menutupi bibir manisnya. (Namakamu) tahu jika Rafi tengah tersenyum. Terbukti dengan kedua lesung pipi yang tercetak jelas di pipi Rafi yang putih sehalus sutera. (Namakamu) sampai lupa jika tadinya ia merasa kesal akibat tamu yang ternyata Iqbaal.
"Gue titip Rafi yah." Ujar Iqbaal memecah keheningan. Sejenak,(Namakamu) memerhatikan penampilan Iqbaal dari atas hingga bawah. Berpakaian lengkap,rapi,dan terkesan keren. Mau kemana Iqbaal? Hm,(Namakamu) dapat menebaknya.
"Iyadeh. Gue tau lo mau ketemuan sama Dianty kan? Yaudah pergi sono. Mumpung gue ada dirumah nih."
"Thanks deh,(Nam..). Btw gue udah keren belum? Dianty bakal terkesima gak kalo liat penampilan gue?" Iqbaal melihat alis (Namakamu) mengkerut dan bahunya yang dinaikkan lalu diturunkan. "Maybe. Gue gak tau pasti. Well,pandangan setiap orang berbeda beda,kan? Belum tentu gue bilang 'iya' Dianty juga bakal bilang 'iya'."
"Hm,lo bener juga. Gue liat aja deh reaksi Dianty kek gimana. "
"Ohiya,ngapain lo mencet mencet bel apartement gue? Bukannya lo udah tau password apartement gue? Kenapa gak langsung masuk aja?" Iqbaal menunjukkan cengiran khasnya yang menampilkan gigi depan Iqbaal yang berwarna putih bersih dan tersusun rapi. "Gue lupa. Yang ada dipikiran gue Cuma pencet bel dan nunggu lo keluar. Dianty mengalihkan duniaku." (Namakamu) langsung menyentil dahi Iqbaal. "Lebay amat sih lo. Siniin Rafi nya. Dan lo buruan sono pergi. Nanti keburu Dianty sampai duluan."
"Gue belum ngasih tau Dianty. Rencananya sih gue bakal ngasih tau dia pas gue udah nyampe dirumahnya."
"Jadi ceritanya lo jemput dia gitu kerumahnya terus ngajak dia jalan?" Iqbaal mengangguk seraya tersenyum tipis. "Iya dong. Gue sekalian mau salaman sama nyokapnya Dianty. Nih Rafi. Gue mau pergi sekarang." (Namakamu) menerima Rafi dengan kedua tangannya. Sedangkan Rafi hanya cekikikan saat digendong oleh (Namakamu). "Good luck yah." Iqbaal mengacungkan jempolnya dan berlarian kearah lift. Setelah Iqbaal telah memasuki lift,(Namakamu) menutup pintu apartementnya dan membawa Rafi masuk. (Namakamu) mendudukkan Rafi di karpet agar Rafi dapat leluasa bergerak semaunya. Setelah duduk dikarpet,Rafi hanya duduk diam menatap (Namakamu) yang juga duduk dihadapannya.
"Fi,kita main apa nih?" Rafi hanya duduk menatap (Namakamu). Bukannya menjawab pertanyaan dari (Namakamu),Rafi malah tertawa dan bertepuk tepuk tangan. Sungguh menggemaskannya Rafi. (Namakamu) mengerti,Rafi belum pandai berbicara. Untuk itu,ia perlu mengucapkan beberapa kata agar Rafi dapat mengikutinya. Berhubung,Rafi memiliki perkembangan yang sungguh pesat. Dokter yang berkata begitu tempo hari lalu saat (Namakamu) dan Iqbaal pergi memeriksakan keadaan Rafi ke dokter.
Rafi mulaimeletakkan kedua tangannya dikarpet dan mulai berdiri. Ia berjalan dengan sempoyongan kearah (Namakamu). (Namakamu) yang melihat itu hanya tersenyum bangga menyaksikan Rafi yang kini telah bisa berjalan. Ia juga bangga pada dirinya sendiri yang telah mengurus Rafi sejak berusia 3 bulan. Dan kini usia Rafi hampir menginjak 10 bulan yang tak lama lagi sudah 1 tahun. Ia sendiri tidak menyadari betapa cepatnya waktu berputar. Rafi sampai kepada (Namakamu) dan langsung memegang baju yang tengah dikenakan oleh (Namakamu). (Namakamu) dengan sigap meraih Rafi dan mencium pipinya dengan gemas.
***
Jari jemari Iqbaal dengan lihai menari nari dikeyboard handponenya. Ia tengah mengetik kata per kata. Lebih tepatnya mengetik sebuah pesan singkat yang ditujukan kepada Dianty.
To: Dianty
Aku ada didepan rumah kamu. Keluar gih.
Baru saja Iqbaal hendak menekan tombol 'send', terdengar suara mesin mobil yang berada tak jauh darinya. Ia menolehkan kepalanya dan melihat mobil yang berhenti di depan rumah Dianty. Tak lama kemudian pintu pengemudi terbuka. Keluarlah sosok pria tinggi tegap dengan perawakan yang cukup tampan. Ia tengah berlari hendak membuka pintu penumpang disisi kiri. Saat pintu penumpang telah terbuka,keluarlah sosok wanita yang sedari tadi Iqbaal telah tunggu. Tampak wanita itu mencium mesra pipi sang pria dan sang pria mencium mesra kening sang wanita. Setelah itu keduanya tersenyum dan mengaitkan kedua tangan mereka. Melihat itu,Iqbaal membulatkan kedua matanya. Wajahnya merah padam ,matanya nyalang penuh amarah,dan kedua tangannya terkepal disisi kiri dan kanan. Iqbaal berjalan menghampiri mereka dengan kaki yang terus ia hentak hentakkan ke tanah.
"Dianty!" Dianty terlonjak kaget saat mendengar seruan dari Iqbaal. Bukan seruan,lebih tepatnya bentakan yang Iqbaal tujukan kepadaDianty. Bukan hanya Dianty saja yang menoleh kearah Iqbaal,melainkan pria yang berada disebelah Dianty juga ikut menatap Iqbaal dengan alis berkerut.
"Iq..Iq..Baal." Ujar Dianty dengan terbata bata. Merasa kegugupan tengah melanda Dianty,sang pria malah mempererat genggaman tangannya pada tangan Dianty. Bermaksud menghilangkan sedikit rasa gugup yang dialami oleh Dianty.
"Apa apaan ini? Siapa cowok yang disamping kamu? Selingkuhan kamu?" Kini emosi Iqbaal tak dapat diredam lagi. Ia telah meledak mengeluarkan pertanyaan kepada Dianty dengan suara tinggi. Dianty yang mendengar bentakan Iqbaal tampak takut. Sedetik kemudian,Dianty menatap Iqbaal dengan tatapan angkuh seolah menantang Iqbaal.
"Ohiya Baal. Kenalin ini namanya Karel. Sekarang dia pacar aku." Dianty memperkenalkan Karel dengan wajah bangga kepada Iqbaal. Iqbaal berdecih melihat betapa bangganya Dianty memperkenalkan Karel kepadanya.
"Jadi sekarang Karel pacar kamu?" Dianty mengangguk mengiyakan pertanyaan Iqbaal. Dianty menyikut lengan Karel agar Karel mengulurkan tangannya kepada Iqbaal. Karel mengerti kode dari Dianty tersebut. Ia mengulurkan sebelah tangannya dan dibalas oleh Iqbaal.
"Karel Susanto. Teman kelas sekaligus pacar dari Dianty."
"Iqbaal Diafakhri. Teman dari pacar lo itu." Dianty menatap Iqbaal dengan tatapan tidak percaya. Ia tak menyangka bahwa Iqbaal selama ini hanya mengakuinya sebagai teman. Lantas,apa artinya lima bulan terkahir ini? Apa Iqbaal hanya menganggapnya sebatas teman?
"Awalnya gue kira lo pacarnya Dianty yang habis mergoki Dianty selingkuh." Ujar Karel dengan tenang. Iqbaal hanya menanggapinya dengan cengiran khasnya. "Awalnya sih emang iya."
"Trus kenapa lo gak sebut dia mantan lo?"
"Keknya dia gak pantas disebut mantan. Dianya aja gak ngehargain gue. Padahal kita berdua belum putus sampai hari ini."
"Kamu yang gak ngehargain aku. Apa kamu pernah ngajak aku jalan? Apa kamu pernah perhatian sama aku? Kamu gak pernah peduliin aku. Kamu selalu aja asik sama dunia kamu sendiri dan lupa sama aku yang masih berstatus sebagai pacar kamu. Cuma Karel yang selama ini ngertiin aku. Dan selalu ada disamping aku saat aku butuh dia. Gak kayak kamu yang-
"Cukup Dianty. Gue ngerti kok. Karel lebih cocok sama lo dibanding gue. Maafin gue karena selama ini udah buat lo sedih,sakit hati,bahkan udah nyia-nyiain lo. Gue mau sekarang kita putus. Gue harap kita bisa jadi sahabat setelah ini. Gue gak mau tali silaturahmi antara kita berdua juga ikutan putus gara gara ini." Iqbaal tersenyum tipis. Karel juga tampak tersenyum membalas senyuman Iqbaal. Dianty hanya mengangguk seraya mengusapkan punggung tangannya diwajahnya. Bermaksud menepis airmata yang turun membasahi pipinya.
"Rel,boleh gue peluk Iqbaal?" Karel mengangguk memberi izin kepada Dianty untuk memeluk Iqbaal. Dianty melangkah maju memeluk tubuh Iqbaal. Pelukan terakhir dari Iqbaal untuknya. Iqbaal mengulurkan tangannya membalas pelukan Dianty.
"Maafin gue juga,Baal. Seharusnya aku gak ngambil jalan sendiri. Seharusnya aku ngomongin dulu berdua sama kamu." Iqbaal melepas pelukan Dianty dan menatap kedua matanya dengan lekat lekat. "Semuanya udah terjadi,Dant. Gak perlu lo sesalin lagi. Lagian sekarang udah ada Karel yang siap siaga menjaga lo." Iqbaal beralih menatap Karel yang sedari tadi terus mengumbar senyumnya. Iqbaal meraih tangan Dianty dan juga tangan Karel kemudian menyatukannya.
"Gue harap hubungan kalian abadi sampai ke pelaminan. Bahkan sampai kakek nenek dan hanya maut yang memisahkan kalian." Ujar Iqbaal yang keterakhir. Setelah itu,Iqbaal berlalu dari hadapan keduanya. Ia menaiki motor ninjanya,menyalakan mesinnya kemudian melajukannya meninggalkan kediaman Dianty.
***
Iqbaal memasuki apartementnya dengan wajah lusuh. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa hari ini hubungannya dengan Dianty telah berakhir. Padahal hari ini ia berniat mengajak Dianty berjalan jalan dan beromantisan ria. Tapi apa? Huh,tak perlu disesali lagi. Semuanya telah terjadi. Semuanya telah berakhir. Tak lama kemudian,(Namakamu) datang dengan Rafi yang tengah tertidur dalam naungan (Namakamu). Tampak wajah damai dan tenang Rafi saat tertidur.
(Namakamu) mengeryitkan dahinya saat melihat Iqbaal yang tengah terduduk lemas dilantai dengan wajah yang lusuh seperti kehilangan semangat hidup. Apalagi Iqbaal saat ini tampak mengusap rambutnya dengan frustasi sehingga rambutnya menjadi berantakan.
"Lo kenapa? Kek orang yang baru putus cinta aja lo." Iqbaal menoleh sekilas kearah (Namakamu). "Emang iya."
"What? Maksud lo,lo udah putus sama Dianty? Kapan? Kenapa bisa? Bukannya lo tadi jalan sama Dianty?"
"Malas gue ngebahasnya (Nam..). Bikin sakit hati aja."
"Ceritain aja kenapa lo bisa putus sama Dianty."
"Gue putus karena mergoki Dianty pacaran sama cowok lain."
"Siapa? Lo kenal sama cowok itu?"
"Kenal. Barusan gue kenalan. Namanya Karel Susanto teman kelasnya Dianty."
"Oh anak Ips 2 rupanya. Lo tinggal cari cewek lain aja. Biar lo gak terlalu larut dalam kesedihan lo itu."
"Lo pikir cari cewek gampang."
"Emang gampang. Banyak tuh di sekolahan cewek cantik. Kalo nggak lo pacarin aja temennya Dianty. Siapa tuh namanya,kalo gak salah Adiba namanya. Dia cantik juga kok."
"Lo pikir gue playboy."
"Emang iya kan? Lo playboy? Dari tampangnya aja udah keliatan banget."
Iqbaal mendengus kesal. "Inget baik baik yah. Gue emang tampan,keren,terkenal di sekolah. Tapi gak selamanya cowok kek gitu playboy."
"Lo juga perlu inget. Kalo bicara tuh pelan pelan aja. Lagian gue gak budek kok. Nanti kalo Rafi bangun,lo mau ngelonin lagi?" Iqbaal menggeleng. "Gak. Mending gue ngelonin lo."
"Lo kalo ngomong ngawur banget. Nih,gue udah taro Rafi di box bayinya. Ternyata dampak putus dari Dianty buat lo gila." (Namakamu) bergidik ngeri kemudian meninggalkan Iqbaal sendirian di apartementnya.
"Emang dampaknya parah amat yak sampai (Namakamu) ngeri sama gue."

***

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang