Anna membuka matanya lebar. Menatap pada seorang laki-laki yang berjalan santai ke arahnya. Cowok itu, untuk pertama kalinya menghampirinya di sekolah. Dia, Astha.
"Ada apa, Kak?" tanyanya ketika mendapati Astha berhenti di hadapannya.
"Mana Lio?"
Anna mengerutkan dahinya bingung. "Kak Lio?"
"Memangnya kamu nggak pulang bareng dia?" Anna tak langsung menjawab. Astha hanya mendapati adik perempuannya itu menggeleng. "Terus kemarin kamu pulang bareng siapa?"
"Kakak."
Aneh. Astha menatap heran pada Anna. Tak tahu harus bagaimana menanggapi jawaban adiknya itu. Maksudnya, kapan mereka pulang bersama kemarin? Seingatnya, dia hanya pulang sendiri. Kecuali jika Anna berniat untuk...,
"Kamu ngintilin aku diem-diem?"
Bukannya menjawab, Astha mendapatkan cengiran lebar dari Anna. Baik, ini rekor pertama mereka. Anna yang tersenyum lebar seperti anak kecil dan juga ini adalah waktu terlama serta kata terbanyak yang pernah mereka lakukan. Astha tak pernah suka untuk menghabiskan waktu lebih lama bersama Anna. Oh ... tentu saja karena masalah hati yang menurutnya bodoh itu.
"Maaf," bisik Anna pelan. Cewek ini memasang wajah memelas pada Astha.
Astha mengangguk. Tentu saja dia tak akan marah pada Anna hanya karena hal sepele seperti ini. "Terus mau pulang bareng siapa? Si Dion juga kemana? Kenapa dia nggak bareng kamu?"
Cewek ini menoleh sekitar. Mencari kalimat yang tepat. Apa dia harus berbohong pada Astha atau tidak? Tapi untuk apa berbohong pada kakaknya yang satu ini? Sudah jelas kalau kakaknya yang ini berbeda dari dua kakaknya yang lain.
"Aku mau ke toko buku dulu abis itu baru pulang. Si Dion ikut pertemuan ekskul."
Bisa dilihat kalau cowok di hadapannya mengangguk. Anna mendesah lega. Bersyukur bahwa dia masih memiliki Astha yang memahaminya. Kalau kakaknya yang lain, mungkin sudah menceramahinya dan menyuruhnya untuk ikut pulang bersama.
"Kalau gitu, aku pulang duluan."
"Eh, Kak!"
Astha menoleh. Mendapati wajah resah Anna sekarang. Cepat sekali cewek ini mengubah ekspresi wajahnya.
"Apa?"
Tak ada jawaban selama beberapa detik. Astha mendengus, kalau saja dia tak pernah menyukai Anna, mungkin Anna sudah menjadi daftar orang-orang yang tak ingin dia kenal. Dia benci orang-orang yang membuang waktunya. Seperti sekarang!
"Eng, anu...,"
"Apa?"
Anna menggosokkan telapak tangannya pada leher. Melirik sesekali pada Astha yang sudah dia yakini pasti sangat kesal dengan tingkahnya. Tentu saja dia tahu tentang hal ini. Hal-hal yang tak disukai Astha.
"Itu, Kak. Aku...,"
"Mau sampe berapa jam lagi? Kalo masih lama, mending ngomongnya di rumah. Biar lebih menghemat waktu," ketus Astha yang sukses buat Anna mati kutu seketika. Sial, dia benar-benar punya kakak menyebalkan sekarang. Padahal awalnya dia hampir mati penasaran dengan kakaknya yang terlihat kalem dan tenang ini.
Mendapati Astha yang mulai berbalik dan berjalan menjauh menuju gerbang. Anna segera berlari. Menggapai tubuh itu dan menarik lengan Astha. Membuat cowok itu berhenti. Maniknya terpaku beberapa saat. Kenapa banyak hal-hal yang "pertama kali" dia lakukan terhadap Astha hari ini? Termasuk menggenggam tangan cowok itu.
Bagaimana Astha melihatnya? Bagaimana jantungnya hampir mati rasa karena berdetak tak karuan? Bahkan dia sadar, dia merona terhadap kakaknya sendiri--dan dia benci pada fakta ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Teen FictionSister complex? Mungkinkah hal seperti itu benar-benar nyata? Namanya Anna Gerenia Pramutja. Cewek 16 tahun yang sukses membuat teman-teman di sekolah merasa iri dengannya. Bagaimana tidak? Hidup satu atap dengan cowok-cowok keren yang menjadi id...