Chapter 9 - Putus?

19K 1K 22
                                    

Seperti yang sudah dijanjikan oleh Lio sebelumnya. Di hari Minggu ini, Anna segera menyiapkan dirinya. Memastikan bahwa dia terlihat sudah cukup baik. Dia tak ingin Lio memandangnya aneh seperti beberapa waktu lalu saat kencan pertama mereka. Dan masalah Rama, Lio sudah membereskan hal itu, sehingga mereka bisa bebas berkencan hari ini.

Pandangannya menoleh dan mencari segala persiapan lainnya. Dia melirik ke arah jendela dan menemukan Lio dengan kakaknya Aron. Mereka berbicara, tampak serius. Anna mengernyitkan dahi bingung. Penasaran dengan apa yang dibicarakan kedua kakaknya itu. Saat keduanya menoleh, Anna tersenyum yang dibalas lambain dari mereka. Lalu setelah itu, kembali untuk berbicara satu sama lain.

Anna terdiam. Mengedikkan bahu. Dia tak ingin terlalu ikut campur dengan urusan para pria yang terkadang membingungkannya.

Sedangkan di sisi lain, Lio masih menatap kesal ke arah kakaknya. Setelah pernyataan mengejutkan kalau Aron sudah mengetahui hubungannya dengan Anna, sekarang lelaki ini memaksanya untuk menghentikan segala yang dia lakukan. Hei, padahal kemarin Aron nampak baik-baik saja ketika dia mengaku kalau dirinya menyukai Anna.

"Kak,"

"Gue nggak mau denger apapun dari elo. Yang jelas, sekarang lo harus putus atau--"

"Dan makasih untuk sarannya," potong Lio cepat. Dia malas mendengar ucapan Aron yang terus memojokkannya. Membelitkan fakta dan membantingnya pada kenyataan yang dia benci.

"Lio, dengerin gue atau--"

"Kak, bisa nggak nanti aja kita bahasnya."

Aron terdiam. Menatap pada Lio yang sudah memelas. Dia mengerti adiknya itu terpukul dengan apa yang sejak tadi dia ucapkan. Dan sungguh, dia sebenarnya juga tidak tega berlaku seperti ini.

"Kita bakal ngomong lagi nanti," putusnya dan segera berbalik ke arah pintu.

Keduanya nampak terkejut saat menemukan Anna yang sudah berdiri di pintu rumah mereka. Saling tatap, Anna melemparkan senyuman canggung pada kedua kakaknya yang terlihat kaku seketika. Seperti baru saja menyembunyikan rahasia lain.

Saat Aron kembali melanjutkan langkah dan memeluknya, lelaki ini kemudian menghilang di balik pintu yang ditutup. Anna menngerutkan dahinya. Bingung dengan suasana aneh yang menyelimuti kedua kakaknya itu. Lagi, dia bersikap acuh dan berjalan mendekat pada Lio yang tampak tak bersemangat.

"Kak!" serunya pelan. Memertemukan maniknya dengan milik Lio. Cowok ini segera tersenyum pada Anna. 

"Ayo!"

Mereka segera melangkah keluar gerbang. Berjalan ke arah motor yang sudah Lio keluarkan lebih dahulu. Hari ini Lio tak ingin menggunakan mobil. Dan motor matic milik Astha adalah pilihan untuk transportasi kencannya dengan Anna.

*****

Sepanjang perjalanan, mereka hanya diam. Anna menyentuh pinggang Lio. Mencengkram baju cowok ini. Terlalu canggung untuk memeluk Lio dari belakang--seperti yang kebanyakan dilakukan pasangan muda di atas motor.

Saat dirasa sudah sampai. Anna turun dari motor. Melepaskan helm-nya yang dengan sigap, Lio membantunya. Mereka masih diam dan Anna menyadari perubahan Lio hari ini. Cowok yang dikenalnya berbeda.

"Ada apa, Kak?" tanyanya memastikan. 

Lio yang baru saja mencabut kunci motor dan memastikan motor mereka aman, sedikit terkejut mendengar suara Anna. Dia menoleh dan menemukan Anna yang sedang menatapnya heran.

"Apa?" tanya Lio balik.

Anna menautkan alisnya bingung, lalu menggeleng. "Nggak ada."

Mereka melanjutkan langkah mereka menuju pada penjual bubur ayam di taman tersebut. Memesan bubur, lalu mengambil tempat untuk duduk di atas tikar yang sudah dikembangkan di atas rumput taman. Lio masih diam.

Ini pertama kalinya mereka benar-benar berkencan. Tapi rasanya ada yang aneh. Maksudnya, Lio tak seperti yang biasanya. Cowok ini tak terlihat seperti kakak atau kekasihnya--Lio--yang dia kenal.

"Kak," panggil Anna. Dia sudah tak tahan dengan suasana ini.

Lio menoleh dan bergumam kecil membalas panggilan Anna. Mereka bertemu pandang dan Lio mengerti tatapan Anna padanya kali ini. Dia mendesah panjang.

"Jangan bikin aku--"

"Kak Aron udah tahu hubungan kita," jelasnya memotong ucapan Anna. Lagi pula dia tahu apa yang ingin Anna tanyakan.

Seperti yang sudah diduga. Cewek di hadapannya terkejut. Kemudian hening. Saat pesanan mereka datang, keduanya tampak tak berminat untuk memakan bubur ayam tersebut. Mereka jauh lebih disibukkan dengan segala pemikiran yang tiba-tiba muncul di otaknya. Termasuk imajinasi buruk tentang "putus".

"Kak,"

Anna merasakan tangan Lio menarik tubuhnya mendekat. Merangkul adiknya dan membiarkan Anna bersender di dadanya. Sedangkan dirinya sendiri menyenderkan kepalanya di puncak kepala Anna.

"Tenang," bisik Lio pelan. Mengusap bahu adiknya itu lembut.

"Udah kuduga kalau hal ini pasti bakalan ter--"

"Sstt ..., ini belum berakhir dan--"

"Tapi kita sama-sama tahu akhir dari hubungan kita, Kak." Anna mendengus. Dia nampak ragu untuk mengucapkan kalimatnya. "Apa memang sebaiknya kalau kita--"

"Anna," Lio nampak gusar mendengar pernyataan Anna yang sepertinya sudah sangat menyerah, "kamu bilang kamu bakalan percaya sama aku, kan?"

Anna mengangguk. Dia tak menjawab dan balas menatap Lio yang kini sudah menatapnya dalam. Ada senyuman di wajah itu.

"Kak,"

"Udah ah, mendingan kita mikirin kencan kita. Masa iya, mau dirusak karena Kak Aron."

Lio mengalihkan topik. Lagi, dan akan selalu seperti itu. Ketika dirinya sudah merasa takut dan ragu untuk melanjutkan hubungan mereka. Lio dengan cepat menghindari pembicaraan dan membawanya untuk semakin nyaman pada lelaki yang berstatus kakaknya.

Jika dia bukan berasal dari keluarga Pramutja, mungkin dirinya dan Lio sudah sangat bahagia sekarang. Tak ada pemikiran tentang adikkakak zone atau sejenisnya. Tak perlu merasa takut kalau hubungannya diketahui orang lain. Atau tak perlu merasa tengah membuat aib di dalam keluarga sendiri.

Tapi sayangnya, itu hanya mimpinya yang gagal. Dirinya putri bungsu dari sepasang pria dan wanita bernama Pramutja Setyo dan Laura Hanifah. Terlahir sebagai adik perempuan dan memiliki 3 kakak laki-laki yang tampan. Bahkan sekarang, salah satu dari kakak tampannya itu adalah kekasihnya sendiri.

Oh Tuhan, seberapa banyak dosanya saat ini?

=TBC=

Kuy kuy kuy....

Karena UAS sudah selesai, daku bisa kembali menulis lagi. Oh iya, maafkeun kalo di part ini drama hahaha. Kebiasaan emang karena hidup dipenuhi drama. Tapi, nanti ditunggu aja part manis-manisnya dan menye-menyenya.

Satu lagi, yang masih kepo dengan Anna-Astha, yang sabar hahaha... Nanti dijelasin kok, sekalian sama Anna-Lio yang kapan jadiannya.

Oke, Bye...

Semarang, 14 Januari 2016



Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang