Itu di mulmed si Lio atau Adelio Cetta Pramutja (Jirayu Laongmanee). Semoga cocok heheh :D
*****
Ini pertama kalinya Anna memasuki sekolah. Sekarang statusnya adalah siswa SMA Tunas Bangsa. Bahkan rasanya terlalu gugup bagi Anna untuk mengenakan seragam putih abu-abu. Seolah cerita manis--yang sering orang-orang bicarakan tentang masa SMA--akan terjadi padanya.
Anna menoleh pada 2 cowok yang berseragam sama dengannya. Hanya saja, ke-2 cowok ini lebih tua satu tahun darinya. Si kembar Cetta.
"Mau bareng siapa?" Cetta 1--Adelio Cetta Pramutji--mulai angkat suara. Ditatapnya sang adik yang terlihat begitu gugup.
"Aku bakal berangkat bareng Dion, Kak," jawab Anna pelan. Dia selalu tahu kalau para kakaknya ini benci jika ada cowok yang berani dekat dengannya.
"Kamu nggak boleh berangkat bareng Dion." Suara tegas itu muncul dari balik dapur. Cowok lain yang lebih tua darinya 3 tahun menatap tajam padanya. Dia, si sulung Aharon Lando Pramutja.
"Tapi, Kak..."
"Nggak ada tapi-tapian. Nanti kamu berangkat bareng Lio."
Itu jadi kalimat terakhir yang dilemparkan Aron pada Anna. Cowok ini yang paling overprotective terhadap Anna--di antara kakak laki-lakinya yang lain. Meski begitu, Aron adalah kakak paling lembut dan penyayang yang pernah Anna miliki.
Cewek ini mendengus pasrah. Saat makanan dihidangkan di atas meja, ia sudah kehilangan seleranya. Diambilnya ponselnya itu. Mengirim pesan pada Dion. Menyampaikan kalau mereka tak bisa berangkat bersama ke sekolah nanti.
*****
"Berhenti!" suata tegas Adhyastha berhasil memecahkan keheningan. Baik, sebenarnya tidak benar-benar hening. Lio--Adelio--masih memiliki mulut yang dia gunakan untuk berguman tentang banyak hal pada kedua orang yang berada di dalam mobil bersamanya beberapa menit yang lalu.
"Kak Astha turun di sini?" tanya Anna saat menyadari di mana mereka berhenti. Ada halte bus di depan mereka dan cowok yang mengambil tempat di kursi belakang itu dengan santainya keluar dari mobil. Bahkan tak ada niatan untuk menjawab pertanyaan Anna padanya.
"Dia memang selalu turun di sini, An," jawab Lio--sadar bahwa Astha tak akan menjawab.
Saat suara pintu ditutup, Anna dengan segera membuka seatbelt yang dia gunakan.
"Aku juga turun di sini, deh, Kak."
Lio mengernyit heran. "Kamu emang tau jalan ke sekolah?"
"Aku bareng Kak Astha."
Lio berpikir sejenak. Melirik pada Astha yang masih duduk di halte bus. Cowok ini mengangguk mengizinkan. Tak masalah jika itu Astha.
"Oke," ucapnya lembut.
Dipeluknya Anna lalu dengan santai memberikan kecupan di kening adiknya. Ini bukan hal baru, Anna sudah sering diperlakukan seperti ini oleh kakak-kakaknya--kecuali Astha. Cowok itu bukan tipe yang menunjukkan kasih sayang secara terang-terangan.
"Hati-hati, yah. Pegang baju Cetta 2 kalo takut ilang," nasehatnya pada Anna. Cewek ini mengangguk dengan senyuman lembut. Senyuman yang setiap orang di rumah paling cepat dirindukan.
Anna segera membuka pintu mobilnya. Melangkah mendekat pada cowok yang masih saja diam. Tak terlalu memperhatikan sekitar. Sepertinya cowok ini juga tak tahu kalau Anna sudah berdiri di sampingnya.
"Kak," panggil Anna.
Cowok ini menoleh. Bingung mendapati Anna sudah berdiri di sampingnya. Maniknya berputar untuk mencari mobil yang sering dipakai Lio, dan ia menyadari sesuatu. Lio tak ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Teen FictionSister complex? Mungkinkah hal seperti itu benar-benar nyata? Namanya Anna Gerenia Pramutja. Cewek 16 tahun yang sukses membuat teman-teman di sekolah merasa iri dengannya. Bagaimana tidak? Hidup satu atap dengan cowok-cowok keren yang menjadi id...