Flashback - 5 month ago
"Bukannya sekarang Kak Aron yang jemput?"
Suara itu berhasil mengalihkan perhatian seorang lelaki dengan seragam SMA-nya. Pandangannya yang semula mengarah pada ponsel yang digengam, kini beralih fokus pada seorang gadis cantik yang menatap padanya bingung. Gadis ini, dalam balutan seragam putih biru dan tubuh mungilnya. Dia, Adelio Cetta Pramutja, kakak dari seorang gadis yang kini menatapnya, Anna Gerenia Pramutja.
"Kak Aron bilang dia nggak bisa jemput kamu dulu," jawabnya.
Tersenyum manis, dia menemukan wajah cantik itu merona di hadapannya. Dipeluknya gadis itu singkat, menyadari kalau orang sudah menatap iri ke arah Anna. Memang siapa yang tak kenal dirinya, mantan siswa Binus International School. Yah, setidaknya, saat SMP dulu. Karena Lio tak melanjutkan SMA-nya di tempat yang sama.
"Kita makan dulu aja!" Lio segera mendorong pelan tubuh Anna pada kursi belakang motor.
Memberikan helm pada sang adik, Anna bisa merasakan bagaimana wajahnya semakin memanas. Lio memakainkannya helm. Lelaki ini terlalu dekat dengannya dan ini membuatnya gugup.
"Kak ...," lirihnya.
Lio mengangkat kepalanya dan menemukan manik itu. "Apa?" sahutnya membalas panggilan Anna.
Mendapati mata itu menatap padanya langsung, Anna segera kehelingan kata-katanya. Jujur, dia suka Lio. Dia suka bagaimana pria itu mempermainkannya dan terkadang terlalu overprotective padanya. Tapi sungguh, dia akan merindukan kelakuan Lio yang seperti itu.
"Nggak, nggak ada." Anna menggeleng. Saat bunyi klik terdengar, Lio menjauhkan wajahnya. Menatap kembali sang adik, tersenyum manis.
"Ayok!"
Lio duduk di depan. Motor matic milik Astha menjadi kendaraannya. Memakai helmnya sendiri, kemudian Lio segera menekan tombol start. Bersiap untuk menjalankan motornya menuju tempat yang sudah dia tentukan.
*****
Anna pikir mereka hanya benar-benar akan makan. Tetapi Lio menghentikan motor mereka di sebuah taman yang jauh dari rumah. Mentari sore yang bertengger di barat kini sudah benar-benar menghilang. Anna menatap kakaknya bingung.
Lio tak banyak bicara, tetapi lelaki ini menuntunnya sangat baik. Gegalagtnya seperti mereka tengah berpacaran. Bahkan Lio membelikannya es krim sebelum mereka mengambil kursi di taman tersebut.
"Udah punya pacar, An?"
Ini kalimat pertama yang Anna dengar sejak acara makan-makan mereka selesai beberapa menit yang lalu. Anna menoleh pada Lio. Lelaki ini menatap padanya hangat. Bukan Lio yang dia kenal.
"Belom," jawabnya singkat.
Lio tersenyum lebar. Seakan lelaki ini sedang tertawa. "Kok bisa? Kan Anna Gerenia Pramutja cantik. Kok masih jomblo?"
Anna memutar bola matanya malas. Bertingkah seolah sebal. Lionya kembali. Yah, setidaknya sedikit kembali menyerupai Lio yang dia kenal. Hampir 3 bulan mereka tak bersama. Lio terlalu sibuk dengan kekasihnya beberapa waktu lalu.
"Nggak sadar apa, siapa yang bikin aku jomblo?" Anna menyindir.
Bukannya kesal, Lio malah tertawa mendengar sindiran Anna. "Bukan aku doang ya, tapi juga--"
"Kak Lio yang paling over," potong Anna cepat. Lagi, Lio hanya tertawa, membuat Anna sedikit merenggut. Tak mengerti kodenya. "Padahal cuman kakak, tapi berasa diawasin sama pacar yang takut diselingkuhin." Anna cepat-cepat menutup mulutnya.
Menghindari tatapan Lio. Gadis ini membuang muka ke segala arah. Oh sial, pasti wajahnya sudah sangat memerah sekarang. Bodohnya dirinya karena asal berbicara.
"Ya udah, kalo gitu kita pacaran aja, biar bukan cuman perasaan doang kayak diawasin pacar."
Anna terpaku seketika. Menoleh pada Lio. Dia menemukan kakaknya itu malah tersenyum manis. Seperti kata-katanya tadi hanya sekedar perkataan biasa.
"Kak...."
"Iya, Sayang!"
Hampir saja jantung gadis ini melompat dibuatnya. Dia memukul pelan pundak Lio. "Apaan sih, Kak. Jangan becanda kayak gi--"
"Siapa yang lagi becanda?" Lio segera memotong ucapan Anna. Menatap wajah cantik adiknya lembut. "Kalau aku suka kamu, mau gimana lagi? Perasaan gak bisa dibohong, Anna. Sekalipun aku udah coba buat gak percaya dan menghindar dari perasaan ini. Anna, aku suka kamu!"
Mereka terdiam untuk waktu yang lama. Anna menatap wajah serius di hadapannya. Lio tak pernah main-main ketika sedang serius. Tapi yang dia permasalahkan adalah ... mereka itu keluarga.
"Kak Lio kan punya pacar." Anna tak ingin membahas masalah hubungan sedarah mereka. Lagi pula, Lio pasti sudah memikirkan hal ini terlebih dahulu--jika memang Lio serius dengan apa yang dia ucapkan sekarang.
"Baru putus."
"Putus?"
Lio mengangguk. Kepalanya menghadap ke arah depannya. Menghabiskan es krim yang sudah hampir meleleh. Lelaki ini masih kelihatan santai dengan topik sensitif mereka.
"Kak ...."
"Hmm ..."
"Tapi kan kita sodaraan."
"Iya!"
"Kakak nggak serius kan?"
Pandangan mereka bertemu dan Lio hanya tersenyum membalasnya. Menggapai lengan Anna, lelaki ini balas menatap sang adik hangat.
"Kita berhenti kalau kamu bener-bener nggak bisa nyaman sama aku," putus Lio akhirnya.
Anna tak bisa berbuat apa-apa lagi. Lio sudah mengambil langkah terakhir yang berarti, dia sendiri tak bisa menolak ataupun menentang keputusan Lio. Dan bahkan dengan bodoh, wajahnya malah merona karena hal ini.
Dia dan Lio. Kakak beradik yang secara diam-diam saling menyukai. Kini hubungan mereka secara terlarang--tetapi mereka resmikan--telah berubah menjadi sepasang kekasih.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Teen FictionSister complex? Mungkinkah hal seperti itu benar-benar nyata? Namanya Anna Gerenia Pramutja. Cewek 16 tahun yang sukses membuat teman-teman di sekolah merasa iri dengannya. Bagaimana tidak? Hidup satu atap dengan cowok-cowok keren yang menjadi id...