6. Upaya Penyelamatan Kevin

956 64 8
                                    

Pintu masuk camp menjeblak terbuka. Kenny masuk ke camp dengan tergesa-gesa sambil memapah Kevin yang kelihatannya hampir pingsan. Semua mata memandang mereka berdua yang muncul dengan tiba-tiba selagi semua orang di camp tersebut sibuk dengan urusannya masing-masing. 

Minerva yang sudah terlihat sehat sedang mengemas persediaan sarapan mereka besok. Josh sedang mengelap senjata Karabiner 98 kurz miliknya. Michelle sedang menina-bobokan putrinya, Sarah. Steve terlihat sedang berusaha memblokir sebuah lubang di dinding camp. Irene, yang sedari tadi mengawasi pintu masuk ditemani putra kecilnya, Toby, terkejut dan secara refleks mengarahkan senapan AK-47 nya ke arah pintu gerbang. Namun yang ia lihat sungguh mengejutkan. Kenny yang nafasnya terengah-engah memapah Kevin yang hampir pingsan dengan sebelah tangannya dibebat kain putih yang kini berwarna merah.

"Darimana saja kalian?? dan apa yang terjadi pada Kevin?!" Irene menanyakan Kenny setelah melihat kain yang sudah berwarna merah darah membebat tangan Kevin.

"Kami diserang, dan dia tergigit mutant," jawab Kenny lemas. Ia menambahkan pada Irene "Tolong bantu aku merebahkannya di tempat tidur sebelah sana."

Steve yang sebelumnya sedang memalu sebongkah kayu untuk memblokir lubang akses di dinding belakang, Menghampiri mereka dengan cemas. Matanya terpaku pada tangan berdarah Kevin.

"Tidak... ia akan berubah," adalah kalimat pertama Steve setelah mereka tiba di camp. Dibalas dengan ringisan kesakitan Kevin.

"Kita harus segera menyuntikan zat Hydrargyrum di sekitar lukanya untuk memblokir penginfeksian virus dari mutant. Yah walaupun memiliki efek samping yang cukup fatal. Tapi... tunggu..Kenny? sudah berapa menit ia tergigit?" Tanya Steve dengan tenang.

"Ia tergigit sekitar 30 menit yang lalu, hingga akhirnya ku bawa kemari."

"Hmm, ini sudah terlambat. Pencegahan penyebaran virus dengan menyuntikkan Hydrargyrum butuh 15 menit. Setelah 15 menit, virusnya akan menguat dan Hydrargyrum takkan mempan."

"Apakah tidak ada cara lain??" Tanya Irene cemas.

"Yah...sebenarnya ada."

Semua mata memandang ke arah suara jawaban tersebut. Minerva lah yang berbicara. ia melanjutkan.

"Setelah 15 menit dan zat yang kau bilang tadi tak mempan lagi, masih ada cara lain yang...yah sebenarnya agak sadis. cara satu-satunya adalah dengan memotong tangannya dari batas luka nya."

"Apa kau serius??" Tanya Kenny. ia menganggap itu adalah saran tergila.

"Aku serius. Karena, sebelum aku bergabung disini, aku tergabung dalam kelompok survivor lain. Teman kami, Mandy, pernah tergigit di bagian kakinya. Dengan waktu yang cepat, seseorang di grup kami memotong kakinya hingga putus. Dan ia selamat walaupun harus kehilangan kakinya. Yah..walaupun akhirnya ia tewas karena tidak punya cukup kaki untuk melarikan diri bersama kami," jelas Minerva.

Sejenak tidak ada yang berbicara. Semua sibuk mencerna ucapan dari Minerva barusan. Mereka masih menimang-nimang apa yang akan mereka lakukan terhadap Kevin.

"Tunggu apa lagi?? Kalian ingin ia berubah dan memangsa seisi camp ini??" Ujar Minerva tak sabar.

"Ya.....di..dia benar..kalian harus melakukannya...itu memang prosedur yang...yang benar.." Kevin berbicara dengan terbata-bata. Namun Kenny masih ragu.

"Apa kau serius?"

"Ya...lakukan saja apa yang harus kalian lakukan..aku siap."

***


Beberapa menit kemudian, mereka mulai mempersiapkan alat-alat sederhana yang mereka temukan di sekitar camp untuk menolong Kevin. Sebuah gergaji besar yang sedikit berkarat sudah disiapkan di satu meja. Obat penenang sudah disiapkan. Kevin sudah dibaringkan di meja kayu dengan tangan kanannya yang tergigit tergantung di satu sisi mejanya. Dibawahnya diletakkan baskom besar untuk menampung darah yang memancar. 

Mereka semua- Kenny, Michelle, Josh, Irene, Minerva, dan Steve, berkumpul mengelilingi meja tempat Kevin terbaring. Irene menyuruh Toby untuk menunggu di ujung ruangan sambil menyumpal kupingnya untuk mencegahnya mengalami guncangan psikologis karena ia masih anak-anak.

"Oke, sekarang..siapa yang akan...ehm...melakukannya? Steve? Josh?" Tanya Kenny pada mereka semua.

Namun tak ada yang bersuara atau bersedia.

"Aku rasa aku tidak bisa, aku agak... trauma dengan darah. Bisa kau wakili saja, Kenny?" Jawab Steve agak salah tingkah.

Kenny memandang steve lalu beralih ke Kevin dengan tatapan hampa. Bibir Kevin agak bergetar.

"La..ku..kan."

"Baiklah, kawan..tapi aku rasa kau tidak perlu melihat ini," Ujar Kenny sembari menutup kedua mata Kevin dengan selembar kain hitam.

Ia mengambil gergaji dan mengamatinya dengan teliti. Geriginya terlihat cukup tajam. Gagangnya terasa kuat. Cukup baik, pikirnya dalam hati. Ia mengatur posisi gergaji tepat diatas tangan Kanan Kevin.

Kenny memandang yang lainnya. Dibalas dengan anggukan dari mereka semua. Ia beralih ke Kevin yang sudah dibanjiri peluh. Kenny menelan ludah, ia berharap ini segera berakhir.

"Maafkan aku sobat."

*SRAKKKK SRAKKK* "AAARRRRGHHHHHHHH" Bunyi gesekan dan sayatan kasar disusul teriakan mengerikan Kevin yang memecah keheningan di camp. Membangunkan Sarah dari tidurnya dan mulai menangis. Michelle yang mendengarkan tangisan putri kecilnya segera memisahkan diri dari mereka untuk menenangkannya.

Seketika saja darah segar memancar dan menciprat ke segala arah. Membasahi baju Kenny yang berada paling dekat darinya. lantai sudah penuh dengan darah. Mereka semua mengamati dengan cemas.

"Tahan..Kev..tahan.....bisa kalian ikatkan kain di meja sebelah untuk di ikatkan di mulutnya?" Kenny memberi isyarat pada Steve dan Irene. Sementara ia melanjutkan menggergaji tangan Kevin tepat diantara lengan dan tangannya. Kevin tampak amat kesakitan dan menggelepar hingga bagian tubuh dan kaki nya harus ditahan oleh Steve,Josh,Irene, dan Minerva, yang semuanya tampak ketakutan.

*KRKK KRKKK*

Gergaji nya telah membentur tulang lengan Kevin dan terhenti sampai disana.

"Aku rasa gergajinya sudah mencapai tulang lengannya," gumam Kenny diiringi isakan dan teriakan kevin yang agak teredam oleh kain yang diikatkan ke mulutnya.

"Kalau begitu potong saja dibagian sendi engselnya! itu akan mempermudah." Saran Josh yang masih berkutat memegangi kedua kaki Kevin yang makin menggelepar.

"Tidak bisa, aku butuh sedikit bantuan."

Kenny memperhatikan seisi camp, berpikir dan mencari sesuatu yang berguna. sampai akhirnya ia menemukan sebuah palu dan beberapa paku yang sebelumnya digunakan oleh Steve dan mengambilnya. Ia menaruhnya di meja dan menjelaskan kepada mereka semua yang keheranan.

"Kita akan melakukan pembedahan sederhana malam ini. Salah satu dari kalian harus memalu persendian engsel nya, lalu mencabut kembali palunya dengan bagian belakang palu itu, lalu lakukan lagi sebanyak dua kali hingga ligamen persendiannya sobek dan akan mempermudah aku memotong sendinya hinga lepas. Mengerti?"

Hening kemudian, hanya terdengar erangan kesakitan Kevin.

"Mengerti, aku siap," Jawab Josh.

Lalu mereka mengatur 'formasi' basru dan melanjutkannya. Kenny dengan gergajinya yang diselimuti darah, Josh dengan palu dan paku nya, dan sisanya memegangi Kevin.

*DUKKK KRAKKK* Josh mulai memalu. Teriakan Kevin makin mengerikan walaupun mulutnya sudah disumpal kain, ia menggelinjang hebat sampai-sampai mereka kesulitan memeganginya.

"Tenang, Kev, tenang!" Isak Irene yang memeganginya.

Dari sudut ruangan, Michelle yang sedang menggendong Sarah mengamati mereka dengan tegang. Dengan Toby yang duduk disebelahnya dengan menunduk ketakutan.

Paku pertama menembus persendian Kevin. Lalu Josh mencabutnya kembali dengan pencabut paku di palu tersebut dan kembali memalu nya hingga ligamen persendiannya lepas. Kenny lanjut menggergaji dan hanya selang 1 menit, tangan Kevin sudah terlepas dari tubuhnya. Teriakan Kevin terhenti. Ia tergeletak tak bergerak.

"Kurasa ia pingsan," Kenny menghela Nafas. Namun, ia cukup lega dengan fakta bahwa pekerjaan mengerikan tadi sudah berakhir.

***  


The ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang