8. Keberangkatan

883 54 4
                                    

"Darimana saja kalian? kita sudah harus bereskan barang-barang yang akan kita bawa sebagai persiapan untuk entah kapan kita berangkat," damprat Steve pada Kenny dan Josh begitu melihat mereka .

"Shh, lihat apa yang kami bawa, Steve! kau akan kaget melihatnya!" Seru Kenny penuh semangat.

"Ap..."

Steve melongo ke benda yang dibawa Kenny dan Josh. Tiga buah jerigen besar yang penuh dengan bensin. Mukanya langsung berbinar. Ia mengangguk kepada Kenny dan Josh.

"Kurasa kita bisa pergi secepatnya dari tempat ini."

Mereka bertiga, Kenny, Josh, dan Steve, bahu membahu mengangkat jerigen-jerigen itu untuk di isi kan ke dua mobil. Toyota Land Cruiser milik Kenny, dan sebuah pick-up tua milik Steve, yang bagian bak nya sudah di modifikasi oleh Steve (Dengan saran dan ide dari Kevin) sehingga bak nya memiliki atap terpal dan di sisi kiri-kanan nya sudah disusun kursi-kursi kayu yang di susun menyamping. Sehingga dapat memuat orang banyak.

"Hallo sobat lamaku." Steve memutar kunci pick-up­ tua nya sembari mengelus roda kemudi nya dengan sayang. Lalu ia tersenyum puas, karena akhirnya pick-up tersebut menyala dan mengeluarkan suara keras agak menyedihkan yang membuat Kenny berjengit mendengarnya.

"Ya...ya... aku tahu, aku bisa memberi sedikit pelumas pada mesinnya agar meminimalisir suaranya..dan takkan menarik perhatian para mutant," ucap Steve seakan dapat membaca raut muka Kenny saat mendengar raungan mesin pick-up tua itu.

Selagi mereka bertiga sibuk dengan persiapan transportasi menuju Macon, Sisa kelompok lainnya, atas perintah dari Steve, membereskan peralatan dan logistik untuk perjalanan mereka. Irene mengemasi persenjataan dan amunisi untuk menyuplai pertahanan mereka kalau-kalau ada ancaman serangan mutant yang bisa datang kapan saja secara tiba-tiba seperti sebelum-sebelumnya yang pernah menimpa kelompok mereka. Sedangkan Michelle dan Minerva sedang mempersiapkan perbekalan dan pakaian yang akan mereka butuhkan untuk perjalanan. Kevin, yang sudah pulih sepenuhnya, mengecek sudut-sudut penyimpanan barang di kamp mereka kalau-kalau ada yang berguna. Sedangkan Toby dan Sarah sudah 'diamankan' ke dalam Land Cruiser untuk menunggu sembari bermain di dalamnya.

"Akhirnya, kita bisa pergi juga dari tempat membosankan ini," kata Josh berseri sambil memandangi alat-alat yang sudah terletak rapi di bagian bak pick-up.

"Yah meskipun begitu, sejauh ini, kamp ini lah tempat teraman yang bisa kita temui semenjak kita meninggalkan Jacksonville," sahut Kenny. "Dan sebaiknya kau persiapkan juga amunisi pribadimu! Kau rentan diserang mutant, Josh!" Sambung Kenny memerintah.

"Yah, semuanya siap dan terkendali," kata Josh sembari menimang-nimang senapan Karabiner 98 kurz kesayangannya dengan hati-hati.

***

Sebelum benar-benar berangkat, mereka berkumpul di meja makan kamp. Steve memberikan sedikit pengarahan tentang keberangkatan mereka.

"Oke, intinya adalah berangkat-perjalanan-sampai. Namun, kita tidak tahu ada apa di perjalanan kita nanti. Kita harus mempersiapkan amunisi dan senjata yang selalu ada dalam genggaman kita masing-masing tiap saat. Tapi, pertanyaannya, ada yang tahu jalan yang tepat untuk ke Macon?"

"Aku punya peta di ranselku, dan Kenny juga punya sistem GPS di mobilnya, Kenny bisa memimpin konvoi sembari mengikuti arah dari GPS." Saran Josh.

Seketika, Kenny tampak sangsi. "Josh William, menurutmu apakah ada orang yang bekerja di stasiun penerima satelit GPS di bumi setelah hari-hari mengerikan ini? Kau pikir ini hanya semacam konvoi perjalanan liburan di hari-hari biasa?"

Josh terkejut, ia baru sadar keadaan di sekitar mereka saat ini tidak se-normal sebelumnya.

"Oh, ehm. Kalau begitu, aku saja yang menunjukkan jalannya dengan acuan ke peta yang kubawa. Aku pernah ikut bus pariwisata saat acara di kampus ku dulu. Oh iya, di Land Cruiser  Kenny ada walkie-talkie yang terpasang langsung di mobilnya, mungkin saja kami bisa berkomunikasi dengan walkie-talkie yang tersambung secara built-in juga di pick-up Steve.." Josh meralat sarannya.

Kenny memandang gemas setengah geli ke arah Josh dengan pemikirannya yang Kenny rasa 'sedikit-agak-dangkal'.

"Josh, bisakah kau lihat kondisi mobilku itu? usia nya sudah sekitar 20 tahun-an, dan dari dalamnya, kau akan menemukan alas mobil dari besi lapuk yang sudah berkarat dan keropos di beberapa bagiannya, sehingga kau bisa melihat menembus ke bawah ke jalan aspal tepat di bawah kursimu lewat beberapa lubangnya, dan apakah kau yakin sistem walkie..atau apalah itu bisa tertanam didalamnya secara built-in?" Sergah Steve tiba-tiba sambil agak bergurau. Mereka terbahak, Josh agak tersipu.

"Oke, kami akan mengikuti mobil Kenny dari belakang, dan Kenny akan mendengar arahan jalan darimu. Oke, Josh?" Tutup Steve pada akhirnya. Josh mengangguk tanda setuju.

"Irene? Michelle? Minerva? perbekalan lengkap? bagus, Kevin? kau siap untuk perjalanan ini?"

"Tentu, pak!" Sahutnya semangat sembari memutar-mutar pisau berburunya.

Kemudian mereka membagi kelompok mereka menjadi dua kelompok. Kelompok pertama akan menaiki Land Cruiser, yaitu Kenny, Michelle, Josh, Toby dan Sarah. Kelompok kedua menaiki Pick-up, yang didalamnya Steve, Kevin, Irene, Dan Minerva. tak sampai 15 menit kemudian, kedua mobil tersebut meluncur meninggalkan kamp yang sudah melindungi mereka dalam rasa aman selama beberapa hari ini di Folkston.

***

Kedua mobil jalan beriring-iringan melintasi sebuah underpass di pesisir daerah Folkston. Di tengah Jalan yang sunyi, hanya dua mobil merekalah satu-satunya objek yang bergerak. Belum ada tanda-tanda eksistensi kelompok mutant di daerah ini sejauh yang mereka lihat.

Sembari menyetir, Kenny mendengarkan petunjuk arah dari Josh yang sedari tadi matanya menelusuri peta wilayah Georgia. Mereka masih berada di daerah yang sama dengan kamp mereka tadi, Folkston.

"Oke, Ken, sekarang kita ambil arah ke kanan ke perbatasan Folkston dengan Homerville. Lalu ambil jalan layang ke arah Pearson. Ini lah rute yang pernah aku lewati sebelumnya."

"Baiklah."

Kenny menaikkan kecepatan hingga 100 km/h. jalanan yang sepi sangat membuatnya leluasa menyetir di segala posisi jalan. Ia hanya perlu menghindari sisa bangkai mobil dan bus yang terkadang masih ada di tengah jalan. Land cruiser  itu, disusul Pick-up­ Steve, memasuki sebuah terowongan panjang tanpa lampu penerangan, Kedua mobil akhirnya menyalakan lampu jauh untuk menerangi jalan di depan mereka.

Kenny menoleh ke kursi belakang mobil.

"Toby dan Sarah masih tidur?

*Duk*

Bagian depan mobil menabrak sesuatu.

"Ken? Suara apa itu?" Tanya istrinya yang duduk tepat di belakang kursi kemudi Kenny.

"Entahlah, kurasa aku menabrak sesuatu yang agak cebol tadi, mungkin anjing? Josh? kau melihatnya?"

"Mungkin mutant bertubuh kecil?"

Sejenak kemudian, mobil yang ia kendarai melambat secara misterius. Disusul dengan suara kasar yang agaknya berasal dari kaki-kaki mobil.

*TINN TINNN TINN*

Suara parau klakson Pick-up di belakang mereka yang di kemudikan Steve meraung-raung menyedihkan. Seakan-akan memperingatkan sesuatu.

"Berisik sekali, apa mau si Steve itu?" ujar Josh ketus.

Kenny hanya melihat dari kaca spion. Steve tak henti-hentinya membunyikan klakson dibarengi mengedim-ngedimkan lampu sein.

"Entahlah, Josh."

Kini speedometer menunjukkan kecepatan 70 Km/h dan terus menurun walaupun daritadi Kenny tidak melepas injakannya pada pedal gas mobil.

***


The ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang