11. Flashback

951 54 7
                                    

Keremangan langit senja terhampar melatari langit kota Jacksonville yang terletak di negara bagian Florida. Matahari sudah enggan bersinar dan hendak terlelap. Para penghuni kota baru saja kembali ke rumah masing-masing dari rutinitas harian tiap individu. Itu adalah suasana biasa bagi warga kota Jaksonville di sore hari.

Kota ini berpenduduk terpadat ke-13 di Amerika Serikat. Jalanan tampak amat sibuk dan ramai. Melambangkan etos produktif penghuninya. Kerja keras memiliki tingkat prestige (keistimewaan) tersendiri di kalangan masyarakat. Itulah sebabnya di kota ini tak ada satupun pembedaan atau penyisihan suatu profesi. Semua profesi dianggap setara selama membawa pendapatan yang mencukupi tiap individu.

Aura kepenatan dalam beraktivitas sejak pagi hari terasa membahana dari berbagai tempat. Mulai dari kerumunan orang di subway, pejalan kaki, pengemudi, atau orang-orang yang menunggu bus di halte-halte.

Namun, rasa penat itu akan segera hilang saat mereka tiba di tempat tinggal mereka. Saat bersua kembali dengan keluarga--alasan mereka untuk tetap semangat menjalani hari. Semua rasa lelah menguap begitu saja saat berjumpa dengan keluarga masing-masing. Keluarga merupakan lembaga sosial terpenting dalam masyarakat ini. Keluarga lah yang menjadi alasan orang untuk melakukan segala hal untuk 'mendapatkan' atau 'mengejar' nya.

Salah satunya pada sebuah keluarga kecil di Clarkson Street. Mereka adalah keluarga Johnson, yang terdiri dari Kenny Johnson, Michelle Johnson, dan putri mereka yang masih dalam dimensi frenatal (dalam kandungan). Keduanya disibukkan oleh rutinitas masing-masing. Sang kepala keluarga, Kenny, sedang membaca surat kabar di kursi berlengan di taman rumah, ditemani sepotong roti bakar dan secangkir machiatto, sambil diiringi musik klasik 'Nocturne op.9 no.2' karya Frederich Chopin yang menambah suasana tenteram dan damai di senja itu.

Kenny adalah pria berusia 27 tahun kala itu (30 tahun pada saat ini). Ia berperawakan tinggi, tegap, berambut hitam legam, bermata biru, dan bersuara bariton yang berwibawa, membuat lawan bicaranya pasti sejenak merasa segan.

Sedangkan Michelle Johnson, yang bekerja di laboratorium Filithzy, laboratorium research terbesar di negara bagian Florida, Sedang menyeruput teh sore di samping Kenny. Ia seusia Kenny. Rambutnya berwarna pirang khas di gelung ketat. Untuk ukuran wanita, ia termasuk bertubuh tinggi semampai, namun ia tengah hamil besar kala itu.

Michelle termasuk pekerja keras. Pada siang hari ia bisa menjadi ibu rumah tangga normal yang hanya menyapu rumah, memasak makan siang, membereskan Koran-koran bekas.

Namun, pada malam tiba, ia akan menjelma menjadi seorang yang amat teoritis. Ia akan mengenakan kacamata baca nya, masuk ke ruang kerja nya yang didalamnya tersusun tabung-tabung kimia, dan mulai melakukan penelitian demi menemukan pengembangan teori atom dan mekanika kuantum yang beberapa waktu belakangan ini sedang menjadi topik perhatiannya.

Kadang kejeniusannya membuat pusing Kenny, yang dengan bosan mendengar nasihat istrinya ketika ia diceramahi bahwa kebanyakan minum kopi akan menyebabkan reaksi ketidakstabilan atom dan molekul yang berada di dalam tubuhnya secara Hukum Kimia Avogadro dan Snellius yang hanya dijawab Kenny dengan sendawa besar.

"Jadi, kau tetap pergi bertugas ke Savannah?" Michelle bertanya kepada Kenny. Ia memang tampak gelisah ketika mendengar rencana kepergian Kenny untuk bertugas di Savannah sebagai tentara keamanan di daerah perbatasan. Disana memang sedang terjadi konflik berkepanjangan antara The United States Coast Guard dan U.S. Navy tentang persilangan pendapat soal 'Penegakan hukum maritim' yang tepat.

"Ya, aku besok sudah berangkat," ia menghela napas, "kali ini konflik besar hanya disebabkan oleh kedua pihak yang saling berebut antara permainan benar dan salah." Kenny mengakhiri kalimatnya. Dilihatnya ekspresi sedih istrinya bercampur pandangan was-was yang ia terima.

"Kamu akan selalu mengabariku dari sana kan?" Michelle masih berusaha memastikan.

"Tentu, aku akan terus menelpon mu, mengirimu pos foto-fotoku selama di sana, dan kamu tidak perlu khawatir."

Sejenak hening, Perlahan Kenny merengkuh Michelle, "Tenang saja, honey. Aku akan segera kembali. Kita akan segera bertemu lagi, aku, kau, dan........"

Kenny berpikir sembari mengerling perut istrinya yang sudah mulai terlihat membesar.

"Kau yang memberinya nama." Michelle menyarankan.

"Sarah. Sarah Elicia Johnson." Kata Kenny.

"Itu nama yang bagus."

"Dia pasti akan menjadi anak yang lucu dan aktif."

"Dia pasti akan merindukanmu, Ken.."

Maka itulah sebuah siratan kronologis sebuah keluarga yang mengibarkan bahteranya di Clarkson Street. Tenggelam diantara keluarga-keluarga lainnya yang tersebar dibawah kemilau bintang malam yang meneduhi gulita nya sang kegelapan.

Tak ada yang menyangka bahwa gemerlap cahaya kota tersebut akan berubah menjadi sebuah kekelaman yang dingin. Kepedihan yang amat pahit. Dan Kesunyian yang amat sangat.

Tak ada lagi kehangatan dalam keluarga. Tak ada lagi fungsi afeksi yang diterima anak-anak dalam lembaga sosial pertama mereka. Tak ada lagi rengkuhan kasih dari orang terdekat.

Keluarga, harta, jiwa, raga, emosi, estetika, rasa aman, kedamaian, beserta hal lain yang selalu menjadi dambaan setiap umat manusia segalanya sirna.

Kini semuanya berlomba-lomba mendapatkan daging dan darah manusia. Pun sebagian kecil dari mereka bukan tergolong dari 'mereka'.

Tak ada lagi kasta ekonomi maupun kekuasaan. Tak ada lagi kesewenang-wenangan manusia dalam memuncaki rantai makanan. Masyarakat kini hanya terbagi menjadi dua kasta terbuka, mutant dan survivor.

~***~

The ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang