Ini adalah hari keempat Bayu tidak menelan sebiji karbohidratpun. Asupan nasi pecel Madiun waktu transit di kota brem beberapa hari lalu, rasa-rasanya sudah seabad saja usianya. Lima botol air mineral isi ulang 1,5liter di kosnya juga sudah tidak sanggup menahan remasan lambungnya yang menggila.
Tubuhnya lemas. Berkeringat dingin. Matanya sedikit berkunang-kunang. Dia benar-benar kelaparan saat ini. perutnya sampai membesar akibat kebanyakan angin. Begah dan seperti penderita busung lapar. Sementara sudah tidak ada apa-apa lagi barang dikosnya yang bisa ditukar dengan uang.
Kasur ibu kosnya juga telah diam-diam Bayu jual dua minggu sebelum travellingnya ke Jogja. Saat itu dia lagi sama kere-nya namun mulutnya yang asem akibat tidak bertemu batangan nikotin tiga hari sudah tidak bisa ditolelir lagi. Alhasil itu kasur apak di jual ke tetangga kos seharga dua puluh lima ribu. Pas buat sebungkus rokok Dji Sam Soe, sebotol Sosro dingin dan snack Taro rasa barbeque yang dia beli di minimarket dua puluh empat jam.
Sekarang kamar kos Bayu kosong melompong. Almari, meja belajar, dan kipas angin beserta properti lain fasilitas yang dia dapat milik ibu kos yang gendut dan berambut jagung, juga sudah raib beberapa tahun belakangan ini. Tapi Bayu tidak ambil pusing. Dia seperti mendapatkan keajaiban berkali-kali. Walaupun kantongnya kering kerontang tapi dia selalu bisa mendapat makanan gratis dimanapun. Baik dari traktiran teman klub vespanya, hibahan dari klub skateboardnya yang bermarkas di Taman Bungkul, hadiah dari klub mapalanya, pokoknya rejeki buat Bayu walaupun dia tidak pernah meminta-minta selalu mengalir, datangnya dari arah tak terduga-duga.
Namun kali ini perutnya sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi. Sudah tak sanggup menunggu rejeki tak terduga lagi.
Tadi selepas sholat subuh Bayu muntah-muntah di masjid dekat kosnya. Perutnya yang tidak terisi apa-apa hanya memuntahkan cairan bening yang sangat menyakitkan dan membuat seluruh isi mulutnya didominasi rasa pahit.
Sebenarnya hari ini Bayu tidak punya tenaga lagi buat ke kampus meskipun dia memiliki jadwal dengan dosen pembimbing skripsinya. Tapi, kemampuan bertahan hidupnya menolak untuk bebaringan di atas kardus mie instan dalam kamar kosnya yang diagunakan sebagai pengganti kasur. Dia bisa meregang nyawa dengan sangat mengerikan dan memalukan di dalam kos. Kan nggak keren banget ada berita mahasiswa tua mati kelaparan di dalam kos.
Bayu memacu gegas flat soes hitam kumalnya ke pelataran kampus. Hari ini dia hanya memakai kaos oblong tanpa jahitan tepi, berkerah longgar dan berwarna hitam pudar yang ngeblend ama warna coklat keemasan akibat keseringan dicuci, dipadupadankan ama setelan jeans belel yang robek dibagian paha, lutut dan tulang keringnya.
Bagi sebagian orang, setelan kampungan macam Bayu tersebut bisa sangat norak dan nggak berkelas, tidak pantas untuk diajak masuk kedalam kampus, tapi entah kenapa, pakaian kampungan dan terkesan kere itu sangat cocok dan pas di tubuh kerempeng Bayu. Rasa-rasanya pakaian apapun yang melekat di tubuh Bayu kelihatan cocok-cocok saja. Malah menjadi trendsetter beberapa waktu lalu.
Rambut kriwil panjang Bayu berkibar-kibar. Dari dekat, orang-orang pasti bisa mencium aroma belerang yang didapatnya dari kawah Gunung Merapi dua minggu lalu. Rambut itu belum dicuci, membikin sengatan sulfur yang tersimpan disurai gimbalnya melompat-lompat tiap dia berlari atau berjalan tergesa.
Dia melewati halaman kampus yang disepanjang jalannya bertaburkan gundukan-gundukan batu kali kecil-kecil yang dicat dengan warna coklat tua mengkilap. Di kanan-kiri jalan yang dilewatinya itu terdapat tiang-tiang besi penyangga kanopi yang terbuat dari kain berjaring-jaring warna hitam. Di samping tiap pasak tiang tersebut ditanami tumbuhan markisa yang dahan, daun serta buahnya merambat di atas dan menjuntai di sekeliling kanopi. Kanopi tersebut terjulur dari parking area dan meliuk berkelok-kelok sampai ke gedung utama bangunan tiga lantai Kampus G, gedungnya Fakultas Hukum. Destinasi tujuan Bayu saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madness
RandomHidup Bayu adalah kepingan - kepingan petualangan, dari satu gunung ke gunung yang lain, dari satu jalan ke jalan yang lain. Hidupnya adalah kebebasan dan keliaran. Hidup beralas bumi dan beratap langit dengan seberkas sinar Matahari dan Bintang. Di...