Extra Chapter

10.4K 669 368
                                    


Kyaaaaaaaah ada yang kangen Bayu Suck Lencana nggak, sih? Jadiii ini tadi malam, gegara delusi super ajaib dari Mommy Chandra, saya punya ilham nih buat bikin extra chap nya. ini nulisnya seneng-seneng banget. kayak nggak ada beban. Ngalir gitu aja. Pake diksi ciki-ciki. Kalau ada typo kasih tahu, yaaaaa....

Kangen kaliaaaaan KYaaaaaaah

cipok atu-atu :*

"Enghhh ..." Bayu melenguh ketika Panji menjilat telinganya dari belakang. "Jo ... gue mau aouhh ... keluar nih," desahnya blingsatan, mencoba berkelit dari rengkuhan tangan Panji yang kokoh di perutnya.

"Sebentar aja, Mah saya sedang ingin banget ini." Panji mengecup cuping telinga Bayu, ciumannya merambah ke leher. Dengan lidah kasarnya dia mengeja tiap jengkal daging padat Bayu. Sementara sebelah tangannya mulai menyusup kaus Bayu. Meraba perut kurus Bayu yang seketika meremang.

Terangsang? Udah pasti. Melihat Panji telanjang saja Bayu bisa langsung konak—kontol nakal—apalagi diservis secara manis seperti ini. Semakin lemas tak kuasalah Bayu dibuatnya.

"Nobita butuh minum, Jo." Dan semenjak menikah, meskipun Panji ngotot minta dipanggil Papah, Bayu tak pernah mau. Seenak jidatnya dia memahkotai suaminya tersebut dengan sebutan Jo. Kependekan dari kata Bojo. Jangan salahkan Bayu dengan keanehannya. Dia memang nggak pernah waras ngomong-ngomong.

"Saya juga butuh minum dalam tubuhmu, Mah." Panji membalik tubuh Bayu, setelahnya, dengan keterampilan membuka kaus Bayu secara seduktif, dia melepas kaus oblong Bayu yang lupa belum dicuci selama semingguan lebih. Ciuman Panji merambah area lain. Dia menunduk. Menghirup leher asem Bayu. Sebelah tangannya mengelus selangkangan Bayu.

Bayu mendesah gila. Si Nobita kecil yang menggelantung mengenaskan di selangkangannya bersorak hore. Kawin untuk yang kesekian kalinya di hari ini akan segera dimulai. Biasanya, jika si jenderal perang itu menciumnya di sembarangan tempat, prosesi ijab kabulnya nggak memakan waktu lama. Cukup tempel tangan, sodok, ngecrut, udah. Nobita kecil suka pergumulan semacam ini. Menggairahkan batinnya. Juga maninya.

"Besok gue ah ... besok gue ... ada acara ama anak-anak, Jo." Bayu berusaha mengelak. Namun nihil. Kedigdayaan Panji menenggelamkan tubuh kurus Bayu.

"Saya kangen sama kamu."

"Tapi tadi pagi kan udah ahh ... ya Alloooh ... ahh ... udah tiga kali. Siang udah ... dua kali. Masa iyaaa sekarang tanduk lagi?"

Panji tak menggubris. Dia mendudukkan Bayu di sofa. "Jenderal perang saya rindu bertukar kabar dengan Nobita kecil."

"Ah ... ya Tuhaaan ..." Bayu kehilangan arah. Seluruh pusat perhatiannya disita secara habis-habisan ama Panji. Dia penggila ngentot. Panji pun pemuja persetubuhan. Klop deh. Dua manusia tua itu. Sama-sama merindukan ihik-ihik.

"Kamu harum sekali, Mah." Panji menjilat putting Bayu. Memainkannya di dalam mulut. Lidahnya yang kasar memijit-mijit tonjolan kecil itu. Menggigitnya gemas sesekali, memeluntirnya riang berulang kali, dan menariknya ke atas tak terhitung kali. "Tadi sore kamu memakai sabun apa, Mah?"

Bayu nggak habis pikr. Sangat. Ke mana Panji yang angkuh dulu? Kenapa duda beranak satu itu sekarang jadi demen ngentot gini, sih? Eh! Bayu menggeleng. Meralat pemikirannya konyolnya. Sekarang kan Panji udah nggak duda lagi. Udah punya istri. Eh. Ralat lagi. Udah punya suami. Dia. Bayu Suck Lencana.

"Kan tadi sore kita mandi bareng, Jo. Lo lupa?"

"Kamu selalu membuat saya hilang ingatan, Mah."

Bayu memutar bola matanya. Kemudian mendesah lagi. Panji secara cerdas memasyukkan kedua putingnya. Mana tangannya yang satu mengelus-elus selangkangannya pula. Hal itu kan yang paling disukai Nobita kecil. Daging berotot itu pasti akan gembira bukan main jika dia dimanja. Yang kayak gini, nih. Dipijit dari luar. Diremas-remas halus. Kemudian dielus-elus. Ah ... ini namanya kenikmatan tiada tara.

MadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang