Kalau ditanya siapasih Bayu S. Lencana? Semua penghuni kampus itu akan berkoor serempak dan menyebutkan dua kata ajaib yang emang pantas banget untuk disematkan ke sosok tersebut. Mahasiswa Abadi.
Cowok dua puluh tiga tahun yang luar biasa bodoh. Menggantungkan skripsi selama tiga tahun dan lebih memilih menggembel di Jalan Malioboro daripada mengejar dosen pembimbingnya.
Kalau melihat penampilannya, astaga.... semua orang pasti tidak akan tahan berlama-lama di dekatnya. Dia memiliki wajah terlalu tua untuk usia awal dua puluhan. Rambut keriting sebahu superberantakan yang entah kapan terakhir kali bersentuhan dengan sisir dan sampo. Cambang-cambang liar di sepanjang lintasan rahang dan dagunya.
Bertubuh tidak terlalu tinggi hanya nyampai 175cm, dengan badan kurus kerempeng yang membuat teman-teman sekampusnya gemas dan tega mengatainya pengidap penyakit paru-paru kronis--walau sejujurnya itu jelas bukan.
Jangan tanyakan bau tubuhnya. Tubuh setipis pembalut Hello Kitty itu, yang mandi satu kali dalam tiga hari tersebut, entah kenapa selalu menguarkan aroma rempah-rempah. Menyengat, kadang-kadang busuk tapi menenangkan dalam waktu bersamaan. Mungkin dia memililki cologne beraroma rempah-rempah?
Namun, mengingat betapa mengenaskannya dirinya dalam bertahan hidup dan selalu dikejar-kejar ibu kost untuk segera melunasi uang sewa kost yang menunggak 13bulan tujuh hari empat jam dua puluh lima menit tersebut, rasa-rasanya sangat ajaib jika dia memiliki kelebihan uang dalam jumlah cukup banyak hanya untuk dibelikan sebotol cologne. Entahlah biar itu menjadi rahasia dia dan Tuhannya.
Intinya, meskipun dia jorok bin dekil nggak ketulungan, aroma rempah yang mengikat pori-pori tubuhnya mampu mendatangkan begitu banyak orang baru untuk mengajaknya berteman. Atau karena emang dia punya kelebihan persuasif? Entahlah saya juga tidak tahu.
"BAYU S. LENCANA BANGSAAT KEMANA AJA LO SEBULAN INI????" suara tenor lima oktaf menggelegar bak cambuk petir Dewa Zeus, disusul suara dobrakan pintu tak manusiawi yang menimbulkan keriuhan tak bersahabat.
Bayu yang sedang mengetik serius entah apa di depan komputer basecamp mapala sampai melompat dari kursi putar yang dia duduki. Dia terjerembab dilantai. Bokong teposnya sukses mencumbu ubin semen dengan ganas. Erangan sakit tak terelakkan lolos dari bibir mungil Bayu yang berwarna merah keunguan.
Cowok pemilik gen Hulk minus warna hiju berdiri menjulang di ambang pintu yang daun pintunya langsung patah akibat gebrekannya barusan. Mata dengan iris abu-abu pucat tai kucingnya nyalang menatap Bayu yang masih berpose ganteng di lantai. Wajahnya kotak dengan potongan rambut cepak, mengingatkan Bayu pada sosok Tukul yang terperangkap ke dalam tubuh laki-laki 20tahun ganteng tak terelakkan.
Bayu menegukkan air liur susah payah, kemudian nyengir sejadi-jadinya, memaparkan sederet gigi-gigi kecil imut berwarna kekuningan akibat terlalu banyak dihajar rokok ama kafein.
Berhadapan dengan Andis - cowok gigantisme di ambang pintu - yang sedang diliputi durja tersebut akan sangat bahaya jika diladeni dengan sama-sama emosi.
Tubuh Bayu sudah sangat lemas untuk beradu argumen maupun otot dengannya saat ini. Apalagi lambungnya sudah tidak disatroni asupan karbohidrat sejak tiga hari lalu. Jadi, untuk sekarang menghadapi Andis yang terbakar amarah sama saja dengan bunuh diri. Bayu tahu itu.
Tiba-tiba secara tak diduga-duga dari balik tubuh raksasa Andis muncul seorang marmut - ralat cowok tak kalah mungil dari Bayu dengan hanya memiliki tinggi 162cm, memiliki kulit seputih porselain, semulus pantat bayi, dengan kibasan rambut halus legam kayak rambut Andi di iklan sampo Lifebuoy-datang tergopoh-gopoh dalam langkan kaki-kaki kecilnya menghampiri Bayu.
Mambantu pemuda berantakan tersebut untuk berdiri yang langsung disambut suara kretak dari tulang pinggulnya. Bayu mengaduh lagi. Tapi senyum berjuta-juta wattnya masih menyala bling-bling di hadapan Andis. Sungguh Bayu tidak tahu sedang memiliki dosa apa sehingga sahabat beda jurusan itu begitu marah dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madness
RandomHidup Bayu adalah kepingan - kepingan petualangan, dari satu gunung ke gunung yang lain, dari satu jalan ke jalan yang lain. Hidupnya adalah kebebasan dan keliaran. Hidup beralas bumi dan beratap langit dengan seberkas sinar Matahari dan Bintang. Di...