End - Madness

12.6K 1K 828
                                    

Bayu terbelalak, melotot seketika. Ditatapnya Budhe Irma yang tersenyum lembut di sana sambil merapikan selendangnya yang suka melorot ke lengan. Bayu menggeleng nggak percaya, bibirnya terbuka, namun terkatup lagi tatkala tak ada satupun kata yang keluar dari sana.

Mike anaknya? Mike lahir dari sperma yang dia jual sepuluh juta beberapa tahun lalu? Benarkan? Ya ampun, Bayu nggak tahu harus ngomong apa atau harus menanggapinya gimana. Berita dia punya anak aja udah cukup membuatnya terkejut luar biasa, kini ditambah anaknya itu adalah Mike. Dada Bayu menghangat.

Padahal, dia udah berusaha mengubur jauh-jauh kegiatan gelapnya itu dari ingatan. Bahkan, Bayu sudah lupa uang sepuluh juta dari donornya itu dia habiskan buat apa. Sang dokter hilang begitu aja. Dan sekarang, dari secuil kekoplakannya di masa lalu, lahir seorang anak kecil luar biasa menggemaskan, yang Tuhan hadiahkan pada Surabaya. Malaikat tanpa sayap yang menjadi pelipur segala lara dan menjadi obat segala kesakitan.

Kelopak Bayu mengatup. Merasapi luapan emosi yang menggerayangi halus dan merambat penuh sika cita dalam pembuluh darahnya. Untuk kali pertama dalam hidup penuh penderitaannya, dalam hidup penuh dengan siksaan serta topeng besar yang susah payah dia pakai untuk mengelabui masa lalunya, air mata itu jatuh atas sebuah rasa bernama bahagia. Air mata penuh cinta. Yang selama dua puluh tiga tahun ini nggak pernah teraduk ataupun bergulir.

Air mata-air mata Bayu selama ini adalah air mata kesakitan dan kehilangan. Dan sekarang, dari perjalanan panjang melelahkan yang menguras hati dan pikiran itu, Tuhan akhirnya menciptakan selembar bening luapan emosi yang berasal dari kata bahagia.

Ya ampun, akhirnya si udik berambut kriwil dan bau itu, bertubuh kerempeng dan sangat dekil itu, yang jarang mandi dan lebih doyan rokok ketimbang nasi itu, yang sering menggembel dan mendaki gunung itu, yang sering touring bersama Nobita itu, mendapat sebuah keajaiban bernama bahagia dalam separuh hidup panjangnya.

Bayu mendesah. Perutnya bergolak. Ratusan sapi betina seperti berterbangan di sana. Membumbungkan hatinya. Akhirnya, akhirnya dia memiliki keluarga, ya Tuhan. Akhirnya, apa yang dia idamkan selama ini, yang menjadi sesuatu paling mahal dan berharga dalam hidupnya selama ini, dia dekap dalam hatinya.

Mata Bayu terbuka, lalu terkejut melihat Mike sudah ada di samping Budhe Irma. Si kecil itu tertawa cekikikan, memamerkan sederet gigi kecil putihnya. Budhe Irma menggendong Mike, meletakkannya di sisi Bayu. Dan Mike langsung membenamkan wajahnya di dada Bayu.

"Is it true that you are really my mother, mom?"

Bayu tak kuasa menjawab. Diciuminya kepala Mike penuh sayang berulang kali. Dia sudah kehilangan sosok ibu, dia sudah kehilangan sosok abang, dia sudah kehilangan sosok sahabat sekaligus adik kandung, dan sekarang, segala kehilangan-kehilangan yang direnggut secara paksa dalam hidupnya itu, tergantikan oleh malaikat kecil yang demi apapun di dunia ini, akan Bayu jaga seumur hidup.

"Mom, i dont care that you're a man like daddy. I dont care if my friends insult me just because i have two daddy in my life. Im happy mom, im happy, finally i found my happiness in my life. Finally, i found someone who will always loves me. Finally, i found someone who will always hug me."

Mike, bocah kecil yang hadir dalam hidupnya, dan memberikan sebuah makna yang selama ini sangat Bayu benci dalam hidupnya. Keluarga.

Teringat sesuatu, Bayu buru-buru mendongak, menatap Budhe Irma, "Budhe, bagaimana dengan Yani? Dia hamil anak Panji, kan?"

Budhe Irma tersenyum, menggeleng, mengangkat tubuh si kecil, "Yani menitipkan surat buatmu, Bayu," Budhe menggendong Mike lalu menghampiri meja, mengambil tas tangan, membuka, dan mengeluarkan sebuah amplop putih dari dalamnya. "Sebelum Yani pulang ke Australia, dia mengirimkan surat buatmu."

MadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang