3. Membuatku Sakit Bertubi-Tubi!

147K 7.6K 98
                                    

BAGIAN 3: MEMBUATKU SAKIT BERTUBI-TUBI

SASIKIRANA

"Sasi, ini Mamanya Kak Aurel," Mas Gibran berbisik padaku.

Aku mengangkat kepalaku takut-takut sambil tetap memeluk erat lengan kakakku. Aku melihat seorang wanita paruh baya yang sedang tersenyum sangat lembut. Aku mengangguk kecil pada orang itu. Lalu tiba-tiba wanita itu mendekat padaku dan memelukku dengan hati-hati. Kurasakan usapan lembut di kepalaku yang membuatku tenang.

"Panggil saja Mama ya. Tidak usah sungkan," katanya sambil tetap memelukku.

Aku mengangguk ragu. "Mama," ucapku lirih.

Pelukan itu terlepas dan aku kembali beringsut di lengan Mas Gibran.

"Itu Daniel. Kakak iparnya Kak Aurel."

Aku menoleh ke arah yang ditunjuk Mas Gibran. Seorang laki-laki sedang berdiri tidak jauh dariku. Tatapannya seperti meneliti tubuhku dari atas hingga bawah, membuatku mencengkeram lengan Mas Gibran dan menyembunyikan wajahku di punggung kakakku.

Entah apa yang kulihat sekarang, Kak Aurel berbisik sesuatu pada laki-laki itu sampai lelaki itu mendekat padaku dengan raut keterpaksaan dan seperti enggan menuruti permintaan Kak Aurel. Aku ketakutan. Belum sempat aku menyuruh Mas Gibran untuk melindungiku, tubuhku sudah ditarik ke pelukan lelaki itu.

Jantungku memompa dengan cepat, aku tahu ini bukan karena ketakutan, tapi ... gugup. Karena lengan lelaki ini memeluk tubuhku sampai aku tenggelam di badannya yang besar.

Kenapa aku tidak takut seperti kepada laki-laki lain? Kenapa aku malah merasa tenang dengan pelukan ini?

Aku masih menerka jawaban itu saat tidak kurasakan lengan orang yang tadi memelukku. Aku mendongak menatap wajah laki-laki itu dari dekat. Dia masih menatapku dengan tajam, seolah membenciku.

Aku mulai takut. Bukan karena tatapan tajamnya. Tetapi aku takut dia membenciku.

Kenapa denganku sebenarnya?

"Aku Daniel," katanya singkat, lalu menjauh dariku begitu saja.

Meninggalkan kehangatan yang sempat dia salurkan lewat pelukan singkatnya.

***

Aku tersedu di balik selimut, mengingat kejadian saat pertama kali aku diajak oleh Kak Aurel dan Mas Gibran untuk tinggal di sini. Aku masih menangis karena kejadian tadi. Kenapa Kak Daniel bertindak begitu kasar? Dan kenapa juga aku merasa sangat sakit dengan perlakuannya?

Padahal aku mencintainya. Sejak awal melihatnya. Aku belum menyadarinya saat itu, hanya menyadari bahwa aku menganggap berbeda Kak Daniel dari laki-laki lain. Dia mampu membuatku tenang seperti yang Mas Gibran berikan padaku.

Tapi Mas Gibran kan kakakku, pantas saja aku tidak takut padanya.

Tapi ... kenapa aku merasakan hal yang sama kepada Kak Daniel?

Memangnya siapa Kak Daniel bagiku?

"Aku tadi menyelamatkannya, Re. Kenapa kamu malah marah padaku?"

"Aku yakin bukan hanya itu yang kamu lakukan, Kak. Pasti kamu berbuat sesuatu, kan?"

"Nggak. Aku nggak berbuat apa pun padanya."

"Bohong. Kenapa dia sampai sesenggukan dan ketakutan begitu!"

"Aurel, kenapa kamu nggak percaya sama aku? Aku nggak bohong. Aku hanya memarahinya karena dia begitu ceroboh dan merepotkanku."

PAIN (TERBIT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang