Tangan besar itu mencengkeramku begitu kuat. Aku berontak, memukul, menendang. Tapi tetap saja, tubuhku yang lemah dan terlalu lelah, tidak sanggup menahan tubuh besar yang sedang menekanku begitu kuat.
Gigi-giginya yang tajam berusaha meraih bibirku. Aku kembali memukulnya, tapi suara menggelegar dari lelaki yang menekanku di tembok ini malah membuatku semakin takut. Bibirku bahkan sudah terasa amis karena dia terus memaksa menciumku saat aku berontak. Aku jijik, benar-benar jijik. Kugigit bahunya keras-keras, berusaha melengahkannya. Tapi ternyata tidak semudah itu, tanganku disentak olehnya dan diikat dengan tali agar tidak bisa bergerak.
Aku menangis, meraung sekeras yang aku bisa saat tubuhku dibanting begitu keras ke sebuah ranjang. Aku kembali berteriak, tapi kemudian aku merasa mulutku penuh akan sesuatu.
Dia menyumpal mulutku dengan sapu tangannya.
Dan suara sobekan baju—yang aku tahu pasti itu bajuku—membuatku benar-benar berhenti berontak. Otakku memaksa untuk terus melawannya, tetapi tubuhku terlalu lemah, aku tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhku. Hanya air mata yang turun dari kedua indra penglihatanku yang menunjukkan betapa sakit dan tersiksanya aku saat ini.
--***---
MOHON BIJAK!
TERIMA KASIH :)
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN (TERBIT) ✔
RomanceTELAH DITERBITKAN. TERSEDIA DI TOKO BUKU. Karena di mana pun cinta berada, luka akan senantiasa mengiringinya. Dan selebar apa pun luka, cinta akan selalu menyembuhkannya. -Sasikirana Arundati- Perempuan malang yang hidup dalam kekejaman dunia...