EPILOG
Sepucuk surat dari Daniel
Izinkan aku melalui surat ini, untuk sedikit membagi hal terbahagia yang pernah kulalui dalam perjalanan berpuluh tahun hidupku.
Kebahagiaanku berawal dari pertemuanku dengannya, walau secara nyata tidak terjadi dengan baik justru terkesan sangat ironis. Aku bertemu seorang perempuan. Muda, cantik, baik. Bukan itu yang membuatku memutuskan untuk menikahinya. Tapi satu hal yang tidak bisa orang lain terima akan perangaiku yang sebenarnya.
Dia mau menerimaku. Menerima semua masa laluku walau aku sendiri tidak yakin dengan keadaanku yang tidak terkendali. Aku benar-benar payah, bahkan untuk mengendalikan sesuatu yang dilakukan alam bawah sadarku pun aku tidak sanggup.
Tanganku bergerak dengan sendirinya untuk selalu melakukan hal kasar padanya. Tidak jarang aku selalu melihatnya menangis. Hampir setiap hari di awal pernikahanku dengannya, dia selalu menangis, walau kewajibannya sebagai istri selalu dia lakukan dengan baik.
Dia selalu berusaha membuatku melihatnya, aku tahu itu. Aku seorang laki-laki dewasa yang pasti mengetahui maksud dari gerak-gerik seorang perempuan. Tapi entah kenapa keinginanku untuk membahagiakannya selalu terkaburkan dengan bayangan masa lalu yang membuatku tidak mau menerimanya. Di hidup apalagi hatiku.
Saat itu aku hanya yakin ada satu wanita yang bisa mencintaiku. Dan kenyataan bahwa orang itu sudah meninggal menambah daftar kepelikan dalam hidupku. Melihat dia semakin hari, sepercik perasaan baru muncul. Aku tidak tahu apa. Yang pasti saat mengingat bahwa dia juga memiliki masa lalu yang pahit, aku marah padanya. Sangat.
Dan sekarang aku baru menyadari, alasanku marah padanya karena dari dalam hatiku, aku membenci siapa pun orag yang berani-beraninya menyentuh tubuh orang yang kusayangi.
Aku rasa cukup sampai di sini flashback menyakitkan itu. Karena aku tahu, dia tidak suka aku selalu mengingat betapa jahatnya aku di masa lalu.
Yang sekarang ingin kujelaskan adalah tentang dia.
Dia istriku, yang selalu kupanggil dengan sebutan yang berbeda dari orang lain.
Dia pernah bertanya padaku, kenapa aku memanggilnya dengan sebutan itu?
Aku hanya menggeleng, tapi dia terus memaksaku. Sampai kemudian aku tersenyum padanya, dan kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutku.
'Karena aku ingin berbeda dari yang lain, begitu pun keberadaanku di hatimu. Aku ingin kamu menempatkanku di tempat yang berbeda dari orang lain. Aku ingin kamu menjadikanku satu-satunya. Karena aku pun ingin menjadikanmu satu-satunya di dunia ini.'
Kalian tahu? Dia tersenyum begitu lembut saat itu. Dia tidak menangis seperti biasa saat aku selalu mengucapkan kalimat yang menurutnya 'romantis'.
Sampai sekarang pun aku tidak tahu di mana letak romantisnya. Aku benar-benar kaku dalam melakukan suatu hal. Tidak seperti laki-laki lain yang mendekatinya, yang selalu bisa membuat semua wanita terbuai dengan ucap sekaligus sikap.
'Orang yang romantis bukan berarti pintar menggombal dan berbuat sesuatu yang manis. Orang romantis adalah orang yang jujur dengan perasaannya, selalu mengatakan apa yang dia rasakan kepada orang yang dia cintai. Seperti itulah kamu, Mas. Selalu jujur dengan perasaanmu.'
Itu ucapnya saat itu.
Dia juga pernah bertanya padaku di suatu malam sebelum kami tidur, tentang seseorang di masa laluku yang pernah sangat kucintai.
'Kalau Mbak Dinna masih hidup, apa kita tetap akan bersama?'
Aku hanya tersenyum dan mengecup perutnya yang membuncit.
'Hanya ada dua kemungkinnan. Kalau Dinna masih hidup, kami tidak ditakdirkan untuk saling jatuh cinta, atau kita yang tidak ditakdirkan untuk saling jatuh cinta. Karena aku tidak mungkin menyanding dua wanita sekaligus. Karena aku bukan tipe lelaki yang bisa mencintai dua wanita sekaligus. Aku bukan orang yang seperti itu'
Dan setelah itu aku mendengar ucapannya yang selalu dia lontarkan padaku hampir setiap hari. Dia mencintaiku.
Dua kata sederhana itu selalu mampu menimbulkan efek yang sama seperti pertama kali dia mengucapkannya padaku.
Tubuh mungilnya dengan perut buncit dan senyum lembut di bibirnya yang mengucapkan kata cinta, membuatku selalu ingin mengerahkan semua yang kumiliki demi kebahagiaannya.
Semakin hari hidup dengannya, aku tahu segalanya tentangnya, yang semula tidak kuketahui. Tapi justru itu yang membuatku semakin jatuh ke pesonanya.
Dia adalah wanita sempurna yang mau menerima segala ketidaksempurnaanku.
Dia wanita baik yang selalu membuatku mengerti bahwa aku laki-laki paling beruntung karena mendapat cinta darinya.
Dia adalah istriku, segalanya untukku, dia adalah Sasikirana Arundati.
Kirana,
Ini hanya sepenggal goresanku yang kubuat demi kamu. Aku ingin kamu merasakan bagaimana aku dengan bangga menceritakan tentangmu kepada orang lain.
Bahkan di kantor pun, dengan tidak tahu malunya aku menunjukkan sikap seperti remaja labil yang jatuh cinta jika mereka menanyai tentang keluarga kita.
Aku masih ingat hampir setahun yang lalu, aku mengucapkan namamu diikuti dengan nama ayahmu saat ijab qabul, hatiku bergetar hebat karena mengetahui mulai saat itu kamu akan menjadi milikku, pendampingku, selama-lamanya.
Aku rasa aku memang sudah gila, Kirana.
Umur kita bahkan terpaut 12 tahun, tapi aku tahu kamu tidak peduli akan hal itu.
Itulah alasan mengapa cintaku semakin bertambah setiap hari.
Ya, setiap hari, semakin melihat senyummu, perasaanku semakin bertambah padamu.
Setiap hari, setiap melihatmu memasak di dapur dan mengurusi Vino, perasaanku juga semakin bertambah padamu.
Setiap hari, melihat perutmu yang semakin membuncit, juga membuat perasaanku semakin bertambah padamu.
Tanpa aku usahakan pun, perasaanku akan terus bertambah padamu seiring dengan apa yang kamu lakukan setiap detik.
Dan hal yang paling membuat cintaku semakin besar padamu adalah kenyataan bahwa setiap hari aku bisa jatuh cinta padamu dengan alasan apa pun.
Kirana,
Aku harap kamu tidak pernah bosan denganku. Jika suatu saat nanti timbul kejenuhan yang sudah tidak bisa ditawar lagi, aku pasti akan mengajakmu bersama-sama kembali membuka album kenangan kita.
Melekatkan kenangan itu ke diri kita masing-masing agar kita bisa kembali jatuh cinta saat itu juga. Agar kita bisa mengingat perjuangan kita selama ini untuk sampai ke titik kebahagiaan.
Tetaplah jadi Kiranaku yang cengeng sekaligus tegar, manja sekaligus dewasa, penyayang sekaligus galak, lembut sekaligus cerewet, dan mungil sekaligus ... seksi. ☺
Tetaplah menjadi Kirana yang kucintai dan mencintaiku.
Terima kasih telah memberiku kesempatan untuk yang kesekian kalinya. Aku sangat berharap kita akan menjadi pasangan abadi sampai kakek nenek.
Aku sangat mencintaimu, Sayang.
Dari suamimu yang kejam, kaku, mesum, dan yang kamu cinta.
Daniel Sanjaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN (TERBIT) ✔
RomansaTELAH DITERBITKAN. TERSEDIA DI TOKO BUKU. Karena di mana pun cinta berada, luka akan senantiasa mengiringinya. Dan selebar apa pun luka, cinta akan selalu menyembuhkannya. -Sasikirana Arundati- Perempuan malang yang hidup dalam kekejaman dunia...