1st Journey: The Another Place

1.6K 72 18
                                    

1st Journey

The Another Place

*****

Runa McDaimen berhenti tepat di depan lift. Sembari menunggu, dia kembali mengecek lembaran kertas di tangan. Laporan untuk Dave selesai ia kerjakan dan sekarang tinggal memberikan itu pada laki-laki tersebut. Dia harap Dave puas dengan laporan yang dibuat untuknya.

Membuat laporan untuk siswa kelas 1 SMA tidaklah sulit bagi Runa. Selain itu, dia tidak keberatan untuk membantu pacarnya sendiri dalam mengerjakan tugas. Walaupun terkadang dia sedikit kesal pada Dave yang selalu memintanya untuk mengerjakan tugas-tugas laki-laki itu, dia sebagai pacar sekaligus kakak kelasnya yang hanya berbeda satu tingkat harus bisa membantu.

Runa masuk begitu lift terbuka. Runa menekan tombol lantai yang ingin dituju, apartemen Dave. Lift segera naik perlahan dan dia menghela napas. Runa membalikkan badan untuk melihat gedung-gedung pencakar langit. Lift ini tidak berdinding almunium, melainkan kaca yang sangat tebal sehingga dia bisa melihat pemandangan dari tiga arah, kiri, kanan, serta belakang.

Ding.

Runa sedikit terkejut mendengar lift berbunyi sebelum keluar dan melangkah ke apartemen Dave. Laki-laki itu bilang orang tua serta saudara-saudaranya sedang tidak ada di rumah sedangkan dirinya pergi untuk berbelanja. Jadi, Dave mengizinkan Runa untuk memegang tanda pengenal untuk apartemennya agar dia bisa masuk dengan mudah.

Ada sebuah kotak hitam tertempel di samping pintu almunium ini. Runa segera menunjukkan tanda pengenal Dave lalu sinar merah temaram menyinari bar kode di tanda pengenal tersebut.

"Identitas diketahui. Selamat datang, Tuan Muda Dave Brownstein. Silakan anda masuk," suara perempuan dari kotak tersebut terdengar dari speaker di bawahnya. Dua detik alat ini bicara, pintu almunium di depannya inipun terbuka, membuat Runa tersenyum tipis.

Runa masuk dan pintu segera tertutup secara otomatis. Dia menenangkan diri sebelum bertemu Dave. Dia gugup. Sekarang rumahnya sepi, sebaiknya dia duduk di ruang tamu saja sembari menunggu pemuda itu datang.

"Oh... Dave..."

Deg!

Runa menghentikan kaki yang hendak ke sofa. Telinganya mencoba menangkap suara samar itu. Ada orang di tempat ini? Siapa? Bukankan Dave bilang keluarganya sedang tidak ada dan dia pergi ke toko sebentar? Lalu siapa yang berbicara? Hantu, kah, itu? Tidak. Tidak mungkin ada hantu di abad 22 atau tahun 2116 ini. Guru di sekolah Runa pernah bilang bahwa hantu sudah punah sejak beberapa puluh tahun terakhir karena seiring berkembangnya zaman, tapi temannya bilang dia pernah pelihat 'penampakan' di sekolah, seorang gadis berambut panjang hingga lantai dengan tubuh melayang.

Runa bergidik begitu wajah-wajah seram terlintas di kepala. Dia menggeleng kuat-kuat dan meyakinkan diri bahwa tadi itu bukan suara hantu. Ya, bukan suara hantu!

Tapi... suara siapa?

"Dave, aku menyukaimu."

Rasa takut mengalahkkan rasa penasaran. Siapa yang bilang seperti itu? Dia menyukai Dave? Oh, Runa rasa bukan hantu yang bicara begitu.

Telinganya bekerja dengan baik sehingga Runa menemukan sumber suara tadi. Dia sempat terdiam melihat apa yang ia temukan di dapur sebelum terkejut begitu sadar apa yang dia lihat.

Dave.

Kedua tangan pemuda tampan itu di pinggang seorang gadis dan dia menuduk sedikit sedangkan gadis itu duduk di atas meja dengan kedua tangan melingkar di leher Dave. Parahnya lagi mereka saling memakan wajah!

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang