8th Journey: The Another Wand

354 34 1
                                    

8th Journey

The Another Wand

{Deleft Cateriya}

*****

Wajah terkejut Runa, Nico, dan Seena tidak bisa dihindari lagi, Zen menatap tanpa senyuman, Alven tidak peduli, sedangkan Kazuki terlihat terkesan. Setengah jam yang lalu mereka baru memasuki gerbang masuk Capital City Cateriya, Deleft Cateriya. Kota besar itu sangat ramai, dipenuhi orang-orang yang berlalu lalang. Sekelompok orang itu sedang berkeliling di pasar dan terkejut saat mendapati seorang lelaki bertubuh tinggi sempurna, berambut merah panjang gelap serta tatapan yang penuh semangat sedang berjalan bersama seorang lelaki yang memiliki rambut berwarna krim serta kedua mata seperti emas sedang membeli roti.

"Dean? Ester?" Runa terkejut.

"Ka-Kalian di kota ini juga?" Nico menganga. Bagaimana ia tidak heran jika yang diketahuinya selama ini Dean tidak pernah ke tempat-tempat jauh selain kota tempat tinggalnya.

Dean terkekeh setelah dirinya dan Ester juga terkejut, "Begitulah."

"Ester, sudah berapa lama kalian di kota ini?" tanya Seena, "dan sejak kapan kau mengenal pria ini?" suara Seena sedikit mengecil.

"Satu hari yang lalu," jawab Ester, "sebenarnya aku dan Dean sudah saling kenal sejak dulu. Kakekku dan kakek Dean adalah saudara, jadi secara tidak langsung kami ini keluarga."

"Aku tidak menyangka kita bisa bertemu di sini," Runa sangat terkesan.

"Jika kalian di sini, bagaimana dengan pekerjaan kalian?" tanya Nico penasaran.

"Bukankah sudah kukatakan bahwa aku mempunyai tempat pengerajin besi hampir di setiap kota besar di kerajaan ini, Runa?" Runa mengangguk dan Dean melanjutkan, "oleh karena itu, sebagai pemilik pengerajin besi, aku harus sering mengunjungi tempat-tempatku. Sedangkan Ester ingin berliburan."

"Begitulah," sambung Ester tersenyum bahagia, "omong-omong, sepertinya anggota kalian bertambah. Bagaimana kita bicarakan ini di tempat Dean?"

"Ide bagus," Dean menjentikkan jari.

Sekelompok orang itu segera meninggalkan toko roti yang mereka kunjungi setelah Ester dan Nico membayar belanjaan mereka. Mereka semua mengendarai kuda sekitar sepuluh menit untuk tiba di sebuah tempat pengerajin besi yang berada di dekat hutan, jauh dari keramaian kota. Ada dua pria yang sedang bekerja di sana. Runa duga mereka merupakan karyawan Dean.

Dean membawa mereka ke belakang toko tersebut yang sudah terdapat dua kursi kayu lengkap dengan meja kecil untuk meletakkan cemilan. Dean cepat-cepat mengeluarkan kursi lain untuk para tamunya. Sedikit repot memang, namun Dean dengan senang hati melakukannya.

"Jadi kalian berdua adalah Summoner dan Samurai? Menakjubkan!" Ester kagum sambil memegang cangkir teh. Teh buatan Dean memang enak, cocok dengan suasana saat ini.

"Alchemist dan Blacksmith juga menakjubkan," puji Kazuki.

"Berarti kalian tinggal sedikit lagi. Tersisa dua ksatria dan dua monster. Oh, Runa, bagaimana dengan kemampuan sihirmu?" tanya Ester pada Runa yang sedang asyik mengelus Pia saat makhluk itu sedang makan cemilan.

"Eh, sihirku? Hm... baru sampai dark blast-"

"Benarkah?" mata Ester melebar. Kehebohannya menarik perhatian para ksatria itu, "hebat! Kau bisa belajar dengan cepat! Saatnya untuk menjadi wizard!"

"Wizard?" Runa memiringkan kepala.

"Ya, wizard! Tongkatmu harus segera diganti khusus untuk para wizard. Aku dan Dean bisa membuatkannya untukmu," Ester bersemangat.

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang