10th Journey: The Blue Moon

356 38 5
                                    

10th Journey

The Blue Moon

{Veleft Spargos}

*****

"Akhirnya kita benar-benar masuk ke dalam hutan," ucap Alven melihat di sekelilingnya.

Kini para ksatria tiba di Spargos Forest, Veleft Spargos. Mereka hanya membutuhkan waktu setengah hari untuk tiba di wilayah tak berpenguni tersebut. Veleft Spargos merupakan tempat terdalam di wilayah Veleft. Berbeda dengan Veleft Erbane yang masih memiliki bangunan, tempat ini tidak ada sama sekali.

Ketujuh orang tersebut memperlambat gerakkan mereka. Kuda-kuda berjalan dengan santai sementara mereka was-was. Terkadang terdengar suara berisik dari dalam semak, itu membuat mereka semua terkejut. Semakin ke dalam mereka berjalan, semakin seram pula sekitar. Pohon-pohon menjulang tinggi, menghalangi sintar matahari, suara burung hantu sering terdengar, suhu semakin dingin, dan kabut mulai terlihat.

"Kaaakkk!"

Tiba-tiba terdengar suara burung gagak yang beranjak dari pohon. Runa spontan berteriak dan refleks mendekatkan diri pada Zen. Kedua tangannya bergetar, jantungnya berdebar, kini ketakutan kembali menghampirinya.

"Runa-chan, tenang. Kami ada di sini," ujar Kazuki lemah lembut disertai senyuman yang memenangkan.

Runa menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Ia mengangguk, "Oke...," dengan suara pelan.

Luca menghentikan kuda hitamnya membuat teman-temannya juga berhenti. Sebuah pohon tumbang yang besar menghadang jalan.

"Ada apa, Luca-oh tidak," gumam Seena merasa kecewa.

"Luar biasa... pohon yang besar...," desah Nico dengan mata berbinar.

Pohon tumbang di depan mereka benar-benar besar dan tinggi. Batangnya saja tinggi, seperti gerbang raksasa.

"P-Pohon yang besar," Runa terheran-heran.

"Aku dengar hutan ini merupankan hutan yang memiliki pohon-pohon terbesar di seluruh kerajaan," kata Nico.

"Mulai dari sini kita harus jalan kaki," kata Kazuki.

Mereka semua turun dari kuda dan menyimpan empat kuda tersebut pada Alven. Entah dimana ia menyimpannya. Lelaki manis itu pernah bilang kalau para monster dan hewan yang sudah terikat kontrak dengannya akan berada di dunia tengah, tempat dimana para makhluk myth - mitos - seharusnya berada.

"Bagaimana kita ke atas?" tanya Runa sembari mendongkak untuk melihat puncak dari batang pohon yang terbentang ini, "ada yang bisa terbang?"

Semua lelaki tampan itu menatapnya dalam diam membuat Runa salah tingkah.

"S-Sepertinya tidak. Haha...," ia tertawa aneh dengan kaku.

Kazuki terkekeh, "Yang bisa terbang berasal dari kelas Mage. Tapi sepertinya kau belum mempelajari sihir untuk terbang?"

"Huh?! Bisa terbang?!" mata Runa berbinar, "apakah aku juga bisa terbang?!"

"Bisa, jika kau sudah mempelajari sihirnya," kata Alven, "sihir terbang bisa dipelajari jika kau sudah menjadi High Wizard."

Runa mendesah kecewa. Ia menatap ke atas lagi, "Jadi, bagaimana kita ke atas?"

"Teman-teman, aku menemukan jalan lain!" seru Nico tersenyum lebar tepat setelah Runa menutup mulutnya. Rupanya sedari tadi ia celingak-celinguk mencari jalan lain sementara teman-temannya terpesona dengan pohon raksasa ini.

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang