6th Journey: The Dark Blast

350 37 8
                                    

6th Journey

The Dark Blast

{Deright Weebdo}

*****

Tidak ada yang membuka mulut di antara mereka. Ketegangan dimulai saat memasuki Weebdo City yang sudah menjadi kota mati. Alven memberitahu kota ini didominasi oleh perempuan, karena ulah Black Wizard yang menculik mereka, kota menjadi sepi seketika, ditambah lagi para lelaki melarikan diri dari tempat tandus penuh bebatuan ini ke Deright Soffy ataupun Deleft Kreyya. Jika tidak ditempati manusia, maka binatang buas maupun monster yang akan melakukannya. Weebdo City merupakan kota terkecil, jadi mereka tidak perlu memakan waktu lama untuk berkeliling mencari jalan keluar. Mereka sudah melewati gerbang antara Weebdo City dengan daerah yang lain. Dan inilah yang membuat mereka tegang dan waspada. Sejauh ini belum muncul tanda-tanda keberadaaan monster.

Nico menghela napas - sedikit lega, "Semoga saja tidak ada monster yang keluar."

Detik berikutnya terdengar suara aneh dari balik batu yang mereka lewati. Kedua mata mereka jelalatan, melirik ke kiri dan kanan dengan awas. Suara seperti jangkrik tersebut semakin dekat dan dekat. Pia bersembunyi di pelukkan Runa, sedangkan gadis itu merapatkan diri pada Zen.

"Sebaiknya kita cepat," bisik Nico yang mendapat anggukan cepat dari Runa.

Zen dan Seena menyentak kuda mereka bersamaan, sedangkan Alven hanya memberikan kode dan kudanya sudah berjalan paling depan. Hentakkan kaki kuda membuat suara-suara lain terdengar. Seolah mengerti akan situasi yang semakin menegang, angin menderu lebih kencang, awan kelabu pun mulai menutupi.

"Krik! Krik! Krik!"

Telinga mereka berdiri. Seena semakin cepat memacu kuda.

Ketiga kuda tersebut mengangkat kaki secara tiba-tiba, membuat Runa terpekik. Begitu Silver menapakkan kaki, mata Runa melebar karena di depannya ada tiga ekor belalang raksasa. Mata mereka berwarna merah, terlihat jahat dan mengerikan, kedua tangan mereka sangat tajam, seperti pedang, serta mulut mereka memiliki gigi taring yang banyak.

"C-Copper!" teriak Nico.

"Krrriiikkk!" monster-monster itupun mengeluarkan taring mereka.

Zen berdecih pelan sebelum menyentak Silver dan mulai berlari. Seena menyusul sedangkan Alven memanggil monster yang sama dan mereka mulai beradu.

"Apa yang kau lakukan?! Lari!" teriak Nico kesal.

"Bodoh! Ksatria tidak akan melarikan diri saat menghadapi musuh!" balas Alven lalu melompat turun.

"Oi! Mereka bukan musuh! Musuh kita adalah Black Wizard!" suara Nico semakin mengecil karena ia mulai menjauh dari Alven.

Alven menyunggingkan senyuman, bersiap untuk memanggil copper miliknya, "Yang sudah menganggu, kuanggap sebagai musuh," ucapnya pada diri sendiri lalu muncul tiga monster belalang di depannya setelah menulis sebuah huruf.

"Zen, berhenti!" Runa menarik kerah jubah Zen keras karena panik.

"Biarkan dia," jawab Zen dingin.

"Zen, berbalik!"

"Jika kita berbalik, akan menghabiskan waktu."

"Argh!" suara erangan Alven tertangkap telinga Runa.

"Alven!" teriak Runa. Dia menarik Zen lagi, "Zen, berbaliklah!"

"Dia bisa melakukannya."

"Kau menyebalkan!" pekik Runa sebal.

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang