7th Journey
The Hidden Village
{Deleft Kreyya}
*****
Runa menoleh kiri dan kanan. Tidak ada siapapun. Tidak ada apapun. Ia hanya sendiri di kegelapan mencekam.
Tiba-tiba seseorang mencengkram sebelah tangannya, "Akhirnya... aku menemukanmu..."
Runa refleks berteriak. Sosok di sampingnya tidak begitu jelas. Semuanya serba hitam. Siapa dia? Apakah hantu?
"Tidak! Menjauh dariku!"
"Aku membutuhkanmu...," dia menyengir.
Kembali merasakan takut. Senyuman itu mirip dengan orang yang ditemuinya di alam mimpi beberapa hari lalu. Tangan orang tersebut bergerak, meraba lehernya diiringi tawa menggema.
"Kau tidak akan bisa mengalahkanku, High Wizard!" dia semakin menguatkan genggamannya.
Napas Runa terasa berat. Sekuat tenaga ia menarik napas. Air matanya bercucuran. Akankah ia mati sebentar lagi.
Tidak jika ia menendang selangkangan orang misterius itu keras-keras. Cekikkan itupun bebas dari leher Runa. Segera gadis itu menarik napas sedalam-dalamnya.
"Kau-"
Belum sempat itu mengucapkan kalimat, Runa mengangkat siku dan menghantam belakang leher orang tersebut. Alhasil ia merintih kesakitan dan kesempatan itulah diambil Runa untuk melarikan diri.
"Sialan kau!" teriak orang tersebut marah.
Runa terus berlari dalam kegelapan. Entah kemana yang jelas kakinya terus saja bergerak tanpa henti hingga ia menemukan setitik cahaya. Semakin ia mendekat cahaya itu, semakin terang pula di sekitarnya. Kegelapan perlahan digantikan oleh cahaya.
Napas Runa terengah akibat berlari. Ia membuka matanya perlahan. Hal yang pertama ia lihat adalah langit-langit ruangan yang terbuat dari kayu. Kemudian ia merasa tubuhnya sedang berbaring di sebuah futon putih yang nyaman. Kebingungan menyerang dirinya. Dimana ia sekarang?
Runa merasa hembusan napas menerpa lehernya pelan. Ia menoleh ke sebelah kanan. Betapa herannya ia ketika tahu ada seorang anak kecil tertidur dengan posisi tengkurap di sampingnya.
"Inari-chan, ayo makan malam!" suara dari luar kamar terdengar.
Runa mengerutkan dahi. Suara itu terdengar lembut, seperti wanita.
Anak kecil tersebut perlahan membuka mata. Ia bangkit sembari mengusap mata dengan tangan kecilnya. Sambil menguap, ia menatap pada Runa yang juga menatapnya. Anak kecil manis itu membulatkan mata, "O-Onii-sama!". Anak itu berteriak lalu berlari keluar kamar, "Onii-sama!"
Runa perlahan bangun kemudian ia mengerang karena dadanya terasa sakit da berdenyut. Gadis itu menyingkirkan selimut dari tubuhnya dan terkejut mendapatkan dirinya menggunakan pakaian putih berlengan panjang. Dimana pakaiannya saat ini? Siapa yang menggantikan pakaiannya?
Kegaduhan dari luar kamar semakin mendekat ke pintu yang dibungkus dengan kertas tembus pandang pada bingkai kotak-kotak kayu lalu pintu pun digeser oleh seseorang, membuat Runa berdebar. Seorang pemuda berambut hitam panjang yang dikuncir ke bawah dengan mata cokelat penuh kelembutan berdiri di ambang pintu. Ia mengenakan pakaian hitam berlengan panjang dan lebar.
Ingatan Runa kembali pada tiga bulan yang lalu, saat sepupunya menikah dengan orang Jepang. Pakaiannya kurang-lebih sama dengan pemuda di ambang pintu ini. Ia mengenakan yukata, Runa tahu itu. Dan jika dilihat dari desain ruang ini, Runa yakin, ia berada di rumah tradisonal khas Jepang. Tapi... kenapa dia bisa berada di tempat seperti ini?! Apakah dia hanyut sampai ke Jepang?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown
FantasyRuna McDaimen bersama teman-temannya membuat portal untuk ke suatu tempat karena tugas sekolah. Portal selesai pada musim panas 2116 Masehi. Sungguh melelahkan, tapi hasilnya memuaskan! Runa yang sebagai asisten ketua kelompok, harus mencoba memasuk...