13th Journey: The Palace

357 35 3
                                    

13th Journey

The Palace

{Floren}

*****

Allena meneteskan air mata haru. Bibirnya tersenyum dengan lebar. Segera saja ia merangkul Allen kuat-kuat lalu berteriak kegirangan, "Kyaaa! Akhirnya adikku bergabung! Aku bahagia!"

Allen kesusahan karena perempuan cantik itu memeluknya erat, seperti mencekik, "Tolong... uhk! Hentikan..."

"Ahahahaha! Aku tidak menyangka!" Allena melepas pelukannya lalu memukul-mukul punggung Allen keras, "semoga berhasil, adikku sayang!"

"Terima kasih," ujar Allen ketus.

Runa tersenyum melihat tingkah kakak-beradik itu. Mereka memang terlihat tidak akrab, tetapi kalau diperhatikan baik-baik, mereka akrab sekali.

"Yosh. Semua perlengkapan sudah siap," ujar Kazuki tersenyum.

"Nah, kalau begitu, kami permisi dulu," kata Nico pada para vampire yang mengantar mereka sampai di perbatasan kota.

"Berhati-hatilah," entah sudah berapa kali Allena memeluk Runa.

"Kami akan berhati-hati. Terima kasih untuk segalanya," Runa tersenyum.

Runa dan sembilan lelaki itu segera menunggangi kuda dan mulai meninggalkan Capital City Drafwand untuk menuju ibu kota Floren. Allena, Ciel, dan beberapa vampire melambai dan meneriakkan ucapan sampai jumpa dengan penuh kebanggaan. Karena Xavier sendirian, Allen bersamanya menunggangi Golden.

"Perjalanan selanjutnya berarti Veright Erium?" tanya Nico memperhatikan peta.

"Perjalanan menuju Floren bisa dua hari jika kita melewati laut, tanpa singgah di Veright Erium. Jika lewat Veright Erium, membutuhkan waktu kurang lebih enam hari," Xavier memberitahu.

"Kalau begitu, kita lewat laut saja!" mata Nico berbinar, "aku ingin naik kapal!"

"Uh... kapal?" Alven memandangnya tidak enak.

"Ya! Bagaimana kita pakai kapal saja?!" Nico bersemangat.

"Tidak masalah!" seru Runa juga tersenyum. Sejujurnya dia tidak sabar lagi ingin ke Floren.

"Di sana ada Nona, di sanalah ada aku," Xavier tersenyum lebar.

"Aku setuju," timpal Seena.

"Aku juga," kata Luca.

"Kurasa tidak bagus naik kapal," ujar Alven ragu.

"Kurasa tidak apa-apa. Lagipula aku bosan dengan menunggangi kuda," Kazuki tersenyum lembut, membuat Alven menatap jijik padanya.

"Enam suara memilih lewat laut! Sudah diputuskan kita akan naik kapal!" Nico mengacungkan tangan kanan ke atas dengan semangat.

"Uh..." Alven memalingkan wajah dengan mual.

"Alven-kun, kau baik-baik saja?" tanya Kazuki begitu merasakan kepala Alven menempel di punggungnya.

"Y-Ya! Aku baik-baik saja," Alven tersenyum susah payah.

Dia tidak baik-baik saja.

***

"Uaaahhh! Laut!" mata Nico bersinar.

Runa menghampirinya lalu juga ikut-ikut berteriak kagum. Kini sepuluh orang itu sudah di atas kapal yang cukup besar. Setelah pergi ke desa tepi laut , mereka menumpang di atas kapal pesiar dengan harga yang tidak main-main. Walaupun begitu, keinginan Nico yang merasakan sensasi di atas kapal dan ketidaksabaran Runa untuk sampai di Floren, mereka rela mengeluarkan uang, nyaris menghabiskannya hanya sekedar berlayar selama dua hari.

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang