Beginning

6.8K 192 15
                                    


CERITA INI BELUM SAYA REVISI DAN EDIT, MASIH DALAM MASA 'BURUK' UNTUK DIBACA. NAMUN JIKA KALIAN TETAP MEMAKSA SAYA TIDAK MELARANG, ASAL JANGAN KOMEN SEPERTI

"BAHASANYA ANCUR BANGET."

"EYD-NYA JELEK."

"TANDA BACA BERANTAKAN!"

KARENA SEJAK KALIAN BUKA CERITA INI SUDAH SAYA PERINGATKAN.

TERIMA KASIH

Lorong sekolah swasta di Jakarta itu terlihat ramai, berbagai mobil keluar masuk dari parkiran yang disediakan pihak sekolah. Baju putih bersih terlihat dominan dibandingkan putih tulang yang kini terlihat sedikit.

Anak baru yang akan memulai hari pertama sebagai siswa sekolah menengah terlihat senang, begitu pula wajah para kakak kelas yang siap mengerjai adik kelas dengan berbagai cara jahil.

Namun tidak bagi gadis yang baru saja keluar dari mobil Mazda berwarna merah, dia terlihat begitu mempesona dengan angin yang meniup rambut cokelat ikalnya, bahkan para siswa baru tak segan menggoda gadis itu.

Gadis yang sudah pasti salah satu dari orang terpopuler disekolah itu begitu santai berjalan melewati lorong sekolah, baju putih tulang yang di padu dengan rompi berwarna cokelat serta rok sedengkul begitu berbeda diantara siswa baru.

Tak selang beberapa lama hingga akhirnya mata semua siswa berpaling menatap lapangan, bunyi deruman motor bebek yang sember berhasil menyita perhatiaan mereka yang sebelumnya terlihat begitu terfokus pada gadis tersebut kini harus menunggu siapa penunggang motor modif berwarna merah itu.

Sosok siswa laki-laki begitu tampan melepas helmnya, wajah putih serta pipi kemerahan itu begitu memukau mata siswi baaru.

Hanya ada satu siswi yang tidak tertipu oleh daya ketampanan milik siswa itu, dia adalah gadis yang baru saja menjadi pusat perhatiaan sebelum siswa itu datang. Bahkan gadis itu berdecak sinis, bukan karena kalah saing namun ada sesuatu yang ia tidak suka dari siswa itu.

"Gue benci liat Alva!" pekiknya dengan memegang kedua sisi kepalanya dengan erat, namun tak lama seseorang mendatanginya.

"Semoga lo enggak sekelas sama dia." seru orang tersebut.

"Kalau sampe gue sekelas sama dia, gue bakal usir. Gila aja masa tiga tahun gue harus sekelas sama dia lagi!" pekiknya lagi.

"Sabar, Giel."

Mereka akhinya melanjutkan langkah menuju papan pengumuman dimana mereka harus mencari kelas yang akan ia tempati. Abigail hanya menyenderkan tubuhnya ditembok menunggu Renata yang sedang berdesak-desakan mencari kelas mereka, Abigail berdoa dalam hati agar ia tidak sekelas dengan Alva dan kalau perlu Alva menghilang dari muka bumi.

Tak lama Renata keluar dari kerumunan anak-anak yang berebut mencari nama mereka dalam daftar kelas,ia telah berhasil mendapatkan kelas, kepalanya terlihat menengok ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan sahabatnya.

Ia melihat Abigail berdiri tak jauh dari papan, dia pun berjalan mendekati Abigail seraya menatap sahabatnya dengan tatapan salah tingkah.

"Liat noh, itu pada enggak pernah liat patung jalan kali ya?" seru Abigail seraya menunjuk sekelompok siswa tingkat dua yang menatap Alva tanpa kedip.

"Liat si bondu merah, lo mau tau Ren apa pikirannya?" tanyanya menatap Renata,

"Dengerin ya,'Alva ganteng banget, mirip Kyu Hyun gue rela jadi babunya asal tiap hari ketemu dia.' Gila ga? Astaga, gue terlalu banyak memakai kelebihan gue." gumam Abigail kembali memegang kedua sisi kepalanya. Renata yang mendengar ucapan Abigail hanya diam, seraya menatap Alva yang semakin mendekat kearah mereka.

"Jadi di mana kelas kita?" tanya Abigail yang seakan sadar dari tingkah bodohnya. Renata menatap Abigail lalu tepat saat itu pula Alva melewati mereka dan memberikan senyum manis ke arah Renata.

"Va, Lo sekelas sama kita." seru Renata tanpa sadar karena terlalu terpesona dengan senyuman Alva.

"What?!" Abigail berteriak tepat ditelinga Renata hingga Renata mengusap telinganya, sedangkan Alva berhenti sejenak.

"Lama-lama congek gue," gerutu Renata," Iya. Lo, gue dan Alva sekelas. Lagi." jelas Renata.

Abigail langsung menatap Alva dengan sengit, seakan mereka telah memiliki kesepakatan. Keduannya saling pandang namun Alva hanya menatap Abigail dengan tenang, ia sudah biasa ditatap sengit oleh Abigail dan tak perlu dipusingkan.

"Lo harus pergi dari kelas gue!" ujar Abigail dengan menunjuk wajah Alva.

"Atau lo yang pergi dari kelas gue?" Alva berkata balik, tatapan misterius dengan sedikit guratan di ujung bibirnya membuat Abigail menyipitkan matanya menatap Alva.

Renata menatap Abigai dan Alva bergantian, tingkah kedua sahabatnya itu sejak dua tahun sekelas tidak pernah akur atau lebih tepatnya Abigaail yang selalu mengibarkan bendera perang terhadap Alva. Yang pasti, Abigail akan selalu kalah disetiap perangnya bersama Alva. Seakan tidak ingin kekalahan Abigail itu kembali terulang, Renata berdiri diantara Alva dan Abigail dengan memegang tubuh mereka.

"Kita ke ruang tata usaha sekarang!" seru Renata.
**

Maaf kan daku jika nama Alva terlalu pasaran di kaya cerita lainnya, tapi jujur enggak tau kenapa suka aja nama Alva kaya ada aura gimana gitu. Foto Alva ya di mulmed. Iya aku tau, itu kyuhyun. Bener ga sih tulisannya? - but tokoh pemeran bisa saja saya ubah selama cerita ini belum ending.

Aku upload ini karena lagi jenuh aja sama cerita Al, entah harus dibawa kemana cerita itu. Oh iya ini bukan romance ya, jadi jika kalian pecinta genre romance silahkan meninggalkan cerita ini.

Soundtracknya ya Taylor swift - Blank space

Blank SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang