7. Crystal Skies

1.5K 119 4
                                    

Author POV

"Tuh kak Abi" seru Sean.

Sontak membuatnya membalikkan tubuhnya, ia menatap gadis yang berjalan bersama ayahnya. Gadis itu terlihat sangat terkejut dengan kehadirannya. Sangat jelas bagaimana matanya membesar menatapnya.

"Ini Alva mau ngajak kamu pergi" kini Mommynya pun muncul dengan membawa baki berisi minuman berwarna kuning. Bukan air kencing ya, serius itu hanya sirup.

Abigail langsung menatap Alva dengan penuh tanya, lalu ia mengambil roti sarapannya yang tadi pagi belum ia makan, masih dengan menatap Alva.

"Jadi besok-besok kalau mau main jangan jam segini,Va. Abi suka belum mandi" kini terdengar suara Bara menggoda putrinya. Alva tersenyum tipis menatap Abigail yang terlihat memakan rotinya dengan kasar.

"Enggak ada besok-besok, Dad" desis Abigail menghampiri Alva dengan tatapan tajamnya.

"Tante, Om. Aku pinjem Abigail sebentar ya" Ujar Alva langsung menarik Abigail keluar rumah.

"Alvabet!!! apa yang lo lakuin disini" teriak Abigail kesal, Alva menyeringai dan langsung menaiki motornya.

"Begitu lebih baik" jawab Alva dengan senang, namun tak lama raut wajahnya berubah menjadi tenang, "sekarang naik, cepet Abi!" paksanya.

"Abi itu khusus keluarga gue Alvabet! jang-"

Alva langsung menancapkan gas motornya dengan kencang, hingga membuat Abigail memeluk tubuh Alva dengan erat. Alva sama sekali tidak mengurangi kecepatannya, beruntung sejak tadi jalanan terlihat kosong. Abigail masih memeluk Alva, dalam hati ia berdoa dipanjangkan umurnya meskipun nantinya akan terjadi lecet di tubuhnya tak jadi masalah.

Motor itu berhenti ditengah hamparan rumput, Abigail akhirnya bisa menghela nafas lega saat melihat ia selamat meskipun saat ini ia tidak mengetahui dimana ia berada. Namun yang pasti pemandangan yang kini tersaji dimatanya begitu indah, bagai disurga.

"Gue minta lo jangan deket-deket sama cowok itu" ujar Alva yang duduk diatas motornya, matamya terlihat sedikit tertutup karena cahaya matahari.

Spontan Abigail menatap Alva, ikut menyipitkan matanya karena cahaya matahari.

"Fathir maksud lo?" tanyanya.

Alva mengangguk.

"Elo enggak perlu urusin hidup gue, kenapa sih lu jadi peduli gini sama gue?" tanya Abigail dengan kesal, namun tak lama seringainya tercetak diwajah cantiknya.

"Oh gue tau, kalau nanti gue nangis karena Fathir, lo akan datang seperti hero gue. Gitu?" tanya Abigail mengejek Alva.

"Basi!" lanjutnya dengan mengibas tangannya.

Alva berjalan mendekati Abigail, dia berdiri tepat dihadapan gadis itu. Tangan kecil yang memeluk tubuhnya terlihat begitu teguh pada ucapannya. Salah satu ciri yang diturunkan sang Ayah.

"Gue mau memperingatkan lo, dia bukan cowok tipe penyuka gadis emosi kaya lo. Apalagi badan lo yang kurus bukan tipe dia, jadi gue ingetin lagi mending lo jauhin dia sebelum lo menyesal" ujar Alva tepat ditelinga Abigail.

Abigail terdiam, ya dia menyadari fakta yang baru diucapkan Alva kalau dirinya bukanlah tipe perempuan yang memenuhi kriteria pria macem Fathir. Melihat jam terbang Fathir sebagai playboy cap kamper tidak mungkin menyukai bahkan mau bermain-main dengan gadis bau kencur sepertinya.

"Kalau gue enggak mau gimana?" tanya Abigail menantang Alva.
"Gue belum memulai permainan" lanjutnya.

Alva terkekeh, "Permainan? Permainan apa yang akan lo mainin? karena yang musti lo tau, permainan dia akan buat lo siap bertekuk lutut didepannya. Mata lo akan memohon bahkan lo rela ngasih semua padanya" ujarnya serius, "Lebih baik, lo mundur atau lo akan masuk dalam permainan dewasanya" lanjutnya lagi.

Blank SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang