Suasana kelas kembali riuh saat melihat sosok siswi yang terlihat mengenaskan masuk kedalam kelas, meskipun kepalanya masih memakai perban tak mengurangi aura dominan serta kecantikannya. Gadis itu terlihat bingung, bahkan dia memandang isi kelas yang semua terfokus ke arahnya.'Gue duduk dimana ya?' gumamnya pelan dengan memegang kepalanya seraya berfikir.
Tak lama gadis manis menghampirinya,dengan wajah bahagia meskipun diliputi rasa penasaran ia menghampiri sahabatnya.
"Abigail! Kemana aja lo?" tanya dengan antusias.
"Renata? Gue duduk dimana?" tanyanya dengan melirik bangku dalam kelas.
Renata terdiam menatap Abigail yang begitu terlihat bingung, keadaan sahabatnya itu benar-benar tak diketahui siapapun, seakan ia menghilang dari muka bumi. Dan sekarang muncul dengan keadaan perban di kepala serta pertanyaan aneh. Membuat Renata mengasumsikan Abigail mengalami amnesia.
"Lo duduk sama Alva" ujar Renata pelan, ia takut menyinggung emosional Abigail saat mendengarnya.
"Oh sama Alva ya?" gumamnya, Renata terdiam melihat reaksi Abigail yang biasa saja saat mendengar nama Alva.
"Dia duduknya dimana?" tanya Abigail. Tanpa bicara Renata menunjuk tempat duduk Alva dan Abigail dengan gerakan kaku, ia begitu kaget dengan sikap Abiagil.
Tak berapa lama setelah kedatangan Abigail, Alva pun datang dengan wajah tenangnya ia sedikit terkejut saat melihat sosok Abigail yang sudah duduk disamping tempat duduknya karena hanya Abigaillah yang berhasil menyita pandangannya. Ia pun berjalan mendekati Abigail dengan sebelah alisnya terangkat.
"Lo kenapa?" tanya Abigail yang melihat Alva sejak tadi menatapnya bahkan tidak duduk sejak datang.
"Gapapa" jawab Alva, ia langsung duduk disamping Abigail.
Sebenarnya Alva ingin menanyakan tentang perban yang berada di dahi Abigail namun ia sadar bagaimana tempramentalnya Abigail dengan dirinya. Akhirnya Alva menyimpan pertanyaan itu sendiri.
Semua berjalan lancar hingga jam istirahat ke dua, Abigail sama sekali tidak secerewet biasanya. Lebih banyak gadis itu diam dan memerhatikan pelajaran, bahkan hingga sekarang Alva belum mendengar cacian gadis itu padahal ia ingin sekali membalas cacian itu.
"Lo enggak keluar? Biasanya selfie di balkon?" tanya Alva tanpa mengalihkan pandangannya dari comic Conan yang ia beli beberapa waktu lalu.
Abigail menatap Alva, teman sebangkunya itu terlihat asik dengan komik bergambar pria kecil memakai kacamata besar.
"Emang iya?" tanya Abigail.
Ucapan Abigail spontan membuat Alva menatapnya, sekilas. Sikap Abigail begitu aneh, bahkan tadi dengan baiknya Abigail membantunya mendata siswa yang ingin ikut ekskul futsal. Tak ada kata-kata pedas yang hari ini Alva dengar.
"Are you ok?" tanya Alva kembali sibuk dengan komiknya.
"Yes, i am" jawab Abigail yakin.
"You are not. It's not yourself" balasnya.
*
Renata akhirnya meninggalkan Abigail di pos sekolah setelah melihat mobil jemputannya, kini Abigail sendiri entah menunggu siapa. Tidak mungkin ia menghubungi Rama sepupu jauhnya yang sedang kuliah, meskipun akan dengan senang hati sepupunya itu menjemputnya.
Tak lama Abigail mendengar suara deruman motor bebek, ia langsung melihat sosok Alva yang tengah duduk diatas motornya dan belum memakai helm. Abigail pun berniat menumpang dengan Alva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blank Space
Random[[Hutama Family-season 5]] Hal yang paling sensitif antar manusia adalah uang, namun nyatanya dihidup Abigail bukan itu. KEPERCAYAAN adalah hal yang paling sensitif bahkan tidak pernah ia campuri dengan segala hal, hanya satu yang ia percaya. Tuha...