First you inspect me
Then you dissect me
Then you reject me
I wait for the day
That you'll resurrect me(Where She went - Gayle Forman)
*
Alva melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya, disana sudah ada pak Joy dan Ernest salah satu anak PKL bagian drafter.
"Pagi pak Joy, Ernest!" Sapanya yang baru saja tiba lalu mengambil gelas bersiap membuat kopi.
"Weh, tumben kak Alva telat. Habis apa hayo?!" Ernest menatap Alva dengan jahil, bahkan kedua alis tebalnya naik-turun menatap Alva.
"Yaelah, kamu kaya enggak tau aja. Si Alva kan bujangan, ya kemana lagi kalau bukan ke-"
"Diskotik!" Ernest berseru kencang sambil tertawa, namun tiba-tiba kepalanya dihadiahi sendok membuatnya meringis oleh pak Joy.
"Ini otak isinya dugem mulu, ya Alva kuliah lah!" Seru pak Joy, Alva tertawa melihatnya.
Kadang Alva berpikir jika tidak ada Ernest, mungkin suasana ruangannya akan sepi dan terlalu serius seperti pertama ia bekerja.
Hanya ada pak Joy salah satu arsitek senior dalam ruangan yang harusnya berisi tiga sampai lima orang, setelah kehadirannya suasana sedikit ramai karena pak Joy memiliki teman mengobrol. Setelah dua tahun bekerja di perusahaan ayahnya, Alva kini menjadi seorang drafter dan meminta seorang pelajar untuk membantu pekerjaan mereka, lalu hadirlah berbagai murid SMK dengan jurusan design didalam ruangan mereka. Namun hanya Ernest si bocah petakilan yang mampu menghidupkan keramaian dalam ruangan mereja."Maklum sih pak, kemarin baru ikut DWP!" Kini Alva ikut nimbrung bersama pak Joy dan Ernest yang sedang membuat minuman mereka masing-masing.
"Yaelah kak, kemarin gue abis majelis -ngaji- di Monas..." Sejenak Ernest menatap Alva dan Pak Joy untuk meyakinkan ucapannya. "...Tapi pake earphone dengerin lagu Major, haha." Ernest tertawa kencang disusul oleh Alva yang sekali lagi menghadiahi Ernest dengan pukulan sendok sedangkan pak Joy hanya menggelengkan kepala.
Kini mereka kembali ke meja masing-masing, Ernest sibuk membantu pak Joy menyelesaikan job rumah dan interior. sedangkan Alva, sibuk menatap layar laptop bukan menyelesaikan tugasnya namun membuka media sosial dan melihat akun seorang gadis yang sedang bermain cello.
*
Malam ini Alva tidak kembali ke apartment seperti biasanya, dia harus datang kerumah sakit untuk menjenguk ayahnya yang masih dirawat. Mobil Outlander miliknya terparkir di samping rumah sakit yang terlihat sepi, langkahnya menuju ruang inap sang ayah yang berada di lantai empat khusus kelas VIP.
Perlahan ia membuka pintu tersebut, terdapat Kate yang masih menemani Sujitmo yang belum juga tertidur. Wanita itu tersenyum menyambut Alva.
"Va, gue kebawah dulu ya. Cari makan." Kate pamit setelah berbincang singkat dengan adik tirinya.
Kini tinggal Alva dan Sujitmo dalam ruangan bersuhu 20°c, Alva menggonta-ganti stasiun televisi yang membosankan, entah dia harus membuka percakapan seperti apa dengan sang ayah karena memang tidak ada yang harus dibicarakan.
"Gimana pekerjaan kamu? Kapan kamu naik pangkat menjadi arsitek junior?" Sujitmo membuka suara, dia menatap putra bungsunya yang sejak tadi diam di sofa.
"Masih menjadi drafter setia pak Joy."
"Kamu ke Malaysia aja, ikut seminar arsitektur yang akan berlangsung lusa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blank Space
Random[[Hutama Family-season 5]] Hal yang paling sensitif antar manusia adalah uang, namun nyatanya dihidup Abigail bukan itu. KEPERCAYAAN adalah hal yang paling sensitif bahkan tidak pernah ia campuri dengan segala hal, hanya satu yang ia percaya. Tuha...