She lost him, but she found herself and somehow that was everything - Taylor Swift♪♩♪
Ost. Say Something - A Great Big World
Jadi tujuanku ke Kuala Lumpur untuk menghadiri seminar atau duduk menunggu Abigail datang seperti perjanjian yang hampir membuatku tak bisa tidur semalaman hanya menatap selembar kertas berwarna kuning?
Sedangkan dua puluh menit lagi seminar akan dimulai, sepuluh menit sebelum janji pertemuan kami.
Mataku berkali-kali menatap layar datar di genggaman, alunan lagu klasik begitu kental seperti konsep utama kafe yang dipilih Abigail. Tidak perluku jelaskan lebih detail seperti apa kafenya, yang terpenting kehadiran Abigail yang membuat jantungku berdetak.
Sebenarnya ada apa dengan diriku ini? Baiklah aku memang mencintainya, tapi apa harus berdetak kencang jika bersama Abigail?
Ternyata Abigail datang lebih awal, aku melihatnya turun dari sebuah taxi didepan kafe. Wajahnya -Selalu- cantik, rambutnya dibiarkan tergerai lurus dengan warna cokelat yang tidak berubah terkena angin, levis lebar pada bagian bawah dengan atasan crop dilapisi jaket kulit berwarna senada dengan rambutnya, sungguh dia tidak seperti musisi klasik lainnya.
"Sudah menunggu lama?" Ucapannya menyadarkanku, mataku tak berhenti hanya diwajahnya namun meneliti keseluruh tubuhnya.
Abigail bukan lagi gadis kecil dengan tubuh kurus kerempeng, karena kini tubuhnya terlihat lebih berisi bahkan dengan pakaian crop memperlihatkan bagaimana perut tipisnya itu. Berkali-kali aku menelan savila, menyadarkanku untuk kembali kedunia nyata.
"Lumayan."
Hanya itu yang tersisa dari mulutku. Tanpa disuruh Abigail duduk dihadapanku, tangannya langsung membuka buku menu dan mengucapkan pesanannya, bibirnya di beri warna merah -entah dengan apa aku tidak peduli- yang saat ini aku lihat Abigail lebih dewasa, giginya putih sebersih iklan pasta gigi dan satu yang tak bisa kualihkan pandangan dari wajahnya, senyum penutup bagi pelayan yang beruntung itu.
"Let's talk about you!" Matanya menatapku begitu antusias, kedua tangannya diletakkan di meja seraya menyondongkan tubuhnya kearahku. Berulang kali aku menghela nafas.
"Me? Nothing special. Sekarang gue kerja jadi drafter,"
"Drafter? Lo di konsultan arsitek?" Matanya melebar, dan tersenyum antusias.
Aku mengangguk,"Yep. Kok lo bisa tau?"
"Ya, gue taunya drafter itu di situ, pernah baca novel profesi. Lanjut!"
"Bokap muncul dan gue kehilang elo, nyokap di penjara dan gue sendiri."
Kini Abigail mengangguk perlahan, tubuhnya tidak seantusias tadi. Aku bisa melihat tatapannya murung.
"How about you? Dan sejak kapan bisa main cello?"
Ada keheningan diantara kita, bahkan aku bisa merasakan jika Abigail tengah menjaga jarak denganku. Pelayan kembali datang dengan pesanan milik Abigail, mataku melirik arloji yang melingkar di pergelangan kiriku, menunjukan lima menit lagi waktunya untuk mengobrol dengan Abigail.
"I found myself. Selama gue menjalani operasi mata di Singapura, entah kenapa gue ingin main musik dan kebetulan hanya alat itu yang menyatu sama gue. Akhirnya gue ngambil kuliah musik, dan kemarin konser perdana gue."
![](https://img.wattpad.com/cover/53426900-288-k295267.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blank Space
Random[[Hutama Family-season 5]] Hal yang paling sensitif antar manusia adalah uang, namun nyatanya dihidup Abigail bukan itu. KEPERCAYAAN adalah hal yang paling sensitif bahkan tidak pernah ia campuri dengan segala hal, hanya satu yang ia percaya. Tuha...