21. Sorry

1.1K 101 12
                                    


Ost. Sorry — Justin Bieber
♀♂


   Aga dan Javi berlari mendorong bangsal rumah sakit, Renata sedang sibuk menghubungi orang tua Abigail. Mereka semua panik, melihat darah terus mengalir dari pelipis Abigail hingga wajahnya terlihat pucat. Akhirnya dokter datang dan mengambil alih Abigail dan menghilang dalam ruangan berpintu putih tersebut.

      Semua duduk diruang tunggu, Renata akhirnya menyerahkan ponsel milik Abigail pada Aga dan dia menangis karena menahan air matanya sejak tadi. Javi langsung memeluk Renata ke dalam dekapannya, ia melihat kejadian tadi didepan mata mereka.

      "Gue takut Jav," Ujarnya disela tangisannya, Javi mengelus punggung Renata mencoba menenangkannya.

     "Dia saudara gue satu-satunya, dia cewe arogan yang gue anggap mate gue, gue—"

     "Abigail cewe strong, Ren. Kita berdoa aja buat dia."

     Renata mengangguk, dia tidak ingin kehilangan sahabat yang sudah ia anggap saudara kandung yang tak ia punya. Abigail seperti adik yang selalu ia nasehati, atau kadang Abigail seperti kakaknya yang selalu mengajarinya tentang cinta. Ia rindu tawa kuntilanak yang suka Abigail keluarkan, ia benci ketika mengajak Abigail kongkow dan selalu meminta es batu untuk di makan tapi itu semua yang membuatnya memahami Abigail.

     Setengah jam berlalu, seorang pria tua keluar dengan jas dokter menatap ketiga remaja yang masih setia di ruang tunggu. Renata langsung berdiri, disusul oleh Javi dan Aga.

     "Orang tua pasien?" tanya sang dokter dengan bingung.

     Semua saling pandang, orang tua Abigail sedang dalam perjalanan entah dimana.

     "Saya mommy Abigail." Semua bernafas lega saat melihat Zhifa berjalan dengan cepat menghampiri mereka.

     "Mari ikut saya, bu."

     "Dok, boleh kita lihat Abigail?"

     "Silahkan."

     Setelah kepergian dokter dan Zhifa, mereka bertiga melangkahkan kaki masuk kedalam ruang gawat darurat. Renata kembali emosi, dia melihat Alva berlari menghampirinya.

     "Brengsek lo! Lo apain Giel sampe dia lari dan nangis ha? Gue udah bilang sama lo buat jauhin dia!—"

     Renata terus memukul Alva tanpa henti, ia ingin meluapkan segalanya pada Alva.

     "Ren, sabar."

     "Jangan pernah temui Giel lagi, kalau sampai gue liat lo ada di sekitar dia. Awas lo!" Renata menghilang meninggalkan Alva dan kedua sahabatnya didepan ruangan.

     Alva terdiam, wajahnya kusut bahkan terlihat merah dibagian kanannya. Javi dan Aga menghampirinya sama dengan wajah khawatir, mereka tau bagaimana Alva sekarang. Semua sudah berubah karena seorang perempuan, kecuali Aga yang belum tobat dari playboynya.

     "Sekarang mending lo balik deh, muka lo caur abis bro." ujar Aga.

     "Gue harus ketemu Abi, gue mau—"

     Javi memotong,"Belum saatnya, kita bakal bantuin lo ketemu dia."

*

     "Abi sudah kenyang, dad." Tangannya mencegah sendok berisi nasi masuk kedalam mulutnya.

     "The last, honey." Bujuk Bara dengan lembut.

     Akhirnya Abigail menerimannya, matanya kosong entah menatap kemana karena mata itu sudah tidak bisa lagi berfungsi dengan normal.

Blank SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang