Masa depan yang indah merupakan suatu hal yang didambakan setiap orang. Kesuksesan yang terlihat secara kasat mata seringkali membuat iri manusia-manusia yang melihatnya. Tetapi.... banyak orang yang tak mau tahu tentang seberapa pahit hidup mereka untuk bisa menjadi seperti sekarang. Sheila, bisa jadi adalah salah satu wanita yang cukup sukses, walau itu hanya untuk menghidupi dirinya sendiri. Fisik yang sempurna, pekerjaan yang baik, disukai para lelaki mapan. Bukankah itu sebuah keberuntungan yang ingin dimiliki wanita-wanita pada umumnya?
Namun, tak ada yang menyangka bila di balik semua itu, dia harus mengorbankan masa kecilnya yang berharga. Di kala anak-anak lain sibuk bermain dan bergembira, dia harus merasakan pelecehan yang dia tahu itu buruk, tapi ia tak tahu harus berbuat apa saat itu. Kehilangan keluarga, dan berjuang untuk bisa melewati semua kenangan buruk itu untuk bisa hidup normal seperti orang lain. Bersosialisasi adalah hal yang sulit dilakukan sewaktu ia mengalami krisis kepercayaan terhadap setiap orang asing yang mendekatinya. Dia tak percaya orang asing, terutama... lelaki.
Bertahun-tahun dia mengalahkan segala ketakutannya hingga kenangan itu menghilang sedikit demi sedikit. Ketakutan akan masa lalu yang kembali terulang membuatnya selalu berpikir keras untuk bisa mempercayai orang yang tak dia kenal.
Pelecehan Seksual, pemerkosaan, pencabulan, entah apapun kosakata yang dipakai, bukanlah hal yang diinginkan oleh setiap manusia di manapun berada. Pemaksaan, apapun bentuknya ketika hati kita menolak dan tidak mempunyai ketertarikan terhadap orang yang memaksa, maka itu akan menjadi hal yang menyebalkan bahkan menjijikan bila itu berhubungan dengan kasus yang dialami Sheila.
Entah apa yang ada di pikiran manusia-manusia laknat yang hanya demi memuaskan selangkangannya berani berbuat hal-hal seperti itu kepada wanita-wanita bahkan anak kecil yang tak berdosa. Tidak sadarkah mereka? Bahwa untuk melewati hal-hal mengerikan dan berkelebat setiap saat di otak para korban itu memerlukan waktu yang tidak sedikit.
Tidak sedikit wanita yang menjadi gila karena sebuah pemerkosaan yang tak diinginkan. Tidak sedikit anak kecil yang mentalnya terganggu karena harus menghadapi hal buruk yang bahkan tak mereka mengerti sebelumnya. Mungkin kejadian Sheila hanya dilakukan oleh bocah yang baru saja bermimpi basah, dia tak cukup dewasa untuk menilai mana yang baik dan buruk di hidupnya, tapi sekali lagi kehidupan yang anak itu miliki, pergaulan dan bimbingan lah yang membuatnya bisa melakukan hal yang sangat biadab seperti itu.
Atau mungkin, anak itu terlalu sering melihat tayangan atau bacaan porno yang menayangkan adegan rape yang selalu disajikan dalam perspektif lelaki. Diperkosa itu, wanita pun merasakan nikmatnya. Betulkah? Atauitu hanya pembenaran dari nafsu bejad lelaki yang merasa terangsang saat wanita di bawah kekuasaannya menjerit kesakitan, merasa jijik dan ingin lari, kemudian diartikan sebagai jeritan dan desahan nikmat? Entahlah. Yang jelas semuanya tak akan sampai bila dilihat dari satu sudut pandang saja. Dan kini, Sheila lah yang menjadi objek sudut pandang atas kejadian yang dialaminya.
Keyakinan.
Hanya itulah yang dia miliki Sheila saat itu, juga ketelatenan dari orang-orang di yayasan serta orang dewasa yang senantiasa menemani dan memberikan dukungan moril kepadanyalah yang membuat dia bisa menghadapi semuanya. Merelakan dan berusaha kembali memulai segala sesuatu agar dia bisa menjadi manusia yang tak selalu dikejar oleh mimpi buruk yang tak kunjung usai. Karena, Sheila menemukan pemahaman baru, layaknya game yang dimainkan. Saat sampai level tertinggi, dia kalah. Maka jalan-satu-satunya untuk kembali ke puncak adalah memulai kembali dari nol. Dan belajar dari kesulitan-kesulitan yang sudah kita lalui dari level-level yang kita jalani sebelumnya,
Rendra duduk di samping Sheila yang kini bersandar di dadanya, punggung tangan lelaki itu mengelus pipi wanita yang kini terlihat amat rapuh. Seminggu lalu, dia menemukan Sheila bersimpuh dengan kondisi yang mengenaskan. Rambut yang biasanya terawat dilihatnya begitu kusut, tubuhnya penuh memar dengan kondisi pakaian yang tak layak pakai. Kemudian tak jauh darinya seorang pria yang dia kenal dengan mata terpejam dan darah mengalir di kepalanya terbaring tak berdaya. Rendra memeluk Sheila, dengan bahu yang bergetar, dia meyakinkan diri sendiri kalau Sheila tidak apa-apa. Sementara itu, pihak berwajib telah mengamankan semua hal yang terjadi, untuk diusut lebih lanjut. Setidaknya perlu beberapa bulan untuk menangani kasus yang dialami oleh Sheila. Ronald sendiri berusaha membantu menyelesaikan kekacauan yang terjadi, saat melihat Rendra dan Sheila yang begitu dekat, dia paham. Tak ada lagi celah untuknya di antara kedua insan itu.
Bagi Rendra sendiri sangat sulit untuk melupakan kejadian yang menimpa Sheila sebelumnya, dan kini dia harus menghadapi wanitanya yang kehilangan binar ceria di mata yang seringkali dipandangi Rendra. Kini, wanita itu banyak terdiam, walau perlahan dia mulai bercerita tentang apa saja yang dia alami selama ini, dan Rendra selalu menyimak penuh sayang.
"Aku akan melakukan apapun agar lelaki itu bisa mendapat hukumannya. Aku tidak mau lagi melihat raut wajah yang penuh kesedihan seperti saat pertama kali aku melihatmu. Aku ingin mengembalikan senyum dan harga dirimu saat kau menjadi sekretarisku. Bukan wanita yang dulu datang padaku dengan penuh ketakutan dan rasa tak percaya diri. " Tekadnya kepada Sheila. Membuat wajah Sheila sepenuhnya beralih menghadapnya.
"A.. apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" pelan dia menatap Rendra dengan penuh tanya di benaknya. Seingatnya dia hanya pernah bertemu dengan lelaki ini saat di kantor, pertama kali melamar pekerjaan.
Rendra meraih wajah Sheila dan merangkumnya dengan tangan dia yang besar dan hangat. Membuat wanita itu merasa terlindungi."Aku tidak tahu apa yang terjadi. Apakah menurutmu pertemuan itu hanyalah kebetulan yang tak berarti, sehingga kau bisa melupakannya dengan mudah. Aku tak peduli bila selama ini aku lah pihak yang selalu mencari dan merindukanmu walau kita hanya pernah bertemu sekali saja. Tetapi... kurasa aku harus membuatmu mengingatnya." Kalimat yang panjang itu diakhiri dengan kecupan lembut di bibir Sheila. Hanya sebuah kecupan ringan selembut bulu, tulus....tanpa nafsu tapi mampu membuat hati Sheila berdesir hangat.
Hayoo ga lama kan? Hehe ..tengkyu yg udah setia vote komen sama cerita ini~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping With The Boss
RomanceCerita Mainstream tentang Boss dan Sekretarisnya. Bacalah dan lihat bedanya :)