jangan lupa vote comment yah :) klo bisa sih lbh bnyak dri part kmaren hehe xD
SheilaPagi ini aku disibukkan dengan beberapa pekerjaan rumah tangga di rumah seseorang yang dikenal sebagai Bosku di kantor. Setelah pembicaraan yang tidak masuk akal semalam, aku memutuskan membersihkan apartementnya dan juga memasak. Meski Rendra melarangku bukan berarti aku adalah orang yang tidak tahu balas budi. Aku berpikir ucapan terima kasih dan hubungan seks semalam saja tidak cukup. Diijinkan untuk tinggal bersamanya dalam beberapa waktu sebelum aku mendapat tempat tinggal yang baru adalah hal yang patut aku syukuri. Lagipula semalam dia rela tidur di sofa demi memenuhi permintaanku agar tidak satu tempat tidur dengannya. Yah, sulit dipercaya bahwa aku masih berusaha memegang teguh prinsipku walaupun aku sempat tergoda untuk memainkan kejantanannya saat di mobil. untunglah itu terjadi. Dan untuk itulah aku dengan senang hati berusaha merawat tempat bosku sebaik mungkin. Memasak beberapa menu sarapan menurutku tidak terlalu merepotkan. Lagipula bosku tak pernah protes dengan masakan yang kumasak beberapa kali ini. Menurutku dia menyukainya, melihat dia selalu menghabiskan makanan yang kubuat.
Sekitar pukul sepuluh pagi aku baru selesai dengan pekerjaanku. Cukup memuaskan melihatnya. Kulihat Rendra sedang asik mengganti tayangan di channel televisi dengan remote di tangannya. Hm harus kuakui, dia benar-benar tak pernah kehilangan pesonanya walau sedetik pun. Aku mendekatinya, menuju sofat cokelat yang dia duduki, kemudian menjatuhkan bokongku di sana.
"Kau sudah selesai?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari depan tv.
"Yah, begitulah," jawabku sambil menyandarkan kepalaku ke belakang agar menyentuh sofa.
"Baiklah, aku ingin kau membaca ini," dia menyerahkan sebuah lembaran kertas berisi tulisan entah apa. Aku menggigit bibir, mengambilnya dari tangan Rendra. Membuka lembaran kertas itu, membacanya kata demi kata. Kalimat demi kalimat yang kemudian membuat mulutku terbuka dan mengalihkan tatapanku kepada Rendra.
"Apa ini? Kau membuat cerita? Ingin jadi penulis?" aku menanggapi tulisan itu dengan heran dan penuh tanya. Namun sedikit berusaha mengendalikan emosiku agar tidak terlihat olehnya.
"Tidak. Bukan itu. hm tadi malam kita sudah membicarakannya bukan? Kita main dokter-dokteran," ucapnya datar, menunjukkan poker face andalannya.
Astaga. Dia gila. Bahkan bosku itu sudah membuat skenario ceritanya !
"Kau gila! Apa-apaan ini?? Dokter dan Perawat? Perawatnya sakit lalu minta diperiksa? Berakhir dengan hubungan seks?? Memangnya kita pemain film porno?? Dan bukankah kau sudah berjanji hanya sekali seks???? Tidak tidak tidak ..Aku tidak mau! Jangan harap!" aku melontarkan beberapa pertanyaan dan penolakan sekaligus dalam satu nafas kemudian berakhir dengan menggelengkan kepalaku tanda tak setuju. Aku tak menyangka dia serius dengan kata-katanya tadi malam. Aku tak pernah berpikir kalau ternyata lelaki itu punya fantasi seks menjijikan. Ini sulit dipercaya.
"Hm jadi kau menolak?" ucap dia sambil mengangkat alisnya.
"Tentu saja! Kau sudah berjanji kalau.."
"Oke, oke aku tahu. Tapi bagaimana dengan ini?" Rendra mengambil satu map biru yang tergeletak di meja lalu memberikannya padaku.
"Apa ini?"
"Buka saja," ujarnya ringan. Aku pun membukanya. Sekali lagi, Rendra memberikan sesuatu yang membuatku terbelalak. Foto-fotoku yang sepertinya diambil tadi pagi setelah seks dengannya. Dengan pose-pose yang akan membuat lelaki orgasme seketika saat melihatnya. Aku tahu maksudnya. Semua tebakan yang terlintas di otakku tepat adanya. Lelaki gila itu membuatku tak bisa menolak dengan ancamannya itu. Rendra menawarkan kesepakatan yang membuatku rugi apabila menerima ataupun menolaknya.
Menerimanya memperlakukanku sesuka hati dengan melakukan semua fantasi seks nista itu atau menolak dan membiarkan dia menyebarkan tubuh indahku yang polos. Oh. Ini mengerikan. Aku memijit pelipisku. Kepalaku serasa penuh saat ini. Aku tak pernah tahu kalau selama ini aku sudah masuk ke dalam perangkap singa gila yang kelaparan. Haah. Helaan nafasku terasa berat kali ini. Lebih berat daripada saat aku diusir ibu kontrakanku beberapa hari lalu.
***
"Apa kau sakit?" kata Rendra dengan suara beratnya.
"Ah tidak dokter.. aku.. aku.."
"Kalau kau sakit aku akan.."
"Tidak usah dokter aku baik-baik saja," Aku berusaha menolak Rendra dengan halus, intonasinya datar. Membuat Rendra sedikit menggeram.
"STOP! Kau tidak mendengarkan ucapanku dari tadi ya? maaaana ekspresimuuuu??" protesnya. Persis seperti salah satu iklan di tv yang pernah kulihat.
Hahh. Dikiranya ini apa? Aku tak menyangka dia seserius itu mendalami perannya menjadi seorang dokter. Bahkan bila dia beralih profesi menjadi dokter, kupikir dia akan sangat pantas menjalaninya. Lihat saja tatapan matanya, intonasinya saat berbicara, dan darimana dia dapat kacamata ala dokter itu? aku benar-benar tak habis pikir dengan kegilaannya yang satu ini. Kostum-kostum rumah sakit, ruang kerja yang entah kapan disulap menjadi ruang praktek dokter, ranjang sempit dengan sprei putih untuk orang sakit, meja putih dengan stetoskop yang tergeletak di atasnya, bau obat-obatan, oh dan tirai putih besar yang bergantung hampir menyentuh atap sampai sepuluh centi di atas lantai, perfect. Hm pantas saja aku tidak diperbolehkan masuk ke sini sejak tadi pagi. Dan siapa manusia yang dengan senang hati mendekor ulang kamar ini menjadi seperti ini? Aku pikir dia sama gilanya dengan bosku.
Yah, di sinilah aku. Sedang mengucapkan beberapa dialog yang akan kami lontarkan saat permainan peran itu berlanjut. Sedikit berdiskusi untuk persiapan permainan agar lebih lancar dalam bermain.
"Ini gila! Memalukan!" teriakku saat membaca adegan yang mengharuskan aku bersikap seperti suster penggoda yang bodoh. "Mana mungkin aku bersikap sebodoh ini??? Kau gila!!! Aku tidak mau! AKU TIDAK MAU!" sudah ribuan kali kulontarkan pernyataan penolakanku padanya. Namun dia tak mengacuhkanku. Menyebalkan. Dan isi ceritanya benar-benar.. ough.. ini cerita seronok yang sering ada di film-film dewasa. Ini super duper bodoh. Astaga.
"Berhentilah menyebutku gila. Atau tubuhmu dengan pose gilamu itu akan tersebar kurang dari 24 jam." Ancamnya sambil menyeringai. That smirk make me..oh tidak tidak. Aku mengerti. Dia benar-benar makhluk yang sulit dilawan. Sekarang aku sudah benar-benar dalam kuasanya. Ini gila. Sialan.
Aku menurut, mencoba sebisa mungkin menjelma menjadi suster bodoh di hadapannya. Kami pun melakukan persiapan terakhir kami. Berganti kostum dan mulai memainkan permainan bodoh itu.
***
Tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping With The Boss
RomanceCerita Mainstream tentang Boss dan Sekretarisnya. Bacalah dan lihat bedanya :)