Sebelum baca, saya mau bilang masalah Arya Wiguna ini, pfffft
Kira2 komen sbelumnya begini :Arya Wigunaa?? Kenapa namanya harus arya wiguna? Dari sekian nama keren kenapa harus dia? Demi Tuhaaaann...
Jawabannya karena waktu itu nama yg pertama terlintas adalah dia, dan saya dalam keadaan amnesia bahwa arya wiguna adalah sosok lelaki yg populer saat isu eyang subur dengan jargon khasnya ituhhh XD
Jadi anggap aja ini kebetulaan karena memang aslinya saya ga sengaja banget ngasih nama ini hahaha
Maaf merusak imajinasi kalian kengkawan semua wkwk
oke ini updatenya :D
Sheila
Semalam harus dijadikan daftar hal-hal terburuk sekaligus menyenangkan dalam hidupku. Aku benar-benar dimanfaatkan lelaki itu. Ini tidak bisa dimaafkan. Walau harus diakui, permainannya itu luar biasa. Hehe. Kulirik sebuket bunga yang tadi pagi diberikan Mang Ujang, salah satu office boy di kantorku. Satu nama yang tertulis di kartu kecil berwarna merah muda itu menyegarkan ingatanku kembali. Arya Wiguna, Manajer dari divisi keuangan tempatku bekerja sekaligus atasan Ami.
Aku tak begitu mengenalnya. Tetapi aku ingat momen saat aku menamparnya karena dengan tidak sopannya dia mengajakku berhubungan seks padahal baru beberapa hari aku bekerja. Sejak itu dia suka cengar-cengir tak jelas bila bertemu denganku. mungkin otaknya sudah rusak. huh. Dikiranya aku mempan dengan rayuan gombal-nya yang kacangan itu. weks. Tidak sama sekali. Lelaki itu adalah salah satu daftar orang-orang yang harus kuhindari keberadaannya. Karena dia hanya menginginkan tubuhku saja. Haahh. Aku tak butuh lelaki seperti itu. di usiaku yang ke 25 ini, aku memerlukan lelaki yang serius dan berkomitmen. Bukan hanya sekedar hubungan fisik belaka.
Katakan aku social climber, matrealistis atau apapun, hal itu memang benar adanya. Namun aku juga bukan orang yang sembarangan memilih pasangan hidup. Percaya atau tidak, menikah itu adalah hal yang seharusnya dilakukan sekali seumur hidup. Hm, mungkin dua kali bila pasangan kita meninggal. Tapi pilihan kedua aku harap tak pernah terjadi. Dan menurutku menikah bukan hanya soal menghasilkan keturunan. Memangnya aku anak kucing yang suka beranak pinak apa? Well, dalam hal ini aku benar-benar ingin mendapatkan pasangan hidup yang dapat bertanggung jawab secara materil dan moril terhadapku dan keluargaku kelak. Bayangkan saja ketika kita menikah dengan pria yang hanya punya materi, tetapi tidak memikirkan kebahagiaan anak istrinya? Pendidikan anaknya, moral mereka, apakah anak kita suka berbohong dan akhirnya korupsi bila mereka tua kelak. Sementara ayahnya sibuk main-main dengan wanita lain, padahal anaknya juga suka digarap oleh om-om seumur ayahnya? Hih. Aku tak mau itu terjadi. Pokoknya si Arya itu tidak masuk dalam kriteria pasangan hidupku. Tidak sama sekali!
BRAKK!!!
Suara gebrakan meja yang terdengar di telingaku membuat fungsi otakku bekerja normal seperti semula. Sebuah tangan dengan map yang dipegangnya memacu detak jantungku. Matanya melotot, tangannya menunjuk-nunjuk salah satu huruf di sana. Mati aku. Mati.
"Kamu ini gimana?? saya suruh tulis laporan begini saja gak becus. Ini harusnya 20 persen! Bukan 2 persen! Kamu tahu akibatnya bila salah seperti ini? Yang bener dong! Pantesan aja kerjamu kacau! Pikiranmu kemana-mana!"
Astagah. Kemana bos gantengku yang kemarin sangat lembut dan hangat penuh canda? Kenapa sekarang dia seperti harimau ngamuk?? Jangan-jangan dia kerasukan harimau putih. Dih itu tidak mungkin.
"Ma.. maaf pak. Lain kali saya akan melakukannya dengan baik." Jawabku. Jantungku mau copot astaga.
Sepertinya bosku menyadari kegugupan yang terdengar dari suaraku. Sesaat dia menghela nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping With The Boss
RomanceCerita Mainstream tentang Boss dan Sekretarisnya. Bacalah dan lihat bedanya :)