kalo cerita ini mau dilanjut, jgn lupa vomentnya yah :) hehe
OKE, silakan dibacaaaa~
Third Pov
Gedung-gedung pencakar langit tampak kehilangan keangkuhannya sepeninggal matahari. Bintang-bintang tampak enggan muncul di kegelapan itu, mereka memilih bersembunyi di balik awan hitam hasil polusi, digantikan pesona lampu malam yang merebak di sepanjang bangunan yang berderet menyisir jalan. Penduduk bumi seolah tak lelah merenovasi alam. Merusaknya, kemudian menciptakan keindahan imitasi saat mereka berpikir bahwa yang alami ternyata lebih bagus bila tetap berada pada tempatnya.
Kendaraan tampak lengang malam itu, menghadirkan kelegaan di kursi para pemiliknya. Bersyukur atas lolosnya mereka dari himpitan kemacetan yang menjenuhkan. Begitupun dengan Rendra, dia tampak santai mengemudikan BMW-nya, menuju apartement yang sejak tiga tahun yang lalu dia tinggali. Dia memutuskan untuk tinggal di tempatnya sendiri sejak ibunya mulai merecokinya tentang pernikahan. Di usianya yang ke-34 tahun, ibunya sudah mulai resah dengan masa lajang yang sepertinya dinikmati Rendra. Namun dia tak pernah menghiraukan itu. Dia tampan, sukses, dan tidak pernah kekurangan wanita. Baginya sudah cukup untuk hidup melajang. Walaupun suatu saat dia tidak memungkiri akan menghadirkan seorang wanita untuk mendampingi hidupnya. Mungkin saat dia berumur 45 tahun, dia akan menikah dengan gadis berumur 20 tahun, itu hal yang keren bukan? Bahkan saat ini umurnya masih 34, masih jauh untuk memiliki seorang istri.
Hm, tapi akhir-akhir ini dia mulai memikirkan kembali perkataan ibunya. Yah. Sejak Rendra bertemu dengannya, wanita yang pernah mengacaukan hidupnya saat dia muda dulu. Dia tersenyum, mengingat awal pertemuannya dengan Sekretarisnya itu. Tak menyangka bahwa takdir akan mempertemukan kembali mereka.
Dulu Rendra mati-matian mencari wanita itu, merindukannya, sampai-sampai wanita-wanita di sekelilingnya terlihat tak menarik lagi. Tapi usahanya tak pernah berhasil. Wanita itu seolah menghilang di telan bumi, hingga seminggu yang lalu wanita itu kembali hadir. Muncul di hadapannya kembali. Membuat dia kembali berharap, kembali menginginkannya, dan kali ini, tak akan dia lepas.Walaupun sepertinya Sheila tak ingat akan dirinya. Rendra tak peduli semua itu. Dia bertekad akan mendapatkan wanita itu. Bagaimanapun caranya.
Ingatannya kembali melayang pada peristiwa tadi sore, Rendra bergumam tak jelas merutuki kenakalan saudaranya yang tak pernah berubah dari dulu. Sudah setahun dia tak bertemu dengan Endo, sepupunya yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di London. Dan saat ini dikira sedang menjalin asmara oleh Sheila. Dengan sangat tidak sopan Endo menerobos ruang kerjanya dan melakukan kebiasaan lamanya. Memeluk Rendra tanpa aba-aba. Hingga Rendra yang baru saja menyelesaikan makan siangnya, dan bermaksud melanjutkan pekerjaanya yang menumpuk di meja kerjanya kaget dengan suara pintu yang terbuka dan bedebam keras pintu yang kembali tertutup. Dan sebelum Rendra menyadari apa yang terjadi, kakinya harus rela terantuk meja dan tubuhnya terjengkang di depan sofa yang tadi didudukinya. Bersama tubuh Endo di atasnya.
Rendra kesal setengah mati dengan tuduhan Sheila, namun harus kembali berhadapan dengan Endo yang malah terbahak dan menertawakan peristiwa yang diakibatkan olehnya sendiri. Sedetik kemudian sesuatu di dalam celananya sedikit berdenyut. Mengingat cumbuan yang dilakukanya dengan Sheila sore tadi. Andai saja Sheila tak merusak suasana dengan mengatakan kalimat bodoh itu. Pasti Rendra sudah memanjakan kejantanannya. Memasukannya ke dalam milik Sheila, dan.. Shit pikirannya kacau. Ini di jalan man. Rendra berusaha mengusir pikiran kotor itu jauh-jauh. Mengingat posisinya sedang mengemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping With The Boss
RomansaCerita Mainstream tentang Boss dan Sekretarisnya. Bacalah dan lihat bedanya :)