Nah ini apdetaannyaaa,
Moga tak mengecewakan yah haha :v
SILAKAN DICICIPIIII~~~
Dia menggeleng. Sial. "Rendra.." panggilku, sedikit kurendahkan suaraku, berharap dia akan luluh. Biasanya lelaki yang kukenal langsung mematuhiku kalau aku sudah bersuara seperti itu dengan mimik wajah memohon. Tapi dia malah menarikku ke kamarnya kemudian menguncinya. MENGUNCI??????
"Hei! Buka pintunya!" aku mulai emosi. Dia menggeleng lagi. Kemudian menyeringai kembali.
"Kau tidur di sini! Mau menurut atau..." dia menghentikan kalimatnya, menatapku dengan tatapan menggoda, mengangkat sebelah alisnya dan melangkahkan kakinya mendekat padaku. refleks aku mundur.
.........
"Baiklah. Aku tidur di sini." Sahutku mengalah. Berjalan ke tempat tidur dan menarik selimut hingga sampai di pinggangku. Berusaha mengabaikan lelaki bertelanjang dada yang tadi sempat menggodaku. Huh. Ternyata Cuma segitu. Tak lama kemudian tempat tidur sedikit bergerak. Aku yakin dia mengikutiku. Masa bodoh dengan tidur satu ranjang. Lagipula aku tak akan membiarkannya melakukan hal yang macam-macam.
Aku berusaha memejamkan mataku, menghadirkan kantuk agar besok bisa kembali bekerja seperti biasa. Dan berpikir tentang apa yang akan aku lakukan esok hari. Mengingat tak ada lagi tempat untuk menginap. Hah. Aku tak mungkin tidur di tempat Ami. Dia tinggal bersama pacarnya. Mana mungkin aku menganggu mereka. Dan uangku sudah tinggal sedikit. Ini benar-benar posisi yang sulit.
"Punggungmu seksi ya? Hmm....kalau polos pasti lebih seksi." Sebuah suara sedikit mengagetkanku. Dia berusaha merayuku. Aku tahu. Jangan harap aku tergoda. Aku memilih untuk tetap mendiamkannya. Membuatnya berpikir bahwa aku sudah terbang ke alam mimpi. "Bra mu merah ya?" Lelaki brengsek dia menyadari kaos putihku yang sedikit transparan. Aku menarik selimut hingga sampai leherku.
"Bahkan.. ketika seluruh badanmu tertutupi selimut tebal seperti ini, aku masih tetap bergairah." Lanjutnya. Apa maksudnya bicara seperti itu.
"Rambutmu lembut." Ujarnya. Dia pasti sedang memainkan rambut panjangku. Aku merasakannya. Kuabaikan kelakuannya dan berusaha pura-pura tertidur.
Tak lama kemudian sebuah lengan besar memeluk pinggangku di bawah selimut yang kupakai, badannya merapat padaku, menggesekan dada telanjangnya ke punggungku yang berbalut kaos. Aku tidak tergoda.. Aku tidak tergoda... kulapalkan mantra itu agar bisa segera tertidur dan pura pura tak tahu yang dia lakukan. Tangannya menelusuri lenganku, menggenggam jemari tanganku dan menghembuskan nafasnya di leherku. Membuatku sedikit merinding dan menahan napas. Apa-apan dia itu! sesuatu di belahan pantatku kurasakan bergerak. Membesar, memanjang dan mengeras. Dia bernafsu! Jujur saja, aku ehm sedikit menikmatinya.
Ba.. bagaimana ini? Apa sebaiknya aku bergerak dan mencegahnya berbuat lebih jauh? Tapi pelukannya benar-benar hangat, dan "senjata" miliknya itu juga hangat. Uh. Ini benar-benar di luar kendaliku. Ah, ini tidak bisa dibiarkan. Reaksi tubuh dan otakku benar-benar tidak sinkron. Dan aku tidak bisa menahan nafas lebih lama. Aku benar-benar ingin mendesah. Sialaaan. Aku memutuskan membuka mata dan mengabaikan nafsuku yang hampir menguasai seluruh tubuh dan otakku. Kubuka mataku dan kusingkirkan tangannya yang sedari tadi mengelus perutku, memangnya aku sedang hamil anak dia? Bodoh!
"Hentikan kelakuanmu itu!" aku sedikit berteriak dan sedikit mengeluarkan nafas yang keras, agar tidak mendesah. Bangun dari posisi saling merapat itu, dan mencoba duduk.
"Oh. Ayolah, aku benar-benar tidak akan berbuat lebih dari itu." Dia menatapku datar tanpa ekspresi. Bisa-bisanya.
"Kau bilang begitu, tapi sesuatu di celanamu tak bisa berbohong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping With The Boss
RomanceCerita Mainstream tentang Boss dan Sekretarisnya. Bacalah dan lihat bedanya :)