*
Tania Pov
Aku merasa begitu senang ketika beberapa hari yang lalu dokter mengatakan bahwa aku bisa keluar dari rumah sakit, dan hari ini adalah hari di mana aku keluar dari rumah sakit.
Saat itu dokter yang menanganiku menjelaskan bahwa kondisi kesehatanku bisa dikatakan sudah cukup berkembang pesat. Bahkan sekarang kondisiku bisa dikatakan cukup sehat, kecuali ingatanku dan kakiku ...
Ya.. ingatanku sakit. Dokter sudah mendiagnosa bahwa aku mengidap *amnesia Retrograde, jenis amnesia yang ku alami ini bisa termasuk dalam waktu jangka panjang, di mana aku mungkin bisa mengingat ingatanku yang hilang, namun akan secara bertahap dan membutuhkan waktu.
*amnesia retrograde: Jenis amnesia di mana ingatan-ingatan sebelum terjadinya kecelakaan akan mengilang. (Di sini Tania melupakan ingatannya 7 tahun sebelum kecelakaan)
Sedangkan kakiku ... Jika mau kemana-mana aku harus rela mengunakan kursi roda.
Kata dokter ketika aku tidak sadarkan diri, ternyata aku mengalami koma yang cukup lama yaitu hampir 2 bulan ... Hingga ketika sadar, otot dan saraf kakiku menjadi lemas karena sudah lama tidak digunakan dan tidak digerakkan sebagaimana fungsinya. Karena hal itu, untuk sementara waktu aku harus mau tidak mau mengikuti terapi dan harus menggunakan kursi roda untuk menunjang tubuhku sendiri.
"Memikirkan sesuatu?" ucap suara yang selama ini mengisi hari-hari kosongku memecahkan lamunanku, Farel.
Aku menengokkan kepalaku ke arahnya, lalu tersenyum nyengir "Yahh ... Begitulah."
"Kakak, kita mau kemana?" tanyaku penasaran, ini adalah pertanyaan yang sudah kuucapkan beberapa kali setelah Farel membawaku pergi dengan mobilnya saat keluar dari rumah sakit. Tapi entah kenapa ia enggan untuk menjawabnya.
Oh iya ... Entah mulai dari kapan aku lupa, yang pasti aku sudah mulai terbiasa memanggil Farel dengan sebutan 'kakak', dan syukurnya dia oke-oke saja dengan semua ini. Alasanku memanggilnya seperti itu ya karena aku merasa ia memang lebih tua dariku. Aku begitu terkejut saat tau kalau usianya sudah 27 tahun, sedangkan aku sendiri masih delapan belas. Jadi tak salah kan bila aku memanggilnya 'kakak'?
"Kau tidak bosan ya bertanya dengan pertanyaan itu sedari tadi?" tanyanya balik dengan raut wajah tersirat geli, sedangkan pandangannya tetap fokus ke arah jalanan.
"No ... No ... No ... " balasku dengan manja. Yahh, inilah aku. Kini aku sudah mulai merasa nyaman saat bersamanya, aku bahkan sudah tidak malu lagi untuk bermanja-manja dengannya. Hanya saja semua itu aku lakukan karena aku mulai menganggapnya seperti ia sosok kakakku sendiri. Bukan, sebagai tunanganku. Miris.
"Nah ... Kita sudah sampai ... " ucapnya mantap dan tenang. kemudian aku segera melirik ke jendela mobil. Saat ini mobil yang tengah Farel dan aku tumpangi telah berbelok ke arah gedung besar dan memiliki ketinggian yang tinggi. Satu kata saat aku melihat tempat ini 'Keren'!!!
Akhirnya Mobil Farel berhenti tepat di pelataran depan bangunan keren tersebut. Setelah berhenti, ia keluar dari mobil, membuka bagasi belakang, lalu mengambil kursi roda milikku dan membawanya di depan pintu keluar mobil.
Ia membuka pintu mobil dan tersenyum manis ke arahku, "Hap!" ucapnya saat mengangkat tubuhku, dan kini aku sudah berada dalam gendongan ala bride style-nya. Aku yang diperlakukan seperti itu hanya bisa tertawa karena bahagia sekali. Hingga pandanganku beralih kepada orang disekitarku yang memperhatikan kami. Seketika itu tawaku langsung hilang.
"heii ... Kamu kenapa?" tanya Farel heran saat aku berusaha menyembunyikan wajahku di dadanya ketika ia menggendongku.
"aku malu." Jawabku lirih di gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eighteen Again
RomanceTania. Suka sama sahabat sendiri itu emang bego banget. Udah tau begitu, tapi dia masih saja jatuh secara perlahan dengan Brian. Ditolak berkali-kali, sakit ribuan kali, rasa di hati Tania masih sama saja. Harapan ia hanya satu, ia bisa lupa dengan...