Bagian 15 : Pilih siapa?

2.3K 110 0
                                    

"Satu hal yang bikin aku takut, yaitu kamu bakal lebih cinta dia daripada aku." - Brian Stewin.

***

Tania menatap ke arah pantulan kaca di depannya. Di sana, berdiri sosok perempuan yang tampak anggun yang tak lain adalah dirinya sendiri. Ia mengamati wajahnya sendiri, di dalam wajah itu ia menyadari bahwa wajahnya mengalami kedewasaan yang begitu kental. Tania ingin menyangkal itu semua, tak mungkin kan sosok itu adalah dirinya? Bulu mata panjang yang melentik sempurna, hidung mancung yang anggun, bibir ranum yang terlihat merah muda, wajah putih bersih yang mampu merobohkan semua pertahanan kaum Adam adalah dirinya?

Tania sadar, dirinya yang berumur delapan belas tahun tidaklah memiliki ciri-ciri seperti tadi. Dirinya yang berumur delapan belas tahun adalah dirinya yang tak peduli dengan rambutnya yang berantak, bukan sosok di depannya yang memiliki rambut lembut dan terlihat mengkilau indah.

Sebenarnya apa sih yang terjadi pada dirinya sebelum ia mengalami amnesia retrogade sialan itu?

Tania benar-benar bingung. Bingung sebingung-bingungnya. Kebingungannya dapat diibaratkan seperti cotangen sudut 180°, tidak terdefinisikan. Bahkan jauh di dalam lubuk hatinya, Tania masih ingin menyangkal bahwa perempuan dewasa di cermin ini bukan sosoknya. Tapi apa daya... ketika ia memiringkan kepala sedikit, perempuan di kaca itu ikut-ikut memiringkan kepalanya juga.

Tania pasrah. Ia hanya bisa berharap bahwa semuanya akan terungkap nanti. Ya, semoga...

Pandangan Tania beralih menatap ke jam tangan mungil bewarna biru laut yang melingkar di pergelangan tangannya, pukul 15.45.

Tania mendadak merasakan adrenalinnya berpacu cepat. Ia tak tau bahwa menunggu kedatangan Brian dosennya akan semenegangkan ini. Rasanya dahinya sudah seperti bercucuran keringat, bersiap menghancurkan wajahnya yang terpoles apik.

Tania menarik nafas dalam berusaha menetralkan debaran jantungnya. Lalu ia melirik lagi pantulan dirinya di cermin. Dan saat melihat seluruh tubuhnya, rasanya Tania benar-benar sangat cemas dan tidak nyaman. Pikiran-pikiran buruk pun mulai bermunculan.

Apakah dirinya tampak agak konyol?

Tania membalut tubuhnya dengan sebuah dress simpel tanpa lengan, dan panjang dress itu mencapai sedikit di atas lutut. Warna dress itu sendiri adalah biru tosca. Di bagian pinggangnya yang tampak mungil terdapat sabuk berdiameter 1,5 cm yang melingkarinya. Rambut pendek Tania pun di kucir rapi ke belakang supaya tidak merasa risih nantinya.

Memperhatikan penampilannya sendiri membuat Tania ragu. Dress yang tengah di pakainya adalah dress yang ia beli saat berjalan-jalan dengan Fesya di mall tadi. Dan Fesya jugalah yang memilih dress itu agar ia pakai saat pergi dengan Brian. Yang membuat Tania ragu adalah dress itu menurutnya terlihat tak sesuai dengan umurnya. Cocok kalau tubuh orang dewasa berusia 25-28 tahun yang memakai dress itu. Nah dirinya? Apa kabar....

Tapi percuma saja, sekeras apapun Tania berusaha menolak, Fesya tetap memaksanya memakai dress tersebut. Bahkan Fesya jugalah yang mendandaninya hingga tampak secantik ini. Upik Abu ke Cinderella. Cocok!

Cantik sekali, itu pujian dari Fesya saat berhasil membenahi dandanan Tania. Dan sebagai hasil uji coba, Tania juga mengakui bahwa dirinya juga tampak berbeda setelah campur tangan Fesya. Berbeda dalam artian lebih baik.

Fesya bahkan sempat-sempatnya menggoda dirinya, bahwa Fesya yakin sekali kalau Brian akan klepek-klepek ke dalam jurang penampilannya. Ha. Ha. Ingin sekali Tania mengamini ucapan temannya tersebut, karna jujur saja ia sebenarnya juga memiliki rasa ketertarikan yang lumayan terhadap pria tersebut. Entah kenapa.

Eighteen AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang