Di saat hujan datang, di sanalah aku mulai termenung dan merindukanmu.
****
"Kau akan pulang ke Indonesia?!" pekik Brian tertahan kepada seseorang di telepon. Wajahnya tampak terkejut, posisinya yang tengah duduk di kursi 'direktur utama' kini terlihat tampak gusar.
"Tentu saja, sudah terlalu lama aku meninggalkan pekerjaanku di Indonesia," balas suara pria di telepon dengan yakin.
"Tidak bisa lebih lama lagi, Ave?" Rujuk Brian dengan suara memohon, yang malah disambut dengan sebuah tawa remeh oleh Ave di sebrang telepon.
"Kenapa? Kau belum mendapatkan hati sahabatmu?" tebak Ave yang langsung mengenai sasaran. Brian menggeram kesal, sialnya dia selalu ketahuan.
"Bahkan aku baru memulainya."
"Itu karena kau bodoh! Hahaha....!"
"Persetan! Jangan pulang sebelum kusuruh pulang!" titah Brian tak mau dibantah.
"Wait, Memangnya kau siapa? bosku? Hahaha! Maaf saja Sob, Aku tetap akan pulang dua hari lagi," jawab Ave santai. Begitulah sosok Ave, keras kepala dan tak mau diatur. Ayahnya saja yang merupakan bangsawan Arab tak pernah ia patuhi. Ah ... luka batin, lupakan.
"Sial! Terserah kau mau pulang kapan! Asal sebelum hubunganku dengan Tania jelas, aku tetap akan menggantikanmu sebagai dosen, titik."
"Bagaimana bisa begitu?!" balas Ave tak terima.
"Terserah diriku!" tegas Brian dengan suara memerintah kemudian segera memutuskan hubungan telepon mereka sebelum Ave sempat berucap.
Brian mengotak-atik ponsel pintarnya untuk mengecek email ataupun pesan masuk. Kemudian matanya terbelalak senang saat melihat nama 'Tania' mengiriminya pesan.
Tania:
Hmm-Hi! Sore hari ini aku free. Jika ada waktu, kita bisa melakukan konsultasi tentang kuliah hari ini. Terima kasih, maaf menganggu.
Perasaan Brian mendadak menjadi senang setelah menerima sms dari Tania. Kemudian dengan wajah menahan senyuman lebar, ia dengan cepat membalas SMS Tania yang telah diterima ponselnya sekitar 30 menit yang lalu.
To: Tania
Ya, kebetulan sekali aku sedang kosong kegiatan sekarang. Aku akan bersiap-siap ke apartemenmu.
Begitulah sekiranya isi pesannya, setelah menyimpan ponselnya di saku celananya, Brian segera mengambil jasnya yang tergantung di dekat meja kerja, dan memakainya.
ketika ia keluar dari ruang kantornya, Brian menatap Fatur yang tengah sibuk berkutat dengan laptopnya menggunaan sepuluh jarinya di keyboard. Pandangannya kini menatap malas ke arah sekretarisnya tersebut.
"Fatur" panggil Brian dengan tenang. Fatur yang mendengar suara atasannya memanggilnya dengan santai mengalihkan pandangannya dari laptop.
"Iya, bos. Ada apa?"
"Sudah selesai bermain gamenya?" tanya Brian remeh sambil melirik laptop Fatur sekilas.
"Hehehe ... Belum bos," jawab Fatur cengengesan sambil menggaruk-garuk lehernya yang terasa tak gatal sama sekali.
"Ada tugas untukmu, tunda janji-janji dengan klien hari ini. Jika ada pekerjaan segera kirimkan lewat emailku, aku sedang ada urusan setelah ini."
"Baik, bos," jawab Fatur patuh.
Kemudian tanpa melihat ke arah Fatur, Brian segera berjalan menuju basement tempat di mana mobilnya terparkir.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Eighteen Again
عاطفيةTania. Suka sama sahabat sendiri itu emang bego banget. Udah tau begitu, tapi dia masih saja jatuh secara perlahan dengan Brian. Ditolak berkali-kali, sakit ribuan kali, rasa di hati Tania masih sama saja. Harapan ia hanya satu, ia bisa lupa dengan...