Prolog

83 3 0
                                    

Dentingan pedang beradu terdengar sana sini. Dentuman hebat tak kalah menggema di desa itu, bahkan sesekali terdengar sulut api dan tumbang pohon akibat dentuman itu. Teriakan rasa sakit dan tangisan anak-anak bergemuruh di telinga seorang perempuan bersama bayinya yang tertidur. Ia bersembunyi di kamar tidur, menunggu kepastian sembari berdoa agar ia selamat dari bencana ini.

BRAK!

Seseorang mendobrak pintu kamar cukup keras. Spontan, perempuan itu siap siaga melemparkan bola hitam di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya masih menopang bayi yang ia gendong. Tapi bola itu menciut begitu tahu kalau seseorang itu adalah suaminya. "Kita kalah. Sudah terlambat untuk melarikan diri, Pimpinan menyuruh kita untuk menyelamatkan diri agar masa depan anak kita masih terbuka lebar."

"Jadi, benar kata Tuan-Luar-Biasa," perempuan itu terdiam sejenak.

"Tak ada waktu lagi, beberapa musuh sudah mengejarku," suara dentuman pintu depan terdengar begitu keras. Perempuan itu segera membuka segel dengan melantunkan mantra sihir untuk menemukan jalan rahasia menuju suatu tempat, sedangkan suaminya siap bersiaga.

Suaminya langsung bergulat dengan musuh begitu keberadaan mereka ditemukan. Tepat saat kekuatan terakhir dikerahkan, musuh tumbang dan pintu menuju jalan rahasia terbuka. Hentakan kaki terdengar lagi, berarti ada musuh yang datang. Mereka lekas berlari menuju jalan rahasia. Tepat saat musuh lainnya datang hendak mengejar, pintu tersebut tak ditemukan.

Sementara di jalur jalan rahasia, sepasang suami istri itu menyayat sedikit luka di dahi, begitupun dengan si bayi. Darah pun mengalir dari hidung dan bibir mereka.

"Unjoga Tetanio."

Begitu keluar dari jalan rahasia, mereka menuju ke desa dan berbaur dengan apa yang ada di dalamnya.

Black-White LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang