Rahasia (Sangat) Penting

11 1 0
                                    

Rendra PoV

"Yaa maaf Le, lebih baik nunggu lama daripada ketauan semua ini?"

Leon cuma mangut-mangut. "Ayolah," aku mendorong pelan bahunya dari belakang, mengarah ke kursi ruang tamu yang bersebelah dengan garasi. "Jangan marah begitu, kita bicarakan apa yang ingin kau bicarakan. Kali ini tak akan ada yang mengganggu kita." Aku mengarahkannya untuk duduk di kursi, sedangkan aku menuju ke dapur mengambil minuman soda untuk kita berdua.

Vila pribadiku tidak terlalu besar, hanya dapat dihuni oleh 5 orang, belum termasuk pembantu yang keluar masuk rumah tiap harinya untuk bersih bersih rumah. Mereka bukan manusia, tetapi siluman air yang berwujud asli mermaid. Polly namanya, kita saling kenal saat aku hendak menyelamatkannya saat dia dijadikan persembahan untuk upacara. Sejak saat itu, dia berterima kasih padaku dan membalas kebaikanku dengan mengabdi kepadaku seumur hidup dan keturunannya.

Polly itu mermaid yang hidup sebatang kara, kisah hidupnya memilukan dan rumit, gak akan selesai kalau dijelaskan. Jadi kuijinkan dia untuk menempati rumahku jika aku tak ada.

Untuk urusan makanan, aku sendiri yang mengisi stok kulkas. Tak ada koki di vila, jadi aku sendiri yang memasak kalau semisal aku ingin menginap di villa. Aku tak suka keramaian, jadi vila ini cocok sebagai tempat menenangkan diri. Keluargaku tak berani mengunjungi vilaku, itu sudah menjadi aturan bahwa vila pribadi tidak boleh dikunjungi kecuali ada ijin dari pemilik.

"Kau tak keberatan dengan ini kan?" Aku mengacungkan botol minuman bersoda di tangan kiriku, dan dua gelas berisi es di tangan kananku. Ia menggeleng singkat.

Kutaruh bawaanku di meja dan menghampirinya. Dia seperti ada beban pikiran yang mengganggunya. Jangan-jangan..... "Kau terlihat mencemaskan sesuatu. Oh tidak, kau tak mengkhawatirkan tentang keberadaanmu sebagai penyihir hitam kan?"

"Aku selalu bertanya dalam hati, mengapa kau mau menerimaku. Padahal kau bisa saja mengkhianatiku." Dia menoleh kepadaku. Ekspresinya.... sedih. Ini tidak Leon yang biasanya. Tadi saja dia bisa bercanda, kenapa sekarang jadi gini?

"Ren, aku sudah tahu berita itu."

Aku hanya diam, tak menjawab pertanyaannya. Suasana hening menyelimuti kami berdua. Tangan Leon bergerak membuka botol minuman dan menuangkan isinya ke kedua gelas. "Jadi, apa rencanamu? Aku bisa membantumu untuk menyamarkan energimu."

"Walaupun aku bisa melenyapkan energiku sendiri, tetapi tak ada salahnya untuk menambah penyamaran. Terima kasih," wajahnya sedikit lega. Pikirannya memang benar-benar terbebani. "Aku harus cerita darimana ini?" Dia mengambil salah satu gelas, lalu diminumnya hingga tersisa setengah.

"Terserah kau. Tapi, darimana berita itu sampai padamu?" Seperti dugaanku, hidup Leon dan keluarganya terancam. Aku sempat mendengar pembicaraan ayahku tentang keberadaan energi hitam yang dirasakan kepala keluarga Ruthso. Dia adalah ayah Andrea, dan ayahnya melaporkan hal itu ke penguasa tertinggi dari penyihir putih. Karena keluarga itu punya peranan penting disana, jadi mereka percaya. Karena itulah, beberapa hari yang lalu digelar sidang untuk melacak keberadaan energi itu.

"Ayahku seorang mata-mata, karena ia memiliki indra yang tajam tanpa menggunakan kekuatannya. Apalagi kalo ada, bisa berlipat-lipat tajamnya," Haduh, pembicaraan ini sepertinya akan menjadi serius. "Ren, apa kau pernah berpikir mengapa ada penyihir hitam di dunia ini?"

Sekarang gantian aku yang tak bisa berkata-kata. Aku hanya menggeleng. "Ia ada untuk menyeimbangkan hukum alam. Jika ada orang yang baik, maka pasti ada orang jahat. Tetapi, penyihir hitam tak selalu menggunakan kekuatannya untuk kejahatan."

Baiklah, yang ini aku tak tahu. "Maksudmu?"

"Jika kekuatan hitam punah, maka dunia ini akan hancur."

Apa maksudnya? Dunia hancur? Bagaimana bisa?

"Kau bisa bahasa Detro?" Aku mengangguk singkat, tapi ragu. "Aku membawa buku sejarah tentang kaum penyihir hitam. Tunggu sebentar," Iapun setengah berlari pergi menuju mobilnya, kurasa.

Bahasa Detro itu bahasa para Druid, para pendahulu di dunia sihir. Wajib hukumnya untuk mempelajari bahasa itu. Aku sering membaca buku tentang ilmu sihir di rumah kalau bosan.

Tak lama Leon kembali dengan membawa sebuah buku tua di tangannya yang tebal. Pasti itu yang dimaksud olehnya. Dia kembali duduk disampingku, menyingkirkan gelas dan botol minuman untuk memberi ruang pada buku itu. "Aku belum pernah melihat buku sebesar itu. Dan itu sangat tua," Komentarku.

"Ini adalah buku sejarah peradaban dan ilmu tingkat tinggi penyihir hitam. Sebenarnya ini milik Witch," dia membuka buku itu dan berhenti di salah satu halaman. "Inilah yang menyebabkan penyihir hitam harus ada dan tidak boleh punah."

Akupun membaca halaman yang dimaksud Leon, lebih tepatnya mengeja huruf per huruf karena kemampuan membaca bahasa Detroku tak begitu lancar.

Tunggu, apa ini? Cerita dalam buku ini tidak karangan kan? Isinya..... berbeda jauh dari yang kuketahui. "Ini.... serius kan Le?"

Aku tergagap. Sejarah peradaban penyihir yang selama ini aku tahu berbeda 180 derajat dengan yang ada di buku ini.

"Mana mungkin aku berbohong, kau kan bisa mendeteksi kebohongan orang bukan?" Benar juga, dia tak menandakan aura negatif dari kebohongan. Berarti, ini nyata.

Mataku mulai menatap Leon dengan penuh keseriusan. Ini memang kondisi yang serius, menurutku. "Le, jelaskan padaku mengapa bisa seperti ini. Aku merasa ada yang aneh."

"Memang. Itu karena......."

Dan iapun menjelaskan dengan detail ceritanya.

Black-White LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang