Masalah Serius

14 1 2
                                    

Author's PoV

Suara riuh di stadion besar terus bergumam. Mulai dari reporter, hingga orang-orang penting saling berdebat apa yang terjadi di dalam sana. Warga sipil yang peduli dengan kejadian ini tak kalah meramaikan suasana di sekitar stadion itu. Orang-orang yang berada di luar itu menunggu sebuah jawaban yang akan dilontarkan orang di dalam stadion itu.

Sementara di dalam, hanya ada beberapa orang yang duduk terdiam ditemani ribuan lilin disekitar mereka. Dengan dekorasi meja besar di tengahnya, ada 5 orang yang duduk disana. Mereka seperti menunggu sesuatu.

"Yang Mulia, maafkan kami. Kami tak bisa melenyapkan memori mereka terus menerus. Lagipula, sudah banyak yang mengetahui berita ini." Salah seorang dari mereka bicara.

"Aku tahu."

"Yang Mulia, aku bersumpah kalau energi itu benar-benar kurasakan, walaupun tak secara langsung. Aku berani melakukan sumpah Darah Terlarang¹ sekarang juga," sahut yang lainnya. Dialah yang melaporkan keberadaan energi hitam milik penyihir hitam, ayah Andrea, dari keluarga Ruthso.

"Aku percaya padamu, Thorque. Tapi ini tidak main-main. Masalah ini tak dapat dijadikan lelucon biasa. Apa kau punya bukti?"

"Ada, Yang Mulia," ia menggunakan sihirnya untuk memunculkan sebuah dokumen. "Ini adalah riwayat terakhir yang ditinggalkan oleh mendiang Lord Ruthso. Dia menghadapi penyihir terakhir yang selamat dari serangan kita beberapa tahun yang lalu. Mereka adalah keluarga Patris."

"Keluarga itu memang pantas kalau masih hidup. Mereka adalah satu-satunya yang dapat menyembunyikan auranya sendiri. Dan kurasa, anaknya tak tahu tentang keahlian keluarganya itu."

"Biarkan kami melacak keberadaan mereka, Yang Mulia."

"Kami akan mulai melakukan pengawasan di seluruh sudut kota yang Anda tempati, Thorque."

"Baiklah," orang yang disebut Yang Mulia itu setuju dengan usulan seluruh petinggi penyihir putih. "Kalau begitu, kalian hadapi orang di luar sana." Seketika, ia menghilang bersamaan dengan kegelapan dan asap dari lilin. Begitu keempat petinggi itu keluar dari stadion, mereka dihujani ribuan pertanyaan dari reporter.

"Tak ada yang harus dikhawatirkan. Terima kasih,"

Leon's PoV

"Proteculus²......"

Sinar putih memenuhi telapak tangan Rendra yang mengarah padaku. Berselang beberapa detik, sinar itu mengenai seluruh tubuhku. Bercahaya. Andai aku memiliki kekuatan sepertinya, aku tak akan menderita seperti ini.

Menjadi penyihir gelap itu susah. Harus pandai mengendalikan emosi dan nafsu jahat yang ada di dalam tubuh. Sekali lengah dan tak terkendali, tubuh akan dikuasai oleh kekuatan gelap itu sendiri. Kalau aku bisa memilih, aku ingin dilahirkan menjadi manusia biasa daripada menjadi seperti ini. Kalau seperti ini, aku sering diejek, dicemooh, diabaikan, tak memiliki teman sama sekali karena tingkah lakuku aneh bagi mereka. Bahkan, ada yang berharap lebih baik aku dieksekusi mati.

Perlahan sinar yang mengelilingi tubuhku hilang dengan samar. Aku bisa melihat Rendra tersenyum padaku.

Aku bersyukur ada yang mau berteman denganku.

"Ini sudah cukup kan?" Ia baru mengambil gelas miumannya yang kurasa udah nggak ada sodanya lagi gara-gara didiemin daritadi.

"Ya," aku mengangguk singkat.

"Sebenarnya Le, aku bingung dengan keadaan sekarang setelah kau memberitahu semuanya. Ini terlalu berat untukmu."

Ini memang berat untukku. "Aku tak tahu harus mengurangi rasa bebanku ini pada siapa. Jika kau memang tak percaya padaku, mengapa kau tidak gunakan Arrow of Pain³-mu?"

Hidupku sudah cukup berantakan dengan kekuatan ini. Dan bisa jadi kematianku lebih cepat datang kalau Rendra tak mempercayaiku. "Le, aku tak perlu melakukan itu. Kau memang jujur, tapi kau sendiri juga tak mempercayai apa yang kau katakan tadi. Jadi, aku ingin membantumu untuk mencari kebenaran itu, sekaligus aku juga penasaran apa yang kau katakan tadi,"

Ditengah obrolan kami, handphone Rendra berbunyi. Ia mengecek siapa yang menelponnya malam-malam begini. "Ini kakakku, bagaimana ini? Dia dapat merasakan aura yang ada disini, termasuk keberadaanmu."

Rendra terlihat panik. Oke, aku ikut terbawa paniknya. "Lebih baik aku ke halaman belakang-"

"Jangan," handphone Rendra terus berbunyi. Ia menutup mata, konsentrasi pada sesuatu entah apa. Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu rumah, kemudian pintu terbuka oleh seorang gadis.

Jadi, ini yang namanya mermaid. Terlihat dari penampilannya, dia sangat cantik. Rambutnya coklat keemasan, wajahnya seputih mutiara dihiasi mata biru cerah khas warna tepi laut. Tubuhnya kecil mungil, putih bersih dengan pakaian sopan. "Polly, aku ingin kau bersama dengannya di bawah air beberapa saat di luar jangkauan vila."

"Baik, Tuan. Ayo, ikut aku," mermaid yang bernama Polly itu mengajakku keluar rumah. Sementara Rendra memastikan aku keluar dari pulau pribadinya bersama Polly.

Kami berdua pergi tergesa-gesa di menuju ujung pulau. Polly mengeluarkan sesuatu di saku rok panjangnya. Sebuah pil. "Makanlah ini agar kau bisa bernafas dalam air."

Aku mengambil pil itu dari tangannya dan langsung menelannya. Entah sejak kapan dia menceburkan diri ke dalam laut, kakinya sudah berubah menjadi sirip ikan. Wow, warnanya biru keunguan. "Peganglah tanganku, cepat," lagi-lagi aku hanya menuruti perkataannya. Aku memegang tangannya, kemudian dia menarikku masuk ke dalam air dan membawaku ke tempat yang lebih jauh dari vila itu.

'Ada apa kakak? Aku sedang ada di vila.'

'Jangan tidur dulu, kau harus ke rumah sekarang. Ada hal penting yang ingin ayah katakan.'

Tunggu, mengapa aku bisa mendengar suara Rendra dan seorang cewek di telepon itu? Padahal aku sedang bersama Polly.

Rendra, mengapa kau menggunakan teknik Likamai⁴?

1) Sumpah Darah Terlarang: ritual untuk mengikat perkataan seseorang. Bila terbukti berbohong, maka darah yang mengalir di tubuhnya akan keluar melalui permukaan kulit hingga tak ada lagi darah yang tersisa di dalam tubuh. Itulah mengapa disebut terlarang, karena sumpah ini merupakan sumpah yang memiliki ikatan dan hukuman tersadis.

2) Proteculus: para penyihir putih menggunakan teknik ini untuk menyembunyikan keberadaan mereka dan melenyapkan aura negatif dari dalam tubuh mereka agar tidak diketahui oleh penyihir hitam. Bisa juga digunakan sebagai perisai, alat pertahanan diri, tetapi membutuhkan energi yang lebih banyak.

3) Arrow of Pain: panah yang dahulu dikuasai oleh archer terbaik dari golongan putih. Berwujud cahaya dengan tambahan energi dalam, siapapun yang terkena panah ini akan tersiksa di tempat yang telah ditancapkan bila terbukti berkata berbohong.

4) Likamai: teknik untuk menghubungkan pikiran satu sama lain. Pengguna yang menggunakan sihir ini dapat mengetahui keadaan secara fisik atau batin si penerima teknik Likamai. Sebagai akibatnya, penerima juga mengetahui semua keadaan si pengguna.

Black-White LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang