Unla's PoV
Matahari mulai 'merebus' bumi seperti telur. Tadi pagi, aku sudah pamit dari rumah keluarga Ruthso tanpa seijin Andrea. Dia terlihat sangat lelah dan kurasa moodnya masih berantakan. Bahkan, aku menyadari kalau aku tertidur lumayan lama hingga melewatkan sarapan, hahaha.
Begitu aku pamit, tujuanku kali ini menuju ke lapangan kosong dekat kompleks rumahku. Tak seperti keluarga Ruthso, rumah yang kutinggali bersama ayah, ibu, dan Rendra seperti pada umumnya. Tinggal di perumahan yang elite, rumah terlihat modern, hanya dimodifikasi sedikit untuk ruang dan jalur rahasia hasil sihir ibuku.
Duduk di bawah pohon besar benar-benar menenangkan, apalagi sepi kayak gini. Aku sebenarnya seorang Intelion, tetapi justru banyak yang mengira aku seorang Agante karena jarang menggunakan energi dalam. Tak masalah, itu malah menjadi keuntunganku dalam bertarung. Dan inilah hasilnya. Di depanku terpapar pemandangan belati tertancap di batang kayu, sebagian besar banyak yang menancap di target maupun pohon. Tetapi lapangan dan beberapa tempat menjadi gosong karena tembakan energi. Kurasa, memang susah untuk menguasai kemampuan dasar lebih dari satu.
Akhir-akhir ini energiku terkuras baik fisik maupun mentalku. Entah itu karena tugas dari pasukan khusus sihir, jadwal latihan, dan sekarang? Rendra menghilang, dan kata-katanya terakhir yang kudengar membuat pikiranku tak tenang.
Aku memang tahu, temannya yang bernama Leon itu bukan teman biasa. Dan aku tahu kalau Rendra memiliki pembantu berwujud mermaid di rumahnya dan tinggal tak jauh dari rumahnya. Aku juga tahu saat temannya menjawab tantanganku untuk menahan nafas selama 5 menit, ternyata dia meminum ramuan mermaid untuk bisa bernafas di air dan dimantrai untuk pingsan agar terlihat bahwa aku yang bersalah.
Tapi yang aku tidak mengerti, mengapa dia mengarahkan senjata itu padaku? Perilaku mereka sudah kuduga bahwa Leon adalah penyihir hitam itu, tetapi aku tak punya bukti kuat. Setidaknya, Rendra harus bicara sendiri tentang Leon sebenarnya.
"Restore."
Lapangan yang tadinya penuh dengan pisau dan bekas terbakar hilang seketika. Sudah menjelang sore, pantas saja banyak anak-anak hendak main ke lapangan. Sebaiknya aku pulang dan meringankan isi pikiranku dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black-White Love
Novela JuvenilDALAM REVISI BESAR-BESARAN Siapa yang tak menyangka bahwa rumah tetanggamu adalah seorang penyihir putih? Apalagi dari keturunan paling dihormati di kalangan penyihir dan manusia karena kehebatannya. Jauh dari keramaian publik, ada yang memilih untu...