Pertemuan Singkat

14 2 0
                                    

Andrea's PoV

'Guru pada rapat dadakan hingga jam pulang. Tapi tidak diperbolehkan pulang hingga jam 1 siang.'
Begitulah kira-kira pengumuman dari ketua kelasku, Yoga tadi.

Syukurlah, setidaknya ada waktu luang cukup untuk menyelesaikan tugas yang tertunda. Aku tak ingin waktu terbuang percuma. Tak seperti kelas lainnya yang bersorak gembira, kelasku bersikap tenang walaupun aku tahu dalam hati mereka sangat senang. Bukannya jaim, tapi yah memang begitu keadaannya. Dan kadang sikap seperti ini dianggap sombong dari kelas lain.

Jadilah aku sekarang berjalan sendiri ke koperasi sekolah untuk membuat cover untuk laporan Biologi. Efek jam kosong, lingkungan sekolah jadi ramai dengan aktivitas siswa di luar kelas. Ada yang ngobrol (lebih tepatnya gosip) di depan kelas sambil makan, anak cowok main basket, futsal, atau olahraga lainnya, ada juga yang kelasnya tertutup rapat (yang itu pasti nonton film bareng). Beberapa terlihat dari luar ada yang main game di laptop sendirian atau rame-rame. Sepertinya kantin penuh sesak, lebih baik-

BRUK!

"Maaf," spontan aku jongkok mengambil kembali barang yang kujatuhkan tadi. Emang daritadi aku sedikit melamun sih, ehehe. Dari bayangannya, ia cowok, bertubuh kekar, rambut berantakan, dan dia cuma berdiri melihatku?! Cowok macam apa dia? Masa bodo, aku cuma ingin kejadian ini cepat selesai.

"Dari kemarin, aku selalu dengar kau bilang maaf terus," suara berat namun terkesan friendly itu mengejutkanku. Ini suara Leon, cowok multitalent dalam semua bidang olahraga.

Aku masih diam menata laporanku yang jatuh, tak menjawab pernyataannya yang terkesan nyindir itu. Dia masih tetap pada posisinya. Cowok ini aneh atau sengaja membuatku kesal. Tapi akhirnya ia membantu walau cuma sedikit. Setelah semuanya sudah terambil, aku berdiri diikuti dengannya. Beberapa laporanku dibawa olehnya. Kami saling bertatap muka cukup lama.

Kudengar, ia jadi idola paca cewek di sekolah karena kegantengannya dan kepintarannya (tapi lebih pintar aku daripada dia, ehehe). Tampan sih iya, terlihat dari warna mata coklat terangnya dan rambutnya sengaja dibuat acak-acakan biar terlihat seksi, mungkin. Dari lengannya sudah terlihat otot hasil olahraga yang hampir semua ia tekuni.

"Hmm, Andrea bukan?"

Perkataannya mengembalikan pikiranku berpijak di bumi. Lho, daritadi aku kemana? "Iya. Laporannya, please."

Ia mengulurkan tangannya yang membawa sejumlah laporanku. Tanganku langsung mengambilnya dan kuselipkan asal dengan dokumen yang lain. "Terima kasih," Aku langsung pergi tanpa menunggu jawabannya. Laporan ini harus segera kuselesaikan daripada harus memperhatikan dia. Tunggu, apa aku baru saja peduli tentang kegantengannya?

"Hei Andrea, mengapa kau tadi menatapku lama? Mengagumi kegantenganku hah?" Ia berteriak seolah bisa membaca pikiranku. Apa peduliku.

Tapi sungguh, ini bukan diriku yang biasanya.

Eh, tapi darimana dia tau namaku? Bukankah aku tidak terlalu.....

Argh ada apa dengan diriku ini?!

Black-White LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang