Rendra's PoV
Firasatku sudah gak enak sejak meninggalkan vila. Agar aman, aku memutuskan untuk mengaktifkan Likamai yang tersambung pada pikiran Leon dan Polly. Biar nggak mencurigakan, makanya aku ke toilet sekaligus memang panggilan alam. Eh, gak disangka ibunya Andrea memintaku untuk menemui Andrea. Baguslah.
Unla mendadak ada hal yang harus diurus. Jadi dia pergi entah kemana, dan katanya kembali secepatnya. Sebenernya ini urusan apaan sih? Tapi, melihat dari pakaian ayah dan Tuan Thorque, sepertinya penting. Kalo penting, kenapa kakak bisa pergi seenaknya?
Nah, dengan Likamai, aku bisa tahu keberadaan orang yang kusambungkan, sekaligus isi pikirannya. Polly..... dia ada di rumah bawah laut. Ohya memang sudah sepantasnya sih. Tapi Leon....
Dia memang ada di vila, tapi isi pikirannya panik. Dia bertanya-tanya siapa cewek yang bisa masuk kesini, begitu kira-kira isi pikirannya. Perasaannya Leon, dia juga melihatnya tadi siang waktu pulang sekolah.
Jangan-jangan....
Oh tidak.
Itu Unla.
Aku lengah. Dia mengaktifkan Likamai yang terhubung padaku saat berpisah dengannya. Saat itu, aku memang merasa ada pikiran yang bukan milikku melintas. Dengan begitu, dia bisa melihat apa yang sedang kupikirkan, bahkan kurencanakan.
Tunggu, bagaimana jika dia mengetahui isi pikiranku saat di vila? Itu kan waktu aku dan Leon berdiskusi dan bercerita tentang penyihir hitam.
Gak, gak mungkin dia melakukannya. Sihir di vila sudah kubuat sedemikian rupa agar tidak bisa ditembus dengan ilmu pengintai sekuat apapun.
"Teleportation."
Oke, ini melanggar aturan keluarga. Tapi kalau dia sampai tau rahasia terdalam Leon, ini bisa jadi hal yang serius. Tak ada cara lain, aku harus menuju ke vila dengan teleportasi. Aku tak peduli orang tuaku tahu kalau aku menghilang, sekarang hidup Leon dipertaruhkan.
"Open."
Aku menutup mataku. Aku bisa merasakan sinar yang menyilaukan menutupi tubuhku. Cahaya terang melintasi mataku beberapa saat, kemudian perlahan padam. Kubuka mataku, dan sekarang aku sudah berada di vila. Benar dugaanku, Unla mau mengintrogasi Leon
"Ren! Ngapain kesini?"
"Harusnya aku yang tanya, kenapa kakak kesini? Ditambah kabur dari ayah ibu lagi," aku harus berani. Aku harus mencegah kakak sebelum ia berbuat banyak tentang ini.
Leon tak bisa berkata apa-apa. Aku masih membukanya, jangan bodoh untuk karena ini. Aku mengirim telepati padanya. Pertama, dia harus pergi dari sini. Ini sudah tengah malam, bukan?
"Rendra, tempat ini khusus. Mana ada teman biasamu itu bisa sampai kesini?"
"Kakak, dia teman dekatku. Aku bebas mau membawa siapapun kesini. Bagaimana caranya dia kesini, mudah. Aku memberikan tanda tempat ini di GPSnya. Lagipula, dia bukan biasa. Dia memiliki kemampuan menahan nafas selama 3 menit."
Leon hanya mengiyakan dengan apa yang kurencanakan. Dengar, pil yang kau minum dari Polly hanya bertahan satu jam. Dan tinggal 30 menit lagi. Temui Polly, suruh dia membuat dirimu pingsan. Rumahnya tepat di bawah pulau. Panggil dia, selama dirinya tak menyentuh sinar bulan secara langsung, tak akan terjadi apa-apa.
"Oke, menyelamlah. Tetapi 5 menit."
Sekarang lari!
Leon berlari keluar vila dan menceburkan diri ke dalam air. Ia menyelam ke dasar, hingga tak terlihat lagi bayangan tubuhnya walau air laut disinari bulan purnama. Unla hendak ikut mengawasi, tetapi dengan cepat aku memusatkan energi dalamku ke kedua tanganku. Secepat kilat, muncul cahaya membentuk busur panah di tangan kiriku dan anak panah di tangan kananku. Kuarahkan anak panah ke kakakku sendiri. "Aku tak mau melakukan ini, tapi kak, biarkan dia melakukan apa yang kau katakan. Kita tunggu."
"Bagaimana kalau dia lari bodoh?"
"Tak mungkin. Leon orang yang konsisten dan patuh dengan apa yang diperintahkan orang. Dia ingin menunjukkan bahwa apa yang kau katakan bisa ia lakukan."
Aku dan Unla menunggu beberapa menit, sampai aku merasa Likamai dengan Leon terputus. Dia pingsan, sontak aku melenyapkan busur panah dan anak panahnya dengan menjatuhkannya.
"Apa dia baik-baik saja? Aku takut kalau dia dibunuh oleh makhluk menjijikkan di bawah sana. Aku tahu kau pasti menggunakan Likamai dengannya." aku juga tahu kalau Unla sedang membuka Likamai-nya denganku.
"Memang, kontakku terputus. Tetapi masih ada sinyal yang lemah, bukan hilang. Itu berarti, dia tak mati,"
Aku melihat Leon terapung di lautan. Saat aku hendak mengarahkan ke arah Leon untuk membawanya ke vila dengan kekuatan sihirku, Unla sudah lebih duluan menggunakannya. Dia membawa Leon masuk ke salah satu kamar di vila dan sialnya itu kamarku.
"Aku minta maaf Ren, sudah menuduh hal yang tidak-tidak padamu. Sampaikan minta maafku padanya juga, sampai membuatnya pingsan karena memaksakan diri. Sebenarnya aku yang bodoh, atau dia sih?" Disaat seperti ini, dia masih bercanda.
"Dua-duanya mungkin," aku tertawa kecil. Ia keluar dari vila, dan menaiki mobilnya. Tentu saja dia mau pulang. "Biar kubukakan portalnya," ia pun menanggapi bantuanku dengan mengangguk singkat, kemudian memacu kecepatan mobilnya di lautan. Dengan cepat, kuciptakan busur panah dan anak panahnya. Anak panah kulontarkan ke arah Unla dengan busur panahku, agar portal bisa terbuka sebelum ia tiba di daratan. Anak panah melesat cepat, tetapi pergerakannya masih dapat kukendalikan.
Melalui benda itu, aku mengirim telepati saat panahnya melintasi Unla. Aku tahu kau pasti menyadari kalau aku menyembunyikan sesuatu. Maafkan aku Kak, tapi jangan paksa aku untuk bercerita sekarang. Bilang pada ayah dan ibu kalau aku akan pergi ke Eropa, untuk mendalami ilmu sihirku.
Begitu telepatiku telah tersampaikan, aku mengendalikan panahnga untuk melesat lebih cepat hingga menimbulkan ledakan kecil memmbentuk portal yang terhubung ke belakang rumah Andrea. Setelah mobilnya Unla masuk ke dalam portal, aku menutupnya dengan jentikan jari.
Leon masih belum sadar, sinyalnya masih lemah. Mungkin Polly menyihirnya terlalu kuat, tapi itu tak masalah asalkan tidak mati. Karena aku harus pergi ke Eropa, aku hanya dapat mengirimkan telepati padanya.
Le, aku akan ke Eropa untuk memperdalam ilmu dan mencari apa yang kau cari. Aku tak akan menggunakan Likamai padamu saat disana, jadi kau fokus pada rencanamu. Aku tak bisa memastikan kapan aku kembali, tetapi aku akan menghubungimu. Semoga sukses!
"Teleportation. On"
Ps: yg dicetak miring itu suara pikiran (?)
KAMU SEDANG MEMBACA
Black-White Love
Teen FictionDALAM REVISI BESAR-BESARAN Siapa yang tak menyangka bahwa rumah tetanggamu adalah seorang penyihir putih? Apalagi dari keturunan paling dihormati di kalangan penyihir dan manusia karena kehebatannya. Jauh dari keramaian publik, ada yang memilih untu...