Dada April terasa sesak setelah membaca surat dari Nail dan air matanya kembali keluar. Setelah bergelut dengan pikirannya. Dia turun dari ranjang, dia ambil kunci mobil di nakas dan berlari ke luar kamar, menuruni tangga, lalu keluar rumah menuju garasi dimana mobilnya terparkir. Dia tak peduli suara teriakan mamanya yang memanggil dan juga pelayan-pelayannya termasuk mbok Jum yang bertanya tentang kepergiannya.
Dia nyalakan mesin mobil tanpa memanasi mesinnya terlebih dahulu dan melajukannya keluar rumah dengan kecepatan tinggi. Tujuannya hanya satu. Dia harus cepat sampai di bandara untuk menghentikan Nail dan memberitahu lelaki itu kalau dirinya juga mencintainya.
Sekitar tiga puluh menit, April sudah sampai di parkiran bandara. Setelah menekan tombol kunci mobilnya, dia berlari ke dalam bandara. Tak peduli setiap orang menatapnya aneh saat berpapasan dengannya.
April mencari Nail di ruang tunggu keberangkatan setelah sebelumnya bertanya ke bagian informasi untuk menanyakan apakah tujuan London sudah berangkat atau belum. Langkah April terhenti ketika melihat seorang lelaki tengah mengantri untuk memeriksakan tiket.
Pandangan lelaki itu jatuh pada ponsel yang sedang dipegangnya. Sejenak April ragu untuk memanggil Nail, dia hanya bisa mematung dengan lidah kelu. Jantungnya berdetak sangat cepat seakan mau lompat dari tempatnya.
"Nail...," panggilnya dengan nada lemah. Suaranya masih tercekat dikerongkongan. Lelaki yang dipanggil tak menoleh karena tak mendengar suara panggilan.
"Nail...!" April berteriak memanggil Nail setelah dia bisa menormalkan detak jantungnya.
Nail berhenti berjalan, tapi hanya sesaat, dia langkahkan kembali kakinya menuju petugas tiket yang sedang memeriksa tiket orang di depannya.
"NAIIILLL...!!!" dengan mengerahkan kekuatannya, April berteriak memanggil Nail yang sedang memeriksakan tiketnya.
Nail memutar kepala ke arah sumber suara, didapatiya perempuan yang sangat dia cintai tengah berdiri beberapa meter dari hadapannya dengan penampilan acak-acakan; rambut panjang April tampak berantakan, kardigan yang kusut dan terlihat basah di ujungnya, dan dia hanya memakai sandal rumahan.
Nail berjalan beberapa langkah untuk memastikan apakah itu April atau bukan, bahkan dia tak memedulikan petugas tiket yang memanggilnya untuk segera masuk ke ruang keberangkatan.
Lalu lalang orang-orang di hadapannya membuat Nail tidak bisa melihat wajah perempuan itu dengan jelas. Dia berjalan mendekati sosok perempuan yang tengah mematung itu dan dia terkejut ketika perempuan itu benar adalah April.
Untuk beberapa saat mereka hanya saling memandang menumpahkan semua rasa yang selama ini disembunyikan. Tak ada satu pun kata yang terucap sampai April maju beberapa langkah untuk menghilangkan jarak diantara mereka, lalu berkata, "Jangan pergi...," lirihnya sambil memegang kemeja Nail. Dia menundukkan kepala dengan tangisan yang keluar. "Jangan pergi...," ulangnya.
"Berikan aku satu alasan kenapa aku tak boleh pergi?" Nail menarik dagu April untuk menatapnya, lalu menyeka air mata April dengan ibu jarinya.
"Aku... aku... aku...," suara April tercekat.
Nail menatap April yang gelagapan. Dia ingin mengetahui alasan April menahan kepergiannya dengan penampilan yang sangat kacau seperti ini.
"Aku cinta kamu," ucap April dengan nada pelan sambil menundukkan kepalanya malu.
Jantung Nail langsung berdetak kencang merasakan debaran hangat yang mengalir ke dadanya, yang membuat perasaannya membuncah senang dengan pernyataan cinta perempuan yang selama ini ditunggu dan dirindukannya.
"Sejak kapan?" Nail mengangkat kembali dagu April untuk melihat ke arahnya.
"Sejak dulu. Sejak kamu ngejauhin aku saat kuliah."
Nail terperangah untuk beberapa detik sebelum senyum bahagia merekah di bibirnya, kemudian dia memegang kedua pipi April dan menatapnya lekat menumpahkan semua rasa yang dia punya untuk perempuan itu. "Kenapa gak bilang dari dulu?"
"Gimana mau bilang, kamunya aja deket sama Marsha." April mengerucutkan bibirnya. Tak ada lagi gugup yang melandanya. Kini hanya ada perasaan kesal karena mengingat kejadian beberapa tahun lalu yang membuat mereka terpisah.Nail menarik pipi April gemas.
"Sakit Cowok Sarap!" April melepaskan tangan Nail dari pipinya lalu mengusapnya.
Nail mencubit hidung April gemas sebelum dia membawa tubuh gadis itu kedalam pelukannya. "Ini baru Cewek Gila aku. I love you, My Crazy Girl." Nail mencium beberapa kali puncak kepala April, tak memedulikan orang-orang disekitar yang menjadikan mereka bahan tontonan. Baginya hari ini adalah hari terindah sepanjang hidupnya, dimana cinta yang selama ini dia inginkan kembali datang membalas cintanya.
--- ALDP ---
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara London Dan Paris
FanfictionHanya karena sudah ditolong oleh April, Nail diminta untuk berpura-pura menjadi pacarnya untuk menghancurkan jalin kasih antara mantan April dengan pacar barunya. --- ALDP --- Akankah Nail mengabulkan permintaan April, cewek yang baru dikenalnya? Da...