Chapter 5

121 9 0
                                    

Sudah sebulan Nail menjadi pacar pura-pura April. Lelaki itu setiap hari harus menjemputnya di kampus, harus ada kapan pun perempuan itu membutuhkannya, dan ini harus dia lakukan sampai rencana April berhasil.

Kini hubungan keduanya semakin dekat, tapi bukan dekat sebagai sepasang kekasih, melainkan dekat sebatas rekan untuk menjalankan misi pemisahan El-Marsha.

Ada saja ulah jail April setiap harinya untuk menggagalkan rencana kencan mereka. Seperti malam ini saat El akan nonton di Blitz dengan Marsha, April datang ke rumah El dan merengek minta ikut.

"Aku ikut ya, El." April mulai drama, dia memelas dengan air mata yang berlinang.

"Gak bisa Pril, aku mau nonton berdua sama Marsha."

"Kamu mah jahat banget sama aku, tau gitu mending aku gak pulang dari Paris."

El sebenarnya tak tega melihat April yang menangis, tapi dia tidak bisa menggagalkan lagi acaranya bersama Marsha hanya untuk menemani April. "Besok deh aku temenin kamu."

"Aku gak mau besok, maunya sekarang!" April menghentakkan kakinya kesal.

"Kamu kan bisa pergi sama Nail."

"Dia gak suka nonton."

"Itu derita kamu! Awas ah, aku mau nonton." El melepaskan tangan April yang bergelayut manja di tangannya.

"Huaaaaaaaa...!" April menangis keras.

"Ada apa ini?" tiba-tiba Maya, mama El datang, dan kesempatan itu dipakai April untuk menjalankan rencananya.

"Tante...." April menangis menghampiri tante Maya dan memeluknya.

"Kamu kenapa, Sayang?" Maya mengusap lembut kepala April untuk meredakan tangisnya.

"El jahat Tan, dia gak mau ngajakin aku nonton, hiks...."

Maya menatap tajam El tanpa melepaskan pelukannya dari April. "El! Kenapa kamu gak mau ngajak April?" geram tante Maya.

"El mau nonton sama Marsha, Mam."

"Kan bisa ajak April."

"Tapi ini kan malming Mam, masa El bawa April, apa kata Marsha nanti? Dan apa kata orang-orang nanti kalo liat aku jalan bareng dua cewek sekaligus?"

"Apa kata Marsha dan orang-orang nanti itu gak penting, yang penting sekarang kamu bawa April. Kamu jangan bikin malu Mama ya, ortu April itu menitipkan dia sama kita, nanti apa kata orangtua April kalau anaknya tak dijaga dengan baik," ucap Maya panjang lebar sambil mengelus rambut April untuk membuatnya berhenti menangis. Dia sangat menyayangi April seperti anak kandungnya sendiri.

"Tapi Mam..."

"Gak ada bantahan! Kalo kamu gak ajak April, kamu gak boleh pergi!"

Terdengar El menggerutu, sementara April tersenyum licik di dalam dekapan Maya.

Dan di sinilah mereka bertiga, di Blitz, Paris Van Java yang disingkat PVJ.

Malam minggu ini kawasan PVJ ramai dikunjungi dari berbagai kalangan yang kebanyakan didominasi oleh pasangan muda-mudi; ada yang berbelanja, makan di cafe dan resto, bermain di playland, bermain ice skiting, atau hanya sekedar hangout bersama teman.

"Lo gak marah kan, Sha, kalo gue ikut kalian?" tanya April saat dia sedang duduk dengan Marsha menunggu El membeli tiket dan camilan.

Marsha tersenyum. "Gue malahan seneng lo ikut, setidaknya kalo gue bosen gue bisa ngobrol sama lo."

"Kalo gue boleh tau, lo bosen kenapa kalo jalan sama El?"

Marsha mendekatkan bibirnya ke telinga April. Dia berbisik, "Tapi lo jangan bilang lagi ke El ya, gue takutnya dia marah."

Antara London Dan ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang